Home / Kiat / Menarik Perhatian Konsumen dengan Bahan Baku Tak Lazim dan Brand Unik

Menarik Perhatian Konsumen dengan Bahan Baku Tak Lazim dan Brand Unik

Produk Berbahan Kulit

Busana dan aksesori berbahan kulit, boleh dikata, tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, Apalagi, kini bukan hanya kulit sapi yang digunakan, melainkan juga kulit ikan pari. Hal inilah, yang membuat konsumen tertarik dengan produk berlabel [Q]-lit Leather LifeStyle, di samping penulisan brand-nya yang unik

e-preneur.co. Kulit hewan sebagai bahan pakaian, menyimpan banyak keunggulan. Misalnya, permukaannya yang tidak licin membuatnya tidak mudah tergores. Ia cukup mudah dibentuk dengan motif jahitan yang rapi, bahkan tidak jarang helai benangnya pun tidak terlihat. Bahan kulit juga memberi kesan kuat dan hangat pada pemakainya, tanpa menanggalkan unsur keindahan dan kemewahan.

Tak heran, bila sepanjang waktu, busana berbahan kulit (khususnya jaket kulit, red.) memberi pesona tersendiri bagi pemakainya. Bagi pria, khususnya, jaket kulit bukan sekadar simbol kemewahan, melainkan juga cermin semangat hidup dan kepercayaan diri.

Seiring dengan berjalannya waktu, busana yang terbuat dari kulit sapi ini bukan cuma berfungsi mengusir udara dingin yang menggigit tulang, melainkan juga dapat dipadupadankan dengan busana-busana lain yang bersifat formal maupun kasual. Sehingga, pemakainya terlihat fashionable.

Atas dasar inilah, Ferry Iskandar membangun [Q]-lit Leather LifeStyle (baca: [Q]-lit, red.). Sebelumnya, ia sudah membangun bisnis sepatu fashion dan trekking (untuk keperluan adventure, red.) dengan merek The Trekker Adventure Shoes.

Pemahaman bahwa dunia adventure tidak melulu tentang naik gunung atau panjat tebing tapi juga tentang naik motor, memunculkan ide di benak Ferry untuk juga membuat sepatu bagi para biker. “Dari sepatu berkembang menjadi jaket. Dari jaket berkembang menjadi tas, dompet, dan ikat pinggang baik untuk pria maupun wanita. Juga dari kulit sapi berkembang menjadi kulit domba dan kulit ikan pari,” tuturnya.

Untuk menarik perhatian konsumen, Ferry bukan hanya menggunakan kulit ikan pari untuk dompet, tas, dan ikat pinggang, melainkan juga dari istilah [Q]-lit yang dipakainya. “Kata tersebut sebenarnya diambil dari kata kulit. Agar mudah diingat dan memberikan makna yang unik, huruf  ‘ku’ diganti dengan huruf  ‘Q’ yang dikurung dengan tanda [ ]. Brand inilah yang ingin kami sampaikan kepada para pemakai produk kulit kami,” jelasnya.

Sedangkan untuk pemasarannya, Ferry menggunakan website dan katalog digital. Sehingga, [Q]-lit juga dikenal dengan istilah [Q]-lit webstore.

Di samping itu, ia langsung menyasar komunitas pengendara motor gede (moge) dan off roader, serta para artis dan siapa pun yang fashionable dengan menggunakan sistem pertemanan atau persaudaraan. Karena itu, digunakan istilah [Q]-lit Leather Lifestyle.

Pemakainya tetap terlihat fashionable

Namun, pasar berkata lain. Pemasaran secara online yang dilakukan [Q]-lit belum berjalan seperti yang diharapkan. Masyarakat memang menaruh perhatian, tapi belum mempunyai keinginan untuk membeli produk-produk [Q]-lit. “Dari sini, saya menyadari bahwa website style bukanlah satu-satunya cara untuk memasarkan suatu produk, melainkan juga dibutuhkan pameran, katalog, dan sebagainya alias promosi langsung,” katanya.

Untuk mengatasi kondisi pemasaran yang tersendat-sendat ini, Ferry membuka saluran telepon genggam dan internetnya selama 24 jam. Dengan demikian, (calon) konsumen dapat menghubunginya baik melalui sms (short message service) maupun e-mail, tanpa batas waktu.

Selain itu, dia juga membuat katalog cetak [Q]-lit. Sehingga, konsumen yang belum terjamah internet atau komputer, tetap dapat mengaksesnya. Imbasnya, meski pemasaran [Q]-lit di dalam negeri masih berjalan tertatih-tatih, tapi jaket-jaket [Q]-lit—melalui perantaraan seorang teman—telah merambah negara yang pernah terkenal dengan sistem antirasnya yaitu Afrika Selatan.

Produk-produk [Q]-lit tidak diproduksi sendiri oleh Ferry, tapi dilakukan oleh sekelompok pengrajin trampil yang biasa membuat jaket, tas, dompet, dan ikat pinggang dari kulit dengan kualitas terbaik. Ferry juga tidak menjalin semacam kontrak kerja sama dengan mereka dan tidak memiliki home industry.

“Modal saya membangun usaha ini ‘kan cuma Rp10 juta (bila termasuk biaya promosi dan lain-lain, total Rp50 juta, red.). Jadi, tidak cukup untuk membangun pabrik dan membayar karyawan. Kami hanya memiliki produk, bahan, dan kualitas. Selain itu, cara ini lebih praktis dan biasa dilakukan perusahaan-perusahaan besar di Amerika,” kilahnya.

Bila konsumen ingin melihat langsung berbagai produk [Q]-lit, mereka bisa menyambangi rumah Ferry yang terletak di kawasan Sleman, Yogyakarta, atau cabang [Q]-lit di Medan, Sumatra Utara. Di samping menyediakan produk jadi dengan ratusan model, [Q]-lit juga menerima pesanan.

Berbicara tentang rencana ke depan, Ferry ingin mempunyai counter di seluruh Jawa dan Sumatra. Lalu, memproduksi produk kulit khusus untuk kalangan atas dengan merek yang berbeda (selama ini [Q]-lit ditujukan bagi kalangan menengah ke atas, red.).

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …