Nail Art
Berbeda dengan salon-salon kuku pada umumnya yang biasanya dijumpai di mal, Dessy yang mengusung nail art 3D justru menerima panggilan dari rumah ke rumah. Imbasnya, pelanggannya per bulan lebih banyak dan lebih luas ketimbang salon kuku
e-preneur.co. Kaum hawa, pada umumnya, sangat memperhatikan penampilan. Mereka hampir selalu ingin tampil rapi dan bersih dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Khusus untuk kebersihan kaki atau lebih tepatnya kuku, yang dipercaya mampu menunjang penampilan, mereka bahkan melakukan manicure–pedicure. Dan, agar semakin menarik, kuku pun ditambahi kutek.
Bukan hanya itu, sejak beberapa waktu lalu, para perempuan yang sangat memperhatikan keindahan kuku mereka akan menambahi hiasan dengan melukiskan gambar di atas kuku atau yang biasa disebut nail art. Ada beberapa teknik untuk melukis di atas kuku ini, seperti menggunakan mesin, ditempel laiknya sticker, dan nail art 3D yang mampu membuat hiasan kuku tampak hidup.
Salon-salon ternama mematok tarif mahal untuk nail art 3D. Sebaliknya, dengan Dessy Rosita. Karena, menurutnya, kepuasan pelanggan lebih penting.
Lebih dari itu, ia bisa dipanggil ke rumah. “Saya tidak mempunyai salon kuku. Jadi, saya bisa dipanggil ke rumah dan itu (menurut saya) membuat konsumen lebih nyaman,” katanya.
Pada mulanya, Dessy hanya merasa senang mengecat kukunya dengan kutek. Lalu, ia mulai mengamati kuku orang-orang yang dihiasi dengan gambar, tapi gambarnya tidak timbul dan hidup.
Akhirnya, tahun 2008, Dessy mengikuti kursus nail art. “Saya kursus selama satu minggu. Tapi, saya belum puas, lantaran yang diajarkan basic sekali,” tuturnya.
Tahun 2009, ia mengikuti lagi kursus nail art. Kali ini, banyak pelajaran yang ia dapatkan. Termasuk, bagaimana belajar menggunakan bubuk akrilik.
Namun, ia tetap merasa ilmunya belum cukup. Tahun 2010, Dessy mengambil kursus khusus pemasangan kuku menggunakan gel di Singapura. “Karena menggunakan gel lebih bagus dan rapi, maka saya harus mengerti bagaimana caranya,” ujarnya.
Dengan dipanggil ke rumah, membuat konsumen lebih nyaman
Dalam perjalanannya, teman-teman yang mengetahui keahlian Dessy ini memanggilnya ke rumah mereka. Dari situlah, kelahiran Mojokerto, 25 Desember 1979 ini kebanjiran permintaan. “Banyak yang menelepon untuk memasangkan kuku di rumah mereka dan itu semua infonya dari teman-teman saya di salon,” ujar perempuan, yang menjadikan para tetangga sebagai kelinci percobaan.
Kuku “buatan” Dessy bisa bertahan selama satu bulan dan tidak mudah rusak. Karena, ia menggunakan cat tahan air.
Selain itu, dalam pemasangan kuku palsu itu, ia sangat hati-hati. “Sebelum memasangkan kuku palsu ke konsumen, kuku palsu harus disterilkan terlebih dulu agar bersih dan aman, serta untuk jangka panjangnya tidak terkena penyakit,” jelas perempuan, yang sering dipanggil untuk mengajarkan ilmu tentang pemasangan kuku dalam bentuk workshop ini.
Untuk tarifnya, menurutnya, murah sekali. Apalagi, ia yang mendatangi rumah konsumen. Imbasnya, pelanggannya sangat banyak. Termasuk, para istri pejabat tinggi. Dalam sebulan, (sebelum pandemi) ia menerima sekitar 15–20 pelanggan dan kebanyakan meminta pemasangan kuku 3D.
Meski begitu, lulusan SMK Dawar Blandong, Mojekerto, ini pilih-pilih konsumen. Tapi, bukan masalah bayarannya, melainkan jenis kulit dan kuku konsumen. “Kalau kulitnya berisiko dan kukunya tidak kuat untuk dipasangi kuku palsu, saya tidak mau ambil risiko,” ungkapnya.
Untuk itu, Dessy memberi saran kepada mereka yang hobi memakai kuku palsu agar menjaga pola makan, memberi napas pada kuku atau jangan terlalu sering memakai kuku palsu, dan menjaga kebersihan. “Ke depannya, saya ingin lebih maju dengan juga mempunyai salon khusus kuku dan spa,” pungkasnya.