Nuryana Saepudin (Kepala Sekolah SMAT Krida Nusantara & Direktur CV Gema Nuansa Tours & Travel)
Bisnis itu sesuatu yang unik dan indah untuk dimainkan. Setidaknya, itulah yang dijalani Nuryana. Berada dalam situasi kepepet yang satu ke kepepet yang lain, lalu berusaha menciptakan dan menangkap peluang, akhirnya ia pun memiliki bisnis yang membuat ia dan keluarganya hidup lebih dari layak
e-preneur.co. Seorang akademisi selalu berpikir bahwa peluang itu diciptakan. Dan, peluang itu seringkali hanya muncul satu kali. Siapa pun yang dapat menangkap peluang itu, maka dialah yang akan berhasil.
Nuryana Saepudin, yang kala itu menjabat Kepala Sekolah Menengah Atas Terpadu (SMAT) Krida Nusantara, Bandung, menciptakan dan menangkap peluang itu, ketika sedang kepepet. Saking banyaknya situasi kepepet yang menghampiri, Sarjana Pendidikan Fisika dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bandung, ini terdorong untuk menjadikannya sebagai suatu kesuksesan.
“Awalnya, saya gagal mendapatkan apa yang menjadi hak saya yaitu gaji rapelan sebesar Rp750 ribu (pada tahun 2007 sama nilainya dengan Rp7 juta, red.). Kepepet oleh kondisi ini, saya tertantang untuk kreatif,” tutur pria, yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak Agustus 1981 ini.
Hasilnya, bila guru-guru lain mendapat gaji Rp350 ribu/bulan, ia memperoleh pemasukan Rp3,5 juta dalam jangka waktu enam bulan (di luar gaji) yang dikumpulkannya dari berjualan topi, badge OSIS, dan kaus olahraga di luar jadwalnya mengajar. “Hal ini, menempatkan saya dan keluarga dalam posisi hidup layak sebagai guru,” lanjutnya.
Dua tahun setelah menempati posnya yang baru, Master di bidang Ilmu Pemerintahan, Universitas Langlangbuana, Bandung, ini terpilih sebagai wakil kepala sekolah. “Biasanya, untuk bisa menduduki jabatan ini harus sudah memiliki masa kerja hingga 15 tahun. Karena itu, guru-guru lain mengajukan resolusi dan saya diturunkan dari jabatan saya,” kisahnya.
Kepepet lagi dengan kondisi ini, ia memutuskan untuk menjadi pebisnis tanpa mengganggu jadwalnya mengajar. Awal tahun 2003, bersama sang istri, ia mendirikan CV Gema Nuansa Tours & Travel dan menempatkan dirinya di posisi Direktur CV Gema Nuansa.
Menjalankan bisnis tidak harus moving, tapi harus komit
Bisnis ini dipilih, karena ia merasa memiliki pengalaman di bidang tour & travel. “Berdasarakan pengalaman itulah, saya mampu merancang Tour of Operation (TO). Jadi, nggak ribet lagi,” kata mantan tour leader ini.
Namun, kemudian, ia menyerahkan operasional CV Gema Nuansa ke mitranya ketika ada ketentuan di SMAT Krida Nusantara yang (secara tidak langsung) melarang para gurunya berbisnis. “Tapi, saya tetap menjadi mediator bila ada yang akan melakukan perjalanan wisata atau ibadah. Jadi, mitra saya bertugas mencari klien, sedangkan saya yang merancang TO-nya,” tambah motivator pada sebuah lembaga kajian ini.
Dari sini, Nuryana yang juga Da’i ini menyimpulkan bahwa menjalankan bisnis tidak harus moving, cukup dengan menggunakan handphone, telepon, atau fax. “Kita cukup memberdayakan pikiran kita, lalu biarkan orang lain yang menjalankannya, meski hasilnya tidak sebesar bila kita terjun langsung. Tapi, yang penting yaitu bagaimana caranya membangun sistem,” jelasnya.
Selain itu juga harus komit. Dalam arti, komit sebagai guru ketika sedang mengajar dan komit sebagai pebisnis saat sedang menjalankan perusahaan. Sebab, kita tidak bisa hanya total pada satu bidang. Hal itu, akan membuat hidup kita kaku.
Selanjutnya, harus menjaga totalitas mutu. Sehingga, orang tidak akan mudah melupakan kita. “Kalau setiap tahun kita harus mencari pelanggan itu sulit. Tapi, menjadi mudah bila kita terus menjaga hubungan dengan pelanggan,” pungkasnya.