Popok Kain (Popokainkuu)
80% bayi akan mengalami ruam popok, iritasi, dan sebagainya sebagai imbas pemakaian popok plastik. Untuk mengatasinya, dimunculkan popok kain yang menurut penelitian lebih sehat dan lebih baik. Sayang, belum mampu mengalahkan penjualan popok plastik yang notabene lebih gampang ditemui dan dianggap lebih murah. Meski begitu, pasar popok kain selalu ada
e-preneur.co. Para Ibu akan panik bila bayi mereka mengalami ruam popok. Untuk itu, mereka akan melakukan berbagai cara untuk mengatasinya.
Demikian pula dengan Muthia Qoriana, saat mengetahui buah hatinya mengalami ruam popok yang sangat parah. Untuk mengatasinya, ia mengganti diaper yang biasa dipakai dengan popok kain. Dan, ruam popok itu pun tidak terjadi lagi.
“Padahal, jika kita lihat, popok kain terkesan panas kalau dipakai. Tapi, ternyata tidak. Bahkan, sirkulasi udaranya bagus. Sehingga, ruam popok bayi saya pun sembuh,” kisah Qory, begitu ia biasa disapa.
Selain itu, ia melanjutkan, popok kain atau cloth diaper (disingkat clodi, red.) dapat digunakan oleh anak-anak yang baru lahir hingga berumur tiga tahun. Karena, tersedia dalam tiga ukuran yakni small (S), medium (M), dan large (L). Bahkan, beberapa merek membuat hingga berukuran XL (extra large).
Popok kain juga mampu menampung air kencing hingga 3–4 jam. Malah, ada pula yang dapat dipakai semalaman.
“Sementara daya tahannya seperti baju. Dalam arti, meski dicuci berulang-ulang, kalau masih bagus ya masih bisa terus dipakai hingga diturunkan ke adiknya,” paparnya. Dengan demikian, popok kain ini ramah lingkungan.
Hal-hal tersebut, mendorong Qory untuk menjadi salah satu distributornya untuk wilayah Jawa Barat. Qory yang menamai usahanya Popokainkuu (baca: Popok Kainku, red.) ini, mulai menjadi distributor dengan modal awal atau uang muka rata-rata Rp15 juta untuk satu produsen. Saat ini, ia memegang enam merek yang diambil dari para produsen di Bandung, Jakarta, Cibubur, Solo, dan Yogyakarta.
Prospek bisnisnya bagus. Asalkan, bisa membaca pasar
Namun, ternyata dalam penjualannya tetap dibutuhkan perjuangan. Meski menjadikan anak-anak sebagai target market-nya.
“Kami masih terkendala oleh pemikiran para Ibu, yang tidak mau repot mencucinya. Selain itu, mereka selalu berpikir bahwa popok kain itu mahal. Padahal, dilihat dari daya tahannya yang lama (2–3 tahun), harganya murah sekali,” ucap Qory, yang mengedukasi konsumen dan memperkenalkan produk ini secara persuasif melalui pameran, brosur, dan lain-lain.
Sementara dari sisi omset, sangat tergantung pada seberapa bersemangatnya dalam memasarkan produk ini. “Dengan kata lain, bisnis ini menjanjikan jika kita tekun menjalaninya,” tegas kelahiran Padang, 22 Mei 1983 ini.
Hal itu dibuktikan oleh psikolog ini, dengan setidaknya tupo (tutup point) setiap bulan dan 80% dari belanja bulanan diserap pasar. Sekali pun, yang ia lakukan ini “hanya” pekerjaan sampingan.
“Artinya, prospeknya bagus. Asalkan, bisa membaca pasar. Selain itu, juga sepanjang kita pintar menjelaskan/mengedukasi para Ibu bahwa bayi yang baru lahir selalu membutuhkan popok kain. Di sisi lain, sepanjang bayi masih dilahirkan, maka kebutuhan popok akan terus ada,” ucapnya.
Namun, diakuinya, popok plastik masih merajai pasar popok. Sebab, lebih gampang ditemui. “Tapi, saya yakin bahwa popok kain pun akan dicari konsumen. Karena, jika ada yang mengatakan bahwa dengan popok plastik, bayi mereka tidak mengalam ruam popok, itu hanya sekitar 20%. Sedangkan yang 80%, tetap akan mengalami ruam popok, iritasi, dan sebagainya. Nah, pada saat itulah, mereka akan mencari popok kain,” pungkasnya.
Intinya, pasar popok kain akan selalu ada. Apalagi, selama para produsennya terus berinovasi, maka usaha ini akan terus berjalan.