Burgreens
Ingin hidup sehat? Makanlah makanan yang sehat. Sayangnya, belum banyak tempat makan yang menjual makanan sehat. Celah ini, kalau boleh dikatakan begitu, ditangkap oleh Helga dan Max dengan menghadirkan Burgreens. Kafe yang menyediakan makanan berkonsep vegetarian, organic, and healthy ini dalam perjalanannya dapat ditemui di banyak tempat. Mengingat, demand-nya tinggi
e-preneur.co. Setelah 1,5 tahun menekuni pekerjaannya, Max Elnathan Mandias sadar jika kantoran bukanlah dunia kerja yang ia inginkan. Meski, sesuai dengan latar belakang pendidikan sarjana di bidang finance dari Arnhem Business School, Belanda, ini.
Lalu, sepulang dari kantor, pria yang gemar memasak ini mencari kegiatan yang ia sukai. Ia bekerja di sebuah vegetarian and raw food restaurant. Kerja sampingan yang dijalaninya selama empat bulan itu, membuatnya tahu tentang berbagai resep makanan sehat.
Selain itu, ia juga menyadari jika rutinitas kerja kantoran yang memaksanya selalu duduk manis di depan komputer bukanlah kondisi yang sehat. Untuk itu, harus diimbangi dengan mengonsumsi makanan sehat
Kesadaran itu, membuatnya ingin menularkan ke orang-orang lain. “Dari situ, saya mempunyai misi ingin membawa perubahan ke Indonesia daripada saya melakukannya di Belanda,” kata kelahiran Jakarta, 25 Juni 1988 ini.
Lalu, Max bertemu Helga Angelina Tjahjadi yang pernah menjadi vegetarian tapi karena ada masalah kesehatan, ia berhenti. “Kami pun ngobrol-ngobrol dan Helga menjadi vegetarian lagi. Ternyata, Helga memiliki misi ingin membuat Indonesia lebih positif, lebih baik lagi,” lanjutnya.
Mereka pun pulang ke Jakarta dan mendirikan Burgreens pada November 2013. Burgreens adalah organic eatery dan delivery. Burgreen dihadirkan untuk mempromosikan green lifestyle di mana green lifestyle itu sendiri mempunyai banyak aspek. Salah satunya, healthy food dan organik.
“Bila kita mengonsumsi barang-barang organik artinya kita care bagaimana tanah yang menumbuhkan makanan yang kita makan di-treat,” jelas Helga.
Berkaitan dengan itu, kafe ini mencari lokasi yang surrounding-nya masih ditumbuhi banyak pohon yang tumbuh sebagaimana mestinya. “Karena, kami ingin mendekatkan lagi orang-orang Jakarta dengan alam. Mengingat, sekarang, kebanyakan orang hangout di mal. Sehingga, sudah lupa berada di outdoor,” tambah sarjana komunikasi bisnis dari Arnhem Business School, Belanda, ini.
Selain itu, mereka juga membuat kampanye yang bukan hanya menjual produk Burgreens, melainkan juga sharing cara pandang mereka tentang bagaimana seharusnya manusia hidup yaitu bersahabat dengan alam. Bukan mengeksploitasi alam.
Burgreens menyediakan European dishes, seperti Mighty Mushroom, Battle Beans, dan Spinach Chickpeas di mananya ketiganya available bagi para vegan. Sebab, tidak ada daging sama sekali. “Semua makanan yang tersedia di sini vegetarian, organic, and healthy,” katanya.
Vegetarian, organic, and healthy
Untuk minumannya, Burgreens mengandalkan smoothies. Karena, menurut Max, cara paling gampang untuk memasukkan serat dan vitamin pada tumbuhan ke dalam tubuh yaitu dengan dijus. Smoothies yang paling disukai yaitu Green Goblin (campuran pisang, stroberi, nanas, bayam, dan yogurt) dan Detox Red Velvet (campuran bit, semangka, dan lemon).
Sementara untuk konsep kafenya, Burgreen ditata sedemikian rupa untuk menggambarkan bahwa meski menyediakan European dishes, tapi sebisa mungkin going local. Hal ini, bisa terlihat dari setting tempat makannya yang berkonsep outdoor dengan kanopi ala Prancis, dikombinasikan dengan Jepang yang sangat tradisional.
Namun, perlu ditegaskan di sini bahwa Burgreens bukan kafe untuk para vegan, orang-orang yang peduli kesehatan atau peduli lingkungan, melainkan lebih mengarah kepada orang-orang yang ingin mencoba makanan sehat, tapi belum bisa menemukan tempat yang menjualnya. Terutama, yang tinggal tidak jauh dari Rempoa.
Meski, pada akhirnya, mereka yang jauh dari Rempoa pun berdatangan. Sehingga, 40% tamu kafe yang berlokasi di Jalan Flamboyan, Rempoa, Jakarta Selatan, ini datang dari kalangan ekspatriat dan kaum vegan yang sudah bertahun-tahun tidak bisa mengonsumsi burger.
“Kami ingin empower mereka dengan memberi harga yang terjangkau. Sedangkan keluhan lokasi yang jauh, kami atasi dengan delivery service dengan jangkauan Jakarta Selatan, serta sebagian Jakarta Pusat dan Jakarta Barat,” ujarnya.
Untuk itu, Burgreens membebankan delivery charge, tergantung seberapa jauh wilayah yang harus dijangkau. “Bahkan, untuk yang tinggal di sekitar kafe ini, seperti Pondok Indah dan sekitarnya, ice cream kami pun bisa dideliver,” tambahnya.
Sementara ketika dihadapkan pada anggapan bahwa makanan sehat itu rasanya tidak enak, harganya mahal, dan susah dicari/dibuat, pasangan suami istri ini sepakat untuk membuat makanan sehat yang rasanya enak. “Hal ini, menjadi tantangan tersendiri bagi kami. Kami mengajak orang-orang untuk mencoba dulu, sebelum mereka bilang tidak. Sebab, biasanya, mereka langsung mengatakan tidak,” lanjut kelahiran Jakarta, 2 Desember 1990 ini.
Niat baik pasti diberi jalan. Ternyata, mereka yang pernah mencoba mengajak orang-orang yang mereka kenal untuk juga mencobanya dan mereka menyukainya.
Dalam perjalanannya, karena demand-nya sangat banyak, Burgreens pun membuka cabang di Pondok Indah Mall, Dharmawangsa, Kemang Village, Pacific Place, Lippo Mall Kemang, Bintaro, Flagship Menteng, Oakwood Kuningan, The Breeze, Neo SOHO, Mall of Indonesia, dan Puri, serta kota-kota lain di luar Jakarta.