Dendeng Daun Singkong
Dendeng, selama ini, diketahui dibuat dari daging. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, lauk yang rasanya manis-manis gurih ini juga dapat dibuat dari tanaman. Di antaranya, dendeng yang dibuat dari daun singkong, seperti yang dibuat oleh Sriani. Hasilnya, usaha itu membukukan omset lebih dari 100% dan tidak memerlukan tenaga kerja
e-preneur.co. Suatu ketika, kawasan Jatirahayu, Bekasi, mengalami “panen raya” singkong. Imbasnya, bukan hanya tersedia singkong dalam jumlah yang sangat banyak, melainkan juga daun singkong yang melimpah.
Muncullah ide dalam benak Sriani untuk membuat dendeng dari daun singkong, sekaligus menjadikannya usaha. Selanjutnya, wanita yang aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungannya ini, mengikuti pelatihan tentang pengolahan daun singkong.
“Setelah direbus dan dibumbui, lalu dibentuk bulat-bulat dan digoreng. Waktu saya mencicipinya kok rasanya seperti dendeng paru goreng. Kemudian, terpikir oleh saya untuk menambahi bumbunya supaya lebih enak,” tutur Ani, sapaan akrabnya.
Setelah melakukan trial and error selama bertahun-tahun, akhirnya ia menemukan rasa yang diinginkan. Bukan cuma itu, bentuknya yang semula bulat dan kalau digoreng menjadi tidak beraturan atau pecah, ia ubah menjadi bentuk segitiga. Sehingga, tampak rapi dan yang lebih penting lagi, tidak hancur.
Kemudian, ia memasarkannya melalui berbagai kegiatan di lingkungannya, seperti senam dan bazar. “Di tempat senam ‘kan banyak orang yang ‘berburu’ kesehatan atau ingin sehat, sementara dendeng daun singkong ini sudah dijamin sehat. Mengingat, daun singkong mengandung vitamin A, B1, dan C, serta kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi,” paparnya.
Untuk itu, ia membawa tester-nya dan menerangkan kandungan bumbu-bumbunya. Lantas, mereka pun mencicipi dan akhirnya menyukai. “Mereka mengatakan kalau dendeng saya renyah seperti daging,” lanjutnya.
Dapat dikonsumsi para vegetarian dan aman bagi penderita penyakit tertentu
Ya. Tidak seperti dendeng dari daging yang teksturnya masih agak basah, dendeng daun singkong yang berwarna hijau kehitaman ini memang bertekstur garing dan renyah, serta berasa asin gurih. Selain itu, produk yang telah mengantongi izin dari Departemen (sekarang: Kementerian, red.) Kesehatan dan label halal dari Majelis Ulama Indonesia ini, tidak menggunakan daging sama sekali dan hanya dicampuri telur, tepung sagu, dan berbagai bumbu.
Sehingga, juga dapat dikonsumsi para vegetarian dan aman bagi mereka yang tidak diperbolehkan mengonsumsi daging lantaran menderita penyakit tertentu. Karena itu, tidak mengherankan bila produk yang diberi label Anita ini, banyak dijumpai di beberapa rumah sakit atau klinik-klinik kesehatan.
Imbasnya (dan juga karena bantuan anaknya yang memasarkan produknya dengan membuatkan website, red.), ia kewalahan melayani pemesanan yang datang dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, beberapa kota di Jawa Timur dan Kalimantan, serta Papua. Selain itu, juga sesekali “menjejakan kaki” di Belanda dan Amerika sebagai oleh-oleh. “Saya membuatnya untuk memenuhi pesanan, maka hasilnya langsung diserap pasar,” ujar kelahiran Surabaya, 23 Oktober 1956 ini.
Namun, meski masih ada beberapa kendala dalam pembuatannya, Ani mengakui jika usaha yang ia bangun sejak tahun 2005—tapi baru memasarkan produknya tahun 2010—ini menguntungkan. Sebab, modal yang dikeluarkan hanya sekitar Rp500 ribu−Rp1 juta, sementara keuntungan yang diraih bisa lebih dari 100% dan dapat dikerjakan tanpa bantuan tenaga kerja.
Berkaitan dengan itu, ia berencana menambah kapasitas produksi yang mempunyai masa kadaluarsa tiga bulan ini. Selain itu, juga akan menambah sumber daya manusia dan memasarkannya dalam kemasan lain, seperti toples.