Home / Kiat / “Jika Bisnis itu Prospektif, Segera Jalankan!”

“Jika Bisnis itu Prospektif, Segera Jalankan!”

Muktiningsih (Pemilik Mega Fashion dan Roemah Cantik Langsing)

Cerdas membaca berbagai peluang bisnis. Sehingga, jika menurutnya bisnis itu prospektif, maka ia langsung menjalankannya tanpa menunda-nunda waktu. Itulah Muktiningsih, yang memulai usaha dengan menjual dua potong pakaian secara kredit, kemudian berkembang menjadi Butik Mega Fashion dan sejumlah bisnis lainnya

e-preneur.co. Di depan rumahnya yang terletak di Jalan Jagalan, Kediri, Jawa Timur, berdiri kokoh Mega Fashion. Di lantai pertama butik itu, terpajang semua produk fashion mulai dari pakaian, tas, aksesori, parfum, dan lain-lain.

Sementara di lantai dua, terhampar ruang untuk gym, pelatihan dansa, serta ruang layanan perawatan kecantikan dan kesehatan Roemah Cantik Langsing. Bisnis sebesar itu, tidak pernah ada yang mengira bila bermula dari dua potong pakaian.

Muktiningsih, memulai usaha ketika duduk di bangku sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kediri. Awalnya, ia membeli dua potong pakaian dari orangtua teman sekolahnyanya yang berjualan pakaian.

“Waktu saya pakai, ada teman sekolah yang lain yang tertarik. Saat itu, pikiran saya langsung bekerja: kenapa saya tidak berbisnis jual beli pakaian saja,” kisah Mbak Ning, sapaan akrab dari para pelanggannya.

Lantas, ia membeli beberapa potong pakaian dari orangtua temannya itu dan menjual lagi ke sejumlah teman sekolahnya yang lain. Dari jual-beli pakaian di lingkungan teman-teman sekolah itulah, jiwa bisnis Mbak Ning terasah.

Kebetulan, rumah orangtua Mbak Ning dilewati ribuan karyawan sebuah pabrik rokok. Suatu waktu, ia pernah melihat sejumlah karyawan antre di depan toko sembako (sembilan bahan pokok) orangtuanya untuk membeli keperluan sehari-hari, semisal pasta gigi, shampo, dan sabun mandi.

Harga bersaing dan model yang mutakhir merupakan kunci sukses dalam berbisnis pakaian

Mbak Ning melihat pelayanan yang dilakukan oleh orangtuanya kepada mereka tidak efisien. Sehingga, banyak pembeli yang tidak terlayani. Kemudian, ia membuat terobosan dengan membungkus berbagai keperluan sehari-hari tersebut menjadi satu paket. 

Berkat terobosan itu, para pembeli dengan cepat terlayani dan omset usaha orangtuanya pun membengkak. Bakat dagangnya itulah, yang menggerakkan orangtuanya untuk membangun toko pakaian kecil di samping toko sembakonya.

Harga bersaing dan model yang mutakhir merupakan dua kunci dari beberapa kunci suksesnya dalam berbisnis pakaian. Itu sebabnya, Mbak Ning tidak mau kulakan pakaian di Kediri, melainkan ke Kapasan, Surabaya. “Dengan naik kereta api, dua hari sekali saya pergi ke Kapasan untuk kulakan,” tutur perempuan, yang memutuskan tidak melanjutkan kuliah selepas SMA ini.

Dalam waktu singkat, Mbak Ning mendapat kepercayaan dari grosir pakaian di Kapasan. Dengan semakin banyaknya produk pakaian, ia mulai memikirkan pemasarannya.

Ia membentuk reseller di lingkungan karyawan pabrik rokok tersebut. Satu reseller bisa menghasilkan omset Rp20 juta−Rp25 juta per bulan. “Tahun 1989/1990, saya memiliki sekitar 20 reseller,” ujarnya.

Artinya, ia bisa menangguk omset Rp400 juta−Rp500 juta per bulan. Itu, belum termasuk hasil penjualan dari tokonya sendiri. “Menjelang lebaran, omset dari toko bisa mencapai Rp25 juta/hari,” lanjutnya. 

Namun, masa booming langsung redup ketika perusahaan rokok tersebut mewajibkan karyawannya memakai pakaian seragam. Untuk mempertahankan omset—dibantu suaminya—Mbak Ning membeli satu toko di Pasar Sonobetek, Kediri.

Kejayaan berjualan pakaian sempat bertahan hingga beberapa tahun kemudian. Tapi, ketika di Kediri menjamur beberapa pusat perbelanjaan, omset toko pakaiannya turun drastis.

Alih-alih ciut nyalinya, perempuan kelahiran tahun 1969 ini justru mengambil langkah besar. Ia membeli tiga ruko (rumah toko) sekaligus di Jalan Pattimura, Kediri. Lantas, direnovasi dan disatukan menjadi Mega Fashion.

Namun, menyadari butik itu tidak berada di tempat strategis, Mbak Ning melancarkan jurus baru dalam pemasarannya. Ia bergabung dalam sejumlah kegiatan arisan. Bahkan, sekali pun bukan istri dokter, arisan istri-istri dokter pun ia ikuti.

Selain itu, cakupan wilayahnya bukan hanya Kediri, melainkan juga merambah Surabaya dan beberapa kota lain. “Sambil arisan, saya membawa produk-produk fashion. Itulah, cara saya memperkenalkan produk-produk saya,” ungkapnya.

Tapi, dengan sasaran konsumen yang berbeda dari sebelumnya, Mbak Ning harus rela bolak-balik Jakarta−Kediri setiap minggu untuk kulakan. Itu sebabnya, walau berjualan di Kediri, namun Jakarta merupakan barometer modenya.

Jurus mendatangkan pelanggan dengan masuk ke sejumlah arisan tetap dilakukan, ketika Mbak Ning memperluas usahanya ke pelatihan aerobik, senam, dansa, serta perawatan kecantikan dan kesehatan Roemah Cantik Langsing. Hasilnya, “orang-orang penting” di Jalan Doho, Kediri, tercatat sebagai konsumen setianya.

“Dalam berbisnis, saya menggunakan naluri. Bisnis yang menurut saya prospektif, langsung saya jalankan tanpa menunda-nunda waktu,” pungkasnya.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …