Home / Agro Bisnis / Diburu Para Kolektor dan Hobiis Tanaman Hias

Diburu Para Kolektor dan Hobiis Tanaman Hias

Kantong Semar

Sebagian besar jenisnya berasal dari Indonesia, tapi dianggap tanaman impor. Tapi, bukan hal itu yang membuat para kolektor dan hobiis memburu Kantong Semar, melainkan lebih kepada keunikannya. Imbasnya, dapat dijadikan ladang usaha yang menggiurkan, bagi mereka yang mau membudidayakannya

e-preneur.co. Kantong Semar (Latin: Nepenthes, red.) merupakan nama tanaman hias yang tidak asing lagi di telinga kita. Tapi, baru sekitar tahun 2007, namanya menjadi buah bibir. Terutama, di kalangan kolektor dan hobiis tanaman hias.

Imbasnya, banyak penjual Kantong Semar mengambil langsung dari hutan dan lalu menjualnya. Padahal, tanaman ini memiliki akar yang sensitif. Sehingga, 80%-nya akan mati sebelum sempat dibudidayakan.

Lantas, apa sih hebatnya tanaman yang nama Latinnya diambil dari nama gelas anggur ini? Selidik punya selidik, ternyata tanaman merambat ini mempunya banyak kelebihan—lebih tepatnya keunikan—dibandingkan tanaman-tanaman hias lain.

Hingga, Muhammad Mansur pun menjulukinya tanaman hias unik. Mengingat, tanaman hias hanya dibagi menjadi tanaman hias daun dan tanaman hias bunga.

“Setelah saya menemukan dan mengembangbiakkan Kantong Semar pada tahun 1997, saya memasukkannya ke dalam kelompok tanaman hias unik. Sebab, sama halnya dengan bunga bangkai yang cuma memiliki bunga, kantong pada Kantong Semar merupakan modifikasi dari sebagian daunnya,” jelas pemilik Thalita Nursery ini.

Kantong itu, ia melanjutkan, terbentuk secara evolusi sebagai upaya untuk bertahan hidup. Mengingat, tanaman tahunan ini tumbuh subur di tanah yang miskin unsur hara (gersang).

Di bibir kantongnya yang licin itu, ia menambahkan, terdapat nektar (sejenis madu, red.) yang mengeluarkan bau khas, yang memancing serangga untuk mendatanginya. Serangga yang mendekat, nantinya akan tergelincir masuk ke dalam kantongnya.

Sementara di dalam kantongnya, terdapat enzim pengurai yang akan menguraikan binatang-binatang tersebut sampai membusuk, larut, dan akhirnya diserap sebagai bahan makanannya. “Karena itulah, Kantong Semar digolongkan sebagai tanaman karnivora (pemakan daging, red),” katanya.

Dapat diperbanyak dengan cara stek batang, menyemai biji, maupun memisahkan anakannya

Sekadar informasi, dulu, Kantong Semar hanya dikenal sebagai tanaman pemakan serangga atau berbagai binatang berukuran kecil. Tapi, seiring dengan semakin tingginya ukuran tanaman (bisa mencapai 20 meter, red.), kini ia juga mampu memangsa tikus.

Keunikan tanaman yang banyak dijumpai di Kalimantan dan Sumatra ini, bukan cuma itu. “Ia memiliki lima macam bentuk kantong dan aneka warna, tergantung habitatnya,” ungkap peneliti dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Bogor, ini.

Cairan di dalam kantongnya yang masih tertutup, ia melanjutkan, dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai obat diare atau batuk. Sedangkan para petualang, menggunakannya sebagai sumber air minum.

Sementara akarnya, dapat digunakan untuk mengobati demam. Batangnya dimanfaatkan sebagai pengganti tali. Selain itu, tanaman yang diperkirakan berasal dari Asia Timur ini juga dapat digunakan sebagai indikator iklim.

Tanaman yang  memiliki lebih dari 121 jenis (lebih dari 50%-nya tumbuh di Indonesia, red.) ini, juga dapat diperbanyak dengan mudah baik dengan cara stek batang, menyemai biji, maupun memisahkan anakannya. Cara paling gampang yaitu dengan stek batang.

Sebab, untuk menyemai biji akan terhalang oleh sulitnya mendapatkan bijinya. Mengingat, sampai sekarang belum ada yang menjual bijinya.

“Bagi pemula, saya sarankan untuk membudidayakan Kantong Semar dengan cara stek batang dan menggunakan bibit hasil budidaya. Karena, bibit yang diambil dari habitat aslinya belum beradaptasi. Sehingga, mudah mati (hanya mampu bertahan hidup seminggu, red.),” jelas Mansur, yang menjalankan bisnis penjualan Kantong Semar ini sejak tahun 2004.

Meski demikian, untuk membudidayakan tanaman yang disebut orang bule tropical pitcher plant ini, kita harus memahami apa maunya dengan mengenal empat poin penting yaitu jenis (tumbuh di dataran rendah, dataran menengah, atau dataran tinggi), kelembaban udara (di atas 50%), pencahayaan, dan media tanam (bukan tanah, karena padat dan cepat busuk).

“Hebatnya, Nepenthes merupakan tanaman yang bisa tumbuh tanpa diberi pupuk. Karena, tanaman yang sangat peka dengan zat kimia ini lebih mengandalkan kantong daripada akarnya,” kata Mansur, yang pernah menjual Kantong Semar-nya seharga Rp1,5 juta/pot.

Catatan

Jika Anda tertarik untuk membudidayakan Nepenthes dengan cara stek, maka yang Anda butuhkan yaitu

  • Lahan minimal seluas garasi mobil atau teras rumah.
  • 10–20 pot bibit Gracilis hijau, minimal setinggi 1 meter. Meski, yang paling diminati konsumen Gracilis merah dan Gracilis hitam, tapi karena harganya jauh lebih mahal, maka digunakan Gracilis hijau untuk awal berbudidaya. Di sisi lain, Gracilis mudah tumbuh atau bersifat umum.
  • Selanjutnya, bibit salah satu jenis Nepenthesini dipotong-potong hingga menghasilkan 20–30 pot.
  • Setelah enam bulan, bibit-bibit ini sudah dapat dijual.
  • Pada tahap awal, risiko keberhasilan 50%. Dalam perkembangannya, risiko ini akan meningkat.
  • Biaya produksi/operasional dianggap tidak ada. Karena, dapat dikerjakan sendiri dan tanaman ini tidak memerlukan bahan pembantu lain untuk tumbuh.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …