Home / Kiat / “Bukan Konsepnya yang Penting, Melainkan Mewujudkannya!”

“Bukan Konsepnya yang Penting, Melainkan Mewujudkannya!”

Mayo Pinto

Tidak dimungkiri, jika bisnis merupakan dunia yang menantang untuk dimasuki. Dalam arti, bisnis bukan sekadar sebagai sumber penghasilan yang lain atau cadangan, ketika sumber penghasilan yang lain terpaksa menghilang. Dan, itulah yang mendorong Mayo berbisnis

e-preneur.co. Setiap orang memiliki target-target tertentu dalam hidupnya. Tak terkecuali Mayo Pinto, senior account manager sebuah perusahaan teknologi infomasi yang berlokasi di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan.

Target Mayo, begitu ia biasa disapa, yaitu menjadi pebisnis pada umur 27 tahun. “Tidak ada alasan khusus mengapa pada umur 27 tahun dan mengapa harus bisnis. Itu hanya salah satu target dalam hidup saya, yang dibuat begitu saya menapaki dunia kerja,” kata kelahiran Payakumbuh, 18 Januari 1982 itu.

Hal itu, ia menambahkan, juga tidak berhubungan dengan karirnya. “Karir saya terbilang bagus, kondisi kantor pun stabil,” ujarnya.

Untuk itu, saat berumur 25 tahun, ia sudah gencar mencari dan bertanya ke sana ke mari tentang bisnis apa yang sebaiknya ia miliki. Mengingat, ia tidak memiliki hobi yang spesifik, yang pada akhirnya akan menghasilkan uang.

“Saya pernah berencana resign dari pekerjaan saya sebelumnya, lantas berbisnis Kelapa Sawit. Tapi, setelah saya melakukan survai, audit, dan memperoleh investor, ternyata saat itu harga kelapa sawit pas melorot,” kisahnya.

Akhirnya, ia memutuskan mendirikan Maio Auto Clinic di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Hal itu, dilatarbelakangi oleh pekerjaannya yang banyak bersenggolan dengan sales.

“Menurut saya, dalam bisnis itu yang harus dipertimbangkan yaitu produk, kompetisi, serta adanya peluang dan kebutuhan. Dilihat dari produk, oli yang menjadi produk andalan bisnis saya itu kualitasnya bagus dan banyak peminatnya. Dilihat dari kompetisinya, berdasarkan pengalaman sebagai distributornya, produk ini juga kompetitif. Dan, kebetulan peluangnya pas ada di situ,” ungkapnya.

Maio Auto Clinic dibangun dengan modal pribadi sebesar Rp130 juta, di mana yang Rp30 juta digunakan untuk menyewa tempat seluas 4 m²x15 m² dengan empat lantai. “Bengkel ini menyediakan upgrade performance dan fuel saving untuk motor dan mobil. Tapi, untuk sementara, tahap pertama saya fokus pada motor,” ujar sarjana komunikasi dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta, ini.

Setelah biaya operasional tertutupi (sesuai dengan targetnya, red.), ia melanjutkan, maka tahap berikutnya yaitu fokus pada distribusi untuk mengejar profit. “Setelah profit terkumpul—menurut target saya, dalam tempo enam bulan sudah terkumpul—selanjutnya saya fokus pada mobil. Step by step lah,” katanya.

Namun, ia tidak memungkiri bila usaha yang baru beroperasional itu masih terkendala oleh marketing dan promosi. Sementara, sebagai karyawan, ia terkendala oleh waktu.

Untuk itu, ia menyerahkan kepengelolaan usahanya pada orang kepercayaannya. Yang bersangkutan bertanggung jawab untuk mengontrol operasional “perusahaan”.

Kalau ingin membangun bisnis, mikirnya jangan kelamaan

Meski begitu, Mayo yang hanya datang ke bengkel pada Sabtu dan Minggu tidak serta merta lepas tangan. Ia yang bertindak selaku auditor dan pembuat sistem dalam bisnis ini akan membenarkan sistem, menyusun strategi marketing, berdiskusi dengan keempat karyawannya tentang operasional usaha ini, dan lain-lain.

Sementara, pada hari kerja, setiap pagi, ia menghubungi orang-orang di bengkelnya. Atau, mereka yang datang ke rumahnya untuk melaporkan kondisi bengkel.

Dikatakan bahwa keberhasilan suatu bisnis akan terwujud, bila dikelola sendiri oleh pemiliknya. Sebaliknya, jika kepengelolaan diserahkan kepada pihak lain, sekali pun orang kepercayaan atau bahkan saudara, akan muncul kecurangan di sana-sini.

“Untuk masalah dicurangi, saya sudah tahu kalau itu pasti terjadi. Cuma, saya akan berusaha me-minimize-nya melalui sistem yang saya buat. Rencana saya, semua data yang berhubungan dengan keluar masuknya uang dibuat dalam bentuk computerize digital,” ucapnya.

Saat ini, yang ingin ia lakukan hanya menempatkan orang-orang kepercayaannya. Sebab, menurutnya, masalah-masalah baru muncul setelah bisnis berjalan. “Jadi, untuk saat ini, yang penting secure dulu,” lanjutnya.

Terkesan sangat simple. Tapi, memang begitulah pola pikirnya. Bahkan, dengan terus terang, dikatakannya bahwa dalam berbisnis ia tidak memiliki perencanaan-perencanaan tertentu.

“Ketika saya menginginkan sesuatu dan lalu menemukannya ya sudah saya wujudkan. Saya justru heran dengan mereka yang ingin berbisnis, tapi mikirnya lama banget. Padahal, yang penting itu bukan konsepnya, melainkan meng-install-nya,” tegasnya.

Ia menambahkan, “Contoh, bisnis apa yang paling ‘enak’? Jawabannya, bisnis cuci motor. Karena, untungnya gede. Ya sudah ‘hajar’ (baca: dijalankan, red.) saja! Lokasi pun bagi saya bukan masalah. Karena, yang penting marketing-nya bagus”.

Namun, tetap diakuinya bahwa membangun bisnis bukan perkara mudah. Sampai sejauh itu, ia belum merasakan enaknya menjadi pengusaha.

“Yang saya rasakan justru mumetnya. Waktu hang out pun sudah tidak fokus. Pikiran juga terbelah dengan pekerjaan kantor. Tapi, saya optimis dengan prospek bisnis saya. Karena, sudah banyak yang membeli produk olinya,” ucapnya.

Untuk itu, ia menambahkan, bagi mereka yang berencana memiliki bisnis selagi masih menjadi karyawan, sebaiknya memilih bisnis online atau lebih tepatnya, memasarkan produk orang lain secara online. Sehingga, mereka tetap dapat mengontrol bisnis mereka di kantor sembari bekerja (sebagai karyawan).

Dengan kata lain, bukan menjadi pengusaha dalam arti pengusaha (= ada produknya, ada karyawannya, ada tempat produksinya, dan sebagainya, red.), melainkan hanya sebagai distributor, agen, atau sales. Seperti yang pernah dilakukannya yaitu menjadi distributor oli. “Bisnis franchise juga bisa, meski tetap saja yang mengelolanya orang lain,” katanya.

Rencana ke depan? “Tetap menjadi karyawan, walau bisnis saya ini berkembang hingga mencapai kesuksesan seperti target saya. Karena, saya melihat prospek karir saya masih bagus,” ujar Mayo, yang berencana meraih jenjang karir sampai posisi general manager.

Di sisi lain, kalau bisnis ini nantinya ternyata gagal, ia berharap masih memiliki sumber pemasukan yang lain. “Selain itu, saya akan tidak akan kapok membangun bisnis yang lain lagi,” pungkasnya.

Sedangkan untuk Maio Auto Clinic, ia menargetkan sudah memiliki cabang di mana-mana melalui sistem waralaba. Di samping itu, ia juga membuka kesempatan kepada pihak-pihak lain yang ingin bergabung (joint venture). Sementara untuk tiga lantai di atas bengkelnya, ia berencana membuat kafe dan kantor.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …