Lukisan Polyresin
Perkembangan dalam dunia lukisan semakin beragam. Terutama, dari bahan yang digunakan untuk melukis. Salah satunya, dari polyresin. Dan, Agus mengimpor seni lukis dari Cina itu ke Indonesia, lalu memodifikasi dan mengimprovisasikannya. Hasilnya, harga jualnya lebih terjangkau tapi tetap mendatangkan omset yang besar baginya
e-preneur.co. Dunia seni bukan hanya mengasyikkan bagi mereka yang menyukainya, melainkan juga dapat dijadikan bisnis. Seperti, yang terjadi pada Agus Budiman.
Pada tahun 2001, saat melancong ke Cina, Agus mampir ke pasar seninya. Di sana, ia melihat sesuatu yang berbeda yakni lukisan polyresin.
Dikatakan berbeda, sebab, lukisan itu seperti terbuat dari batu. Padahal, sebenarnya itu tanah liat.
Merasa tertarik, Agus pun mempelajari bagaimana caranya membuat lukisan itu langsung dari pelukisnya. Tapi, setelah paham, pria berkacamata ini tidak langsung mencoba membuatnya sendiri
Setahun kemudian, ia membangun usaha penjualan lukisan polyresin di mana lukisan-lukisan ini didatangkan langsung dari Cina. Usaha yang dinamai Dragon 88 itu berlokasi di ITC Mangga Dua, Jakarta Utara. “Ternyata laku,” kisahnya.
Tahun 2003, kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1976 ini memberanikan diri mengikuti sebuah pameran tahunan terbesar se-Asia Tenggara yang diselenggarakan di Jakarta. Namun, Agus kecewa.
Karena, biaya sewanya terbilang mahal. Selain itu, ia juga sempat ditolak oleh panitia. Lantaran, produknya bukan buatan dalam negeri.
Bisnis lukisan polyresin ini menjanjikan
“Setelah sempat ditolak, saya tidak mau memaksa. Tapi, beberapa hari menjelang hari H, saya ditelepon. Panitia mengatakan bahwa masih ada satu tempat dan itu pun di pojok sekali. Meski begitu, produk saya tetap habis terjual,” tambahnya.
Empat tahun kemudian, penyandang gelar Bachelor of Commerce dari sebuah perguruan tinggi di Australia ini, akhirnya mulai membuat lukisan polyresin sendiri. Untuk itu, ia mendatangkan langsung pelukis polyresin dari Cina untuk menjadi pegawainya.
Saat ini, Agus sudah mempunyai beberapa pegawai di bagian art untuk membuat lukisan tersebut. “Semua bahan berasal dari dalam negeri. Sehingga, harganya lebih murah daripada yang impor,” jelas pria, yang mengaku tahu bagaimana membuat lukisan polyresin, tapi belum pede membuatnya sendiri.
Di samping itu, Agus melanjutkan, pada awalnya semua lukisan itu handmade. Tapi, setelah itu, dibuat master-nya agar dapat diproduksi masal.
Sementara untuk ide lukisannya, ia mengambil dari internet atau menampung masukan dari konsumennya. Agus juga mengimprovisasi warna-warna lukisannya, seperti yang semula hanya berwarna emas dan perak, kemudian ia tambahkan warna-warna lain.
Selain itu, jika dalam pengecatan terjadi kegagalan, Agus dan karyawannya bisa menyiasatinya. “Team saya akan menggantinya dengan warna dasar, lalu diberi warna lagi,” kata Agus, yang untuk frame lukisannya masih diimpor dari luar negeri.
Untuk membangun usaha ini, Agus menanamkan modal awal sebesar Rp400 juta. “Modal yang saya keluarkan terbilang besar, tapi saya yakin bisnis ini menjanjikan dan belum ada di Indonesia. Ini masih satu-satunya di sini,” ujarnya.
Agus menjual lukisan yang beratnya bisa mencapai 10 kg ini dengan harga Rp150 ribu–Rp30 juta. Karena itu, konsumen yang disasar dari kalangan menengah ke atas dan pecinta lukisan.
Menurutnya, harga itu terbilang murah dibandingkan lukisan yang menggunakan cat air. “Kalau lukisan pada umumnya dijual karena siapa yang melukis dan harganya bisa ratusan juta rupiah, sedangkan harga lukisan polyresin ini hasil dari perhitungan harga bahan yang digunakan dan seberapa sulit tingkat pembuatannya,” papar Agus, yang menjual lukisan polyresin-nya di gerainya yang terletak di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, di samping melalui berbagai pameran.