Home / Kiat / “Jika Menemui Masalah, Jangan Mencari Solusinya, Tapi Carilah Hikmahnya”

“Jika Menemui Masalah, Jangan Mencari Solusinya, Tapi Carilah Hikmahnya”

Cak Dar (Restoran Soto Lamongan “Cak Dun”)

Jatuh berulang-ulang dalam mencari nafkah. Tapi, Cak Dar bukan cuma bangun, melainkan bangkit lagi. Itu, karena ia berprinsip hidup bahwa dalam setiap masalah pasti ada hikmahnya. Dengan landasan itu, usaha Soto Lamongan Cak Dun-nya di Mega Legenda, Batam, menjadi salah satu tempat makan yang paling banyak pengunjungnya

e-preneur.co. Zona Nyaman, terkadang melenakan seseorang. Ini juga, yang diakui oleh Sudarno atau yang akrab disapa Cak Dar.

Sebagai pegawai honorer di Kantor Pajak Surabaya, Cak Dar sudah cukup bersyukur. Apalagi, dipercaya sebagai kordinator tugas lapangan dari pegawai-pegawai honorer yang lain.

Hingga, suatu hari, Kepala Kantor Pajak Surabaya memanggil semua pegawai pajak honorer. Singkat kata, masa tugas semua pegawai honorer akan berakhir dan tidak akan diperpanjang lagi. Cak Dar tidak menyangka, kalau zona nyaman itu berlangsung tidak lebih dari lima tahun.

Sebelum menjadi pegawai honorer, ia sempat menjadi penjual mie ayam. Bahkan, pada awal menjadi pegawai honorer pajak, ia sempat menjalani double jobs: siang menjadi pegawai honorer dan pada malam harinya menjadi penjual mie ayam di sekitar Wonokromo, Surabaya.

Pengalamannya menjadi penjual mie ayam memang tidak mengenakkan. Kadang, dalam satu hari, mie ayam yang terjual tidak lebih dari dua mangkok. Itu pun, mertuanya yang membeli. Karena, kasihan melihat dagangan Cak Dar masih utuh.

“Kadang, masih sering diisengi orang. Misalnya, mendadak roda gerobak hilang. Padahal, sudah siap mau berjualan keliling,” kisahnya.

Meski pahit, Cak Dar mengaku mendapat hikmah dari berjualan mie ayam keliling. “Penghasilan memang sama sekali tidak memadai. Tapi, saya senang mendapatkan hasil dari jerih payah saya sendiri,” lanjutnya.

Dengan pengalaman ini, sesaat setelah mengetahui status honorernya tidak diperpanjang, tidak terlintas dalam benaknya untuk menekuni kembali pekerjaan sebagai penjual mie ayam keliling. Ia justru bertekad memiliki usaha yang berkaitan dengan bahan baku beras, seperti usaha kuliner atau berjualan sembako (sembilan bahan pokok).

“Setahun sebelum meninggal, Bapak saya pernah berpesan bahwa jika suatu saat nanti saya memiliki usaha, maka harus berkaitan dengan bahan baku beras. Jalankan usaha yang bisa memberi makan kepada banyak orang,” tuturnya.

Empat hari sebelum kontrak kerjanya habis, Cak Dar nekad pergi ke Batam. Tujuannya satu: melihat peluang bisnis yang bisa digarap.

“Saat makan Soto Lamongan, saya heran kok pengunjungnya banyak sekali. Padahal, rasanya biasa saja. Mungkin, masih ada peluang kalau saya membuka usaha yang sama,” katanya dalam hati.

Meski belum pasti apakah mau membuka toko sembako atau restoran Soto Lamongan, sekembalinya dari survey, ia bertekad mendirikan usaha di Batam.

Untuk itu, ia meminjam uang ke sejumlah saudaranya. Selain itu, menjual sebuah lahan tambak ke salah satu saudaranya, dengan catatan jika suatu saat usahanya maju, lahan tambak itu boleh ditebus kembali.

Di Batam, tekad Cak Dar bulat yakni membuka restoran Soto Lamongan. Dibelinya sebuah ruko (rumah toko) di Komplek Ruko Mega Legenda, Batam Center. Padahal, ia tidak tahu sama sekali bumbu Soto Lamongan.

Malam hari menjelang restorannya dibuka, ia berkeliling mencari warung Soto Lamongan yang ramai pengunjungnya. Selain ingin makan di situ, ia juga ingin tahu komposisi bumbu Soto Lamongan.

Setiap masalah selalu membawa hikmah

“Selesai makan, saya menemui pemiliknya yang sudah setengah baya. Kepada Cak Ali (nama pemilik warung Soto Lamongan, red.), saya berterus terang bahwa besok pagi akan membuka restoran Soto Lamongan tapi tidak tahu bumbunya,” ujarnya.

Untunglah, Cak Ali rela berbagi resep. “Tapi, memang tidak semua rahasia resepnya diberitahukan kepada saya,” tambahnya.

Restoran Soto Lamongan itu ia beri nama “Cak Dun” (Cak Dun adalah salah satu petinggi Kantor Pajak Batam yang merupakan saudara Cak Dar, red.). “Ada satu keyakinan: kalau memiliki usaha, sebaiknya diberi nama saudara atau orang tua yang sudah naik haji agar usaha bisa maju pesat dan berkah. Karena, saya belum naik haji, maka saya pinjam nama saudara saya yang sudah naik haji,” ungkapnya.

Pada pembukaan restorannya, para pegawai pajak di Batam diundang untuk makan gratis. “Ini sebuah trik agar restoran terlihat ramai. Selain itu, untuk memperkenalkan keberadaan restoran saya di lingkungan Kantor Pajak di Batam dan sekitarnya,” jelasnya.

Keramaian itu, memang bisa menjadi magnet warga sekitar untuk bersantap di Cak Dun. Namun, tetap saja perjalanan usahanya belum mulus. Banyak complaint dari para pelanggannya yang mengatakan rasa sotonya kurang “menggigit”.

Berpulang pada filosofi “di balik masalah terdapat hikmah”, Cak Dar menanggapi positif kritikan-kritikan para pelanggannya. Untuk itu, ia menelepon sejumlah saudaranya di Surabaya dan Lamongan sekadar menanyakan bumbu soto khas Lamongan.

Setelah mendapatkan rahasia bumbu Soto Lamongan, Cak Dun berkembang pesat. Hanya tempo tiga bulan, Cak Dar harus menyewa ruko sebelahnya supaya bisa menampung pelanggan yang membludak.

Namun, pertumbuhan usahanya kembali tersendat. Sejumlah karyawannya tidak mampu memenuhi standar pelayanan sebuah restoran. Dengan berat hati,  Cak Dar mengganti karyawan-karyawan itu. Langkah ini, berhasil mengembalikan usaha Cak  Dar ke jalur semula.

Tapi, persoalan baru muncul, ketika pihak pengembang Ruko Mega Legenda memberikan izin kepada para pedagang makanan mendirikan warung tenda di bagian depan komplek ruko itu. Omset Cak Dun terus menurun.

Untuk menyelesaikan persoalan itu, tidak segan-segan Cak Dar mendatangi para pedagang warung tenda untuk menemukan win-win solution. Selain itu, Cak Dar menanyakan kebijakan tersebut kepada pihak pengembang.

Sekali lagi, Cak Dar harus dihadapkan kepada filosofi hidupnya yakni ada hikmah di balik masalah. Sebab, dengan adanya warung tenda itu, Cak Dar memutuskan untuk membuka warung lesehan di lahan kosong di samping dua rukonya.

Dengan luas sama dengan dua ruko sebelumnya, warung lesehan yang hanya buka malam hari itu justru bisa mendatangkan banyak pengunjung. “Itu sebabnya, saya semakin teguh terhadap prinsip bahwa setiap masalah selalu membawa hikmah. Saya tidak mencari solusi dari setiap masalah yang muncul, melainkan mencari hikmahnya,” tegasnya.

Dengan prinsip inilah, ia mampu membeli dua ruko dan menyewa lahan luas untuk warung lesehannya hanya dalam tempo dua tahun. Seandainya tidak ada masalah, mungkin Cak Dar tetap menjadi seorang pegawai honorer hingga kini.

Check Also

Membidik Kalangan Menengah ke Bawah

Alarm Rumah Made in Gresik  Kondisi perekonomian yang semakin sulit berimbas pada meningkatnya angka kriminalitas, …