Intip Solo
Bukan sembarang kerak nasi. Itulah, Intip Solo. Tidak mengherankan, bila banyak wisatawan menjadikannya oleh-oleh yang wajib dibeli ketika berkunjung ke Kota yang Tidak Pernah Tidur ini
e-preneur.co. Intip, dalam Bahasa Jawa, berarti kerak nasi. Di Solo, intip menjadi salah satu camilan khas.
Intip dihasilkan secara tidak disengaja ketika menanak nasi secara tradisional yaitu dengan menggunakan kendil atau periuk. Lalu, kerak nasi yang menempel di dasar kendil itu dilepas atau dikerok, dijemur sampai kering di bawah sinar matahari langsung, dan selanjutnya digoreng dengan menggunakan teknik khusus.
Intip yang dihasilkan oleh “industri” rumah tangga ini mempunyai bentuk tidak rapi dan mudah pecah, namun renyah. Tapi, seiring berjalannya waktu, mulai agak sulit dicari. Mengingat, adanya perubahan cara memasak nasi. Padahal, permintaan dari konsumen semakin banyak
Ada yang asli, ada yang buatan
Sebagai solusi, dibuatlah intip buatan. Meski sama-sama dibuat dari kerak nasi yang dikeringkan dan digoreng, tapi intip buatan yang dibuat dengan sengaja dengan menggunakan cetakan khusus ini memiliki bentuk seperti dasar periuk (bulat dan rapi) dan tidak mudah pecah atau terbelah, serta padat. Intip buatan—yang biasanya diproduksi oleh industri makanan yang berproduksi dalam jumlah besar—ini juga dibumbui agar berasa gurih.
Baik intip “asli” maupun intip buatan dipasarkan dengan dua rasa yaitu asin atau gurih (dihasilkan dari taburan garam halus) dan manis yang dihasilkan dari lelehan gula Jawa di atas gorengan intip. Sisa nasi yang semi gosong ini bisa ditemui di berbagai pasar tradisional atau toko oleh-oleh di Solo dengan harga mulai dari Rp10 ribu.