Home / Agro Bisnis / Pintar Beradaptasi dengan Pakan dan Cuaca

Pintar Beradaptasi dengan Pakan dan Cuaca

Sapi PO Kebumen

Bentuk badannya di atas Standar Nasional Indonesia, kulit tubuhnya berwarna putih dan sudah berpunuk sejak lahir, pintar beradaptasi dengan pakan dan cuaca, serta mampu beranak minimal 10 kali. Itulah keunggulan-keunggulan Sapi PO Kebumen, yang membuat banyak pihak ingin menternakkannya. Sayang, hal ini belum dapat dipenuhi, karena persediaan yang ada belum sebanding dengan banyaknya permintaan

e-preneur.co. Dahulu kala, Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan Sapi Ongole dari India ke Desa Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah. Dari Mirit, sapi-sapi tersebut yang notabene berkelamin jantan disebar ke Kecamatan Ambal, Buluspesantren, Klirong, hingga Puring.

Lalu, Sapi Ongole itu dikawinkan dengan sapi betina lokal yang ada di Kebumen. Dari perkawinan tersebut, lahirlah Sapi PO (Peranakan Ongole).

Namun, lantaran bentuk badannya di atas rata-rata Standar Nasional Indonesia, maka pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak terkait mengajukan ke Kementerian Pertanian untuk menjadikannya galur tersendiri. Tahun 2015, surat keputusannya pun turun dan jadilah hewan memamah biak ini Sapi PO Kebumen.

Sapi PO Kebumen memiliki ciri khas berupa dahi nonong (lebar), gelambir pada leher menyambung sampai ke perut, lingkar mata hitam (seperti perempuan yang memakai eyeliner, red.), serta moncong dan bulu ekornya berwarna hitam. Tapi, kulitnya berwarna putih.

“Ada juga yang waktu lahir berwarna merah kecokelatan. Tapi, seiring bertambahnya umur, warna kulitnya berubah putih,” jelas Hadi Waluyo, pengelola Kampung Sapi PO Kebumen yang terletak di Desa Sitiadi, Puring, Kebumen. Selain itu, sapi ini juga berpunuk. “Bahkan, sudah berpunuk sejak dilahirkan,” lanjutnya.

Sapi PO Kebumen cukup pintar beradaptasi dengan pakan dan cuaca. Contoh, meski seharusnya diberi pakan rumput, tapi oleh peternaknya diberi makan jerami (sesekali ditambahi bekatul, red.), ternyata alat pencernaan dan reproduksinya tidak terganggu. Di samping itu, jika digemukkan, sapi ini bisa mencapai bobot 1 ton.

Namun, mengingat Kampung Sapi PO Kebumen Desa Sitiadi ini khusus untuk pembibitan, maka pakan bukanlah yang utama. Bahkan, diusahakan agar sapi-sapi yang ada di sini tidak terlalu gemuk. Karena, akan mengakibatkan majir (mandul).

Untuk mengembangbiakkan Sapi PO Kebumen, si betina sebaiknya sudah berumur 1,5 tahun. Selanjutnya, ia akan hamil selama sembilan bulan.

“Berkaitan dengan kehamilan berikutnya, masing-masing sapi betina mempunyai masa birahi yang berbeda satu sama lain. Misalnya, ada yang sambil menyusui, sudah birahi lagi. Ada pula yang setelah lepas sapih, baru birahi lagi,” ungkap Jali, sapaan akrabnya.

Induk Sapi PO Kebumen dapat beranak minimal 10 kali. “Salah satu sapi betina kami baru saja mencetak rekor dengan beranak hingga 19 kali, tanpa gangguan dan anak-anaknya sehat,” tambahnya. Sementara anak-anak sapi yang dilahirkan, biasanya hanya satu. Meski, sesekali ada yang kembar.

Sementara si pejantan, sebaiknya dikawinkan pada umur dua tahun. Karena, pejantan Sapi PO Kebumen yang sudah berumur, justru lebih bagus kualitas spermanya.

Untuk masa reproduksi, Sapi PO Kebumen betina akan berakhir di umur 20 tahun. Sedangkan si pejantan hanya sampai umur lima tahun. Mengingat, terlalu sering “dipakai”.

“Jumlah pejantan tidak sebanyak si betina. Karena itu, ia harus mengawini 2‒3 betina. Bahkan, kadangkala, empat betina. Dan, itu harus ia lakukan setiap hari!” bebernya. Setelah masa reproduksi berakhir, sapi-sapi ini dijual, lalu dipotong untuk dikonsumsi.

Sekadar informasi, pejantan dan jantan itu berbeda. Sapi PO Kebumen jantan berarti sapi laki-laki, sedangkan pejantan Sapi PO Kebumen berarti sapi laki-laki yang bertugas mengawini Sapi PO Kebumen betina. Untuk bisa menjadi pejantan, sapi tersebut harus memiliki (salah satunya) bentuk badan yang bagus, besar, dan panjang.

Minimal beranak 10 kali!

Sapi PO Kebumen betina dan pejantannya, pada mulanya dikawinkan secara alamiah. Tapi, karena para peternak zaman sekarang lebih suka mengandangkan sapi-sapi mereka, maka sapi-sapi itu jarang keluar.

Untuk mengawinkan, para peternak harus membawa sapi-sapi betina ke tempat si pejantan berada. Sebab, si pejantan jarang yang mau mendekati si betina. Selain itu, lebih mudah membawa sapi-sapi betina ke pejantannya daripada sebaliknya.

Dalam perkembangannya, digunakan konsep IB (inseminasi buatan). BIB (Balai Inseminasi Buatan) di Ungaran, Jawa Tengah, pernah mengambil sperma Sapi PO Kebumen jantan, diolah sedemikian rupa, hingga dihasilkan 300an sperma beku.

“Jadi, kalau dalam perkawinan alamiah, satu perkawinan hanya akan menghasilkan satu anak sapi. Tapi, dengan menyuntikkan 300an sperma beku akan dihasilkan 300an anak sapi secara serentak. Sementara tingkat keberhasilannya, lebih dari 70%,” jelasnya.

Artinya, masih dimungkinkan adanya kegagalan yang lebih disebabkan oleh penyakit atau alat reproduksi yang tidak normal. “Untuk mengetahui apakah alat reproduksi normal atau abnormal, tenaga medis akan merogohnya. Jika kemudian diketahui alat reproduksinya abnormal, maka si sapi akan segera dijual,” lanjutnya.

Di luar itu, kegagalan juga disebabkan kesalahan peternak dalam mengamati siklus birahi Sapi PO Kebumen betina, yang berlangsung 18‒22 hari. Kadangkala, baru saja birahi sudah buru-buru dibawa ke pejantannya. Atau, sudah lewat masa birahinya baru dibawa ke pejantannya.

“Untuk itu, kami sering memberi tahu masyarakat untuk terus mengamati siklus sapi-sapi betina mereka,” tambah sarjana hukum dari Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.

Sapi PO Kebumen betina dijual dengan harga rata-rata Rp15 juta, dengan bobot 400 kg. Sedangkan yang jantan, dengan bobot 600 kg‒800 kg dapat dijual dengan harga kurang lebih Rp50 ribu/kg. Sementara anakannya, sudah dapat dijual pada umur empat bulan atau lepas sapih dengan harga Rp10 jutaan untuk yang jantan dan Rp6 jutaan untuk yang betina.

Prospeknya? “Sebagai penjualan bibit sapi sangat menguntungkan. Karena, Sapi PO Kebumen sudah mengindonesia alias sudah banyak yang ingin menternakkan. Contoh, Sulawesi Tenggara minta 1.000 ekor dan Kalimantan Tengah minta 425 ekor. Tapi, belum sanggup dipenuhi. Karena, tidak ada persediaan,” ujar pungkas Jali, yang “memelihara” 37 ekor Sapi PO Kebumen.

Persediaan yang ada milik masyarakat. Namun, masyarakat hanya mau melepas sapinya jika sedang membutuhkan uang.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …