Home / Kiat / Satu Macam, Tapi Ada di Banyak Tempat

Satu Macam, Tapi Ada di Banyak Tempat

Soto Kwali Sukoharjo Makmur

Soto merupakan salah satu makanan yang bisa diterima oleh lidah siapa pun. Tidak mengherankan, bila Soto Kwali Sukoharjo Makmur pun dapat diterima masyarakat Batam. Bahkan, banyak yang ingin menjadi mitranya. Maka, dengan konsep kemitraannya yang sederhana, soto yang satu ini pun mengembangkan diri hingga menjadi 10 cabang cuma dalam tempo tiga tahun dan menyebar hampir ke seluruh Batam

e-preneur.co. Soto Kwali Sukoharjo Makmur (baca: Soto Kwali, red.), pada dasarnya sama saja dengan soto-soto yang ada di luar sana. Apa pun namanya dan dari mana pun asalnya.

“Tapi, kami mempunyai ciri khas yaitu dalam memasaknya menggunakan kwali (kuali, red.) dari tanah liat yang kami datangkan dari Solo. Selain itu, kami mengemasnya dengan harga merakyat dan menggunakan bahan baku berkualitas. Dalam arti, dagingnya masih segar,” kata Tukiman, pemilik Soto Kwali Sukoharjo Makmur.

Dalam penyajiannya, Soto Kwali dicampur nasi dalam satu mangkok. Hal itu, pada awalnya membuat masyarakat Batam bertanya-tanya. “Saya jelaskan, jika itulah ciri khasnya. Tapi, kalau ingin nasi dan soto dipisah atau ditempatkan di wadah yang berbeda ya tidak apa-apa,” lanjutnya.

Dalam perkembangannya, mereka bisa menerima. Bahkan, yang dulu bertanya-tanya, sekarang menjadi pelanggan tetap. “Artinya, soto saya sudah diterima oleh berbagai suku di Batam,” tambahnya.

Merunut ke belakang, Soto Kwali hadir pada tahun 2004 di kawasan Legenda Malaka, Batam. Pada Oktober 2009, usaha ini mengalami kebakaran besar hingga habis-habisan.

Namun, sebulan kemudian, bangkit lagi. Bahkan, pada tahun 2011, berkat bantuan teman-teman di komunitas masyarakat Jawa di Batam, usaha ini didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk dipatenkan.

Jika mitra itu juga ikut memiliki usaha ini, dipastikan yang bersangkutan juga bersemangat mengembangkannya

Bukan cuma itu, pada tahun yang sama, Tukiman juga memitrakan usahanya. Untuk itu, pria yang mengaku tidak sekolah ini menerapkan konsep kemitraan secara sederhana.

Contoh, ia mematok nilai kemitraan dengan harga sangat terjangkau, serta menyediakan angkringan dan mangkok. Sedangkan meja, kursi, dan tempat disediakan oleh mitra. Untuk royalty fee sebesar 5% dari omset kotor per bulan, baru ditarik setelah usaha tiga bulan berjalan.

Untuk tempatnya, belum ada patokan. Karena, usaha tersebut bisa saja dibuka di perumahan atau ruko (rumah toko). Demikian pula, dengan Break Even Point dan Return of Investment.

“Sebab, salah satu mitra kami dalam sebulan bisa membukukan omset Rp113 juta. Sehingga, otomatis sudah balik modal,” kata kelahiran Sukoharjo, 7 Agustus 1964 ini. Sekadar informasi, warung makan yang dibuka dari jam 07.00 hingga 21.00 ini pada hari-hari biasa “menghabiskan” 300–400 mangkok, sedangkan pada hari Minggu bisa sampai 500-an mangkok.

Sebenarnya, ia melanjutkan, niat memitrakan belum ada. Tapi, sudah ada yang meminta. “Di sisi lain, saya ingin mengembangkan usaha ini. Kalau mencari orang-orang untuk memegang usaha saya di suatu tempat itu susah. Namun, jika mereka itu mitra yang notabene ikut memiliki usaha ini, pasti yang bersangkutan juga bersemangat mengembangkan. Tidak mau rugi juga. Karena, sudah mengeluarkan modal,” paparnya.

Tiga tahun setelah kemitraan ditawarkan, Soto Kwali pun”membukukan” 10 warung soto di mana empat di antaranya milik mitra. “Kami berpikir, daripada banyak macam tapi hanya di satu tempat, lebih baik satu macam tapi di banyak tempat,” pungkasnya.

Bukan cuma itu, Tukiman juga menargetkan merambah kota-kota besar di luar Batam. Dan, ia akan memulainya di Balikpapan di mana ia pernah tinggal selama enam tahun dan cukup mengenal masyarakatnya.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …