Haryono (Pemilik CV Empat Satu Sarana Agro)
Usaha atau bisnis tidak melulu dibangun dengan modal uang. Setidaknya, itu sudah dibuktikan oleh Haryono, yang mengawali usaha distributor pupuk dan obat-obatan pertanian di wilayah Karawang hanya bermodalkan kepercayaan dari banyak pihak. Kini, usaha yang telah berumur puluhan tahun itu masih ada dan memberinya omset milyaran rupiah
e-preneur.co. Haryono dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah. Masa kecilnya penuh dengan kebahagiaan. Sebab, saat itu, Ayahnya menjabat kepala desa hingga tiga periode.
Ketika, sang Ayah tidak lagi menjabat, ekonomi keluarganya justru semakin cerah. Lantaran, beliau beralih menjadi pengusaha yang dalam perjalanannya terbilang paling sukses di wilayah itu.
Memasuki usia Sekolah Dasar, Ibunya meninggal. Dan, kebahagiaannya pun sirna. “Bahkan, usaha Ayah jatuh hingga ke dasar,” tuturnya.
Hari-harinya sebagai bocah pun menjadi teramat berat. Apalagi, kala sang Ayah tidak mampu bangkit dari keterpurukannya. Sehingga, tidak bisa lagi membiayai sekolahnya.
Haryono pun terancam tidak bisa masuk Sekolah Menengah Pertama. “Akhirnya, saya ikut Kakak dari Ibu saya,” imbuhnya. Dan, ia disekolahkan hingga tamat.
Lulus kuliah dari Akademi Pertanian Bogor (sekarang: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, red.), ia merantau ke Jakarta dan melamar kerja. “Saya dipanggil oleh senior saya di kampus dahulu,” kisahnya.
Jangan hanya kerja keras, namun juga kerja cerdas
Mengingat saat itu sarjana masih sangat langka, maka mendapatkan pekerjaan sangat gampang. Haryono diterima di perusahaan galangan kapal yang juga berbisnis peralatan pertanian. Lantas, tahun 1967, oleh perusahaan, ia ditempatkan di Karawang.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan tersebut diakuisisi oleh PUSKUD (Pusat Koperasi Unit Desa) Jawa Barat. Imbasnya, karirnya menanjak hingga menjadi manager untuk wilayah Karawang. Gaji dan fasilitas memadai dinikmatinya.
Namun, seperti “tamparan” yang ia terima semasa kecil, memasuki usia 45 tahun, ia terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Akibatnya, bukan hanya beban psikologis yang harus diemban, ia juga harus tetap bertanggung jawab terhadap istri dan kelima anaknya. Dapurnya harus terus ngebul.
“Kalau saya nenteng map ijazah ke sana kemari cari kerja pasti sulit,” ujarnya. “Jadi, buat usaha sendiri sajalah”. Usaha yang dimaksud yaitu distribusi dan ritel pupuk serta obat-obatan pertanian. Sebab, pengalamannya saat bekerja memang tidak jauh dari bidang tersebut.
Untuk urusan modal, dengan cepat ia dapatkan dari teman-temannya.
“Saya juga mendapat kucuran modal dari salah satu pengusaha di Jakarta,” lanjutnya. Dari tanpa modal, akhirnya ia bisa mengoperasikan usaha di bawah bendera CV Empat Satu Sarana Agro.
Namun, baru jalan tujuh bulan, masalah kembali “membantingnya”. “Pengusaha dari Jakarta itu minta uangnya kembali,” tambahnya. Sebab, uang yang diinvestasikan ternyata bukan miliknya sendiri. Sementara teman-temannya, tidak bisa berbuat apa-apa dan memilih untuk tidak bermitra lagi dengannya.
Akhirnya, ia memberanikan diri datang ke sebuah bank untuk meminta pinjaman. Upayanya berhasil dan ia mendapatkan kucuran sebesar Rp5 juta, yang sebagian lalu digunakan untuk mengembalikan modal si pengusaha dari Jakarta. Dan, selanjutnya, ia menjadi pemilik tunggal CV Empat Satu Sarana Agro.
Sementara sebagian uang pinjaman dari bank, ia gunakan untuk membeli toko. Berikutnya, ia menjalin kerja sama dengan pabrik pupuk, formulator untuk obat-obatan pertanian. Atau, menjadi sub-distributor yang menjual secara ritel obat-obatan tersebut.
“Usaha pupuk dan obat-obatan adalah usaha bermandikan uang!” tegasnya. Tapi, uang tersebut belum tentu profit. Sebab, keuntungan bersih usahanya bisa dibilang tipis (1% dari omset, red.).
Itu sebabnya, banyak pengusaha sejenis yang jatuh bangkrut. Karena, mereka bukan hanya mengantongi profit, tapi juga secara perlahan mengeruk seluruh omsetnya. “Karena itu, jangan hanya kerja keras, namun juga kerja cerdas,” katanya. Artinya, pandai-pandailah menghitung mana profit yang seharusnya digunakan.
Selain itu, ia menambahkan, menjaga kepercayaan orang lain merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Ia membuktikan dengan pasar yang telah ia buka puluhan tahun lalu masih awet hingga saat ini. Usahanya juga berkembang pesat dan jumlah karyawannya yang semula cuma dua orang menggurita menjadi puluhan orang.
Haryono juga mengakui bahwa usahanya maju berkat dukungan istri dan para karyawannya. Karena itu, ia selalu menjaga hubungan baik dengan mereka.
Untuk itu, memprakarsai koperasi karyawan. Sehingga, bisa membiayai berbagai kebutuhan mendadak. Di samping itu, ia mendukung sekolah anak-anak karyawannya minimal sampai lulus Sekolah Menengah Atas.
Tidak mengherankan, bila para karyawannya betah bekerja sama dengannya hingga puluhan tahun dan mampu memiliki rumah sendiri-sendiri. Sementara omset perusahaannya, terus melambung tinggi hingga saat ini. Lebih dari milyaran rupiah ia putar dalam satu bulan.
“Kunci bisnis itu kepercayaan. Saya memulai bisnis tanpa modal uang. Tapi, dari kepercayaan, saya bisa mendapatkan modal uang. Bahkan, terus-menerus ditambah hingga kini,” pungkas pria yang hidup sederhana, namun menyekolahkan anak-anaknya hingga ke luar negeri.