Home / Senggang / Resto Area / Mengubah Tutut Menjadi Hidangan Mewah

Mengubah Tutut Menjadi Hidangan Mewah

Kedai Getek

Ingin menikmati tutut dengan sensai yang berbeda dan moderen? Kedai Getek menyediakannya. Di sini, Keong Sawah itu disajikan dengan tampilan yang mengundang selera dan nama-nama unik

e-preneur.co. Dalam Bahasa Sunda, Keong Sawah disebut tutut. Jika diolah dengan menggunakan resep-resep lezat khas tradisional Sunda, tutut tidak kalah lezatnya dengan escargot (bekicot ala Prancis, red.).

Tutut pun dapat dinikmati dengan resep kekinian, seperti yang disajikan oleh Kedai Getek. Di kedai milik Adrian Hendarzani ini, ditawarkan aneka menu dari tutut yang sudah dipadupadankan dengan sajian khas Eropa. Sehingga, jadilah transformasi tutut yang semula hanya disajikan dengan bumbu kuning lengkap bersama cangkangnya, kemudian dihadirkan dengan tampilan seperti menu western

“Menu tutut sudah saya ubah agar lebih menggoda selera. Mungkin saja, ada yang tidak suka dengan tutut yang dimasak utuh. Tapi, ketika sudah diolah jadi steak, siapa pun pasti doyan,” ujar Adrian, yang membuka kedainya di kawasan Jalan Cilaki, Bandung.

Adrian bertutur bahwa ia membuka kedai khusus yang menjajakan menu olahan tutut, karena terinspirasi oleh kebiasaan sang istri yang gemar mengonsumsi tutut. “Istri saya suka sekali dengan tutut. Ia mengatakan mengapa tidak buka kafe saja, yang semua menunya dari tutut. Akhirnya, saya realisasikan rencana itu dan hasilnya cukup memuaskan. Banyak yang suka,” kisahnya.

Lalu, ia berkolaborasi dengan seorang chef yang terampil mengolah hewan yang sering dijumpai menempel di batang padi dan berbau anyir ini. Berkat keahlian sang juru masak, tutut yang notabene makanan masyarakat kelas menengah ke bawah pun berubah menjadi hidangan mewah.

Ternyata, rahasianya terletak dari cara pengolahan tutut yang cukup ribet. Untuk mendapatkan tutut yang sudah tidak berbau anyir lagi, dibutuhkan beberapa proses untuk menghilangkannya.

“Sebelum dimasak, terlebih dulu tutut direndam dengan air kanji selama satu hari satu malam. Setelah itu, tutut direbus selama satu jam, dicuci hingga bersih, direbus dan dicuci kembali. Selanjutnya ditambahkan rempah-rempah agar bau anyirnya hilang. Selain itu, juga mencoba merebus tutut dengan tulang ayam agar tambah wangi,” paparnya.

Selanjutnya, tutut pun dimasak hingga menjadi aneka olahan dengan nama-nama yang sangat unik. Seperti, Tutut Cape Hate yaitu tutut yang dibumbui berbagai macam rempah. Disebut cape hate (Sunda: lelah hati, red.), lantaran pengolahannya yang sangat rumit dan lama.

Banyak yang suka

Menu lainnya yaitu Tutut Ibu Tiri atau tutut yang diberi saus asam pedas. Rasanya yang pedas diumpamakan seperti makian Ibu tiri yang “pedas”.

Lain lagi dengan Tutut Lada Cakeutreuk yaitu tutut yang dimasak dengan lada hitam. Nama cakeutreuk diambil dari Bahasa Sunda yang artinya sangat hitam, sehitam lada hitam. “Semua olahan tutut ala tradisional bisa dipesan tanpa cangkang maupun dengan cangkangnya, terserah selera pengunjung,” imbuhnya.

Jika kurang suka dengan olahan bumbu tradisional, Anda juga bisa memesan olahan tutut ala western. Seperti, Steak Tutut, Tutut Cordon Bleu, atau Tutut Nyumput (daging tutut kupas yang dibalut dengan daging ayam, red).

Untuk minumannya, Adrian memberi penamaan yang menggelitik dan mengundang penasaran untuk mencicipi. Seperti, Jupe yaitu perpaduan antara jus jeruk dan tape ketan hitam, Beruk yakni minuman tradisional bandrek yang dicampur dengan jeruk, Teh Riri atau teh dengan strawberry, dan Lengser yaitu teh lemon yang diberikan batang sereh sebagai penambah aroma.

Oh ya, bagi yang tidak suka tutut, Kedai Getek menyediakan menu berbahan dasar belut, buntut, ceker, ikan peda, daging sirloin atau tenderloin.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …