Home / Kiat / Berusaha Raih Pasar Anak-anak dengan Pengenalan Produk

Berusaha Raih Pasar Anak-anak dengan Pengenalan Produk

Es Brasil

 

Entah siapa yang menyebarkan berita, bila Es Mambo dibuat dari air kali. Imbasnya, banyak Ibu yang melarang anak-anak mereka mengonsumsi es jadul berwarna-warni ini. Untuk menepis pemikiran itu, Lanny gencar melakukan pengenalan produknya yaitu Es (Mambo) Brasil baik di outlet-nya maupun melalui media sosial. Apalagi, Es Brasil menjadikan anak-anak sebagai target market-nya

 

e-preneur.co. Es Mambo adalah es yang terbuat dari larutan sirup warna-warni bercampur air matang. Lalu, dimasukkan dalam kantung plastik, diikat, dan dibekukan dalam freezer. Lantaran berwarna-warni itulah, maka es itu disebut mambo (= ungkapan lain untuk menggambarkan sesuatu yang berwarna-warni, red.).

Dalam perjalanannya, Es Mambo memiliki berbagai nama dagang. Salah satunya, Es Brasil.

“Es Brasil berasal dari Purwokerto, Jawa Tengah. Usaha pembuatan es ini, dirintis oleh Nenek saya sekitar tahun 1968 atau 1969. Zaman dulu, usaha yang dibangun namanya tidak sebagus sekarang. Jadi, hanya karena ingin usaha ini berhasil, sebagai Orang Jawa ya cuma menyebut brasil. Dan, jadilah Es Brasil,” kisah Lanny Wiogo.

Pertama kali Es Brasil diedarkan, Lanny melanjutkan, masih menggunakan termos. Dan, ternyata, mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat. Hingga, akhirnya, diproduksi dalam jumlah banyak. Bahkan, sampai menambah karyawan. “Saat ini, tercatat ada sekitar 300an karyawan,” tuturnya.

Dari Purwokerto, Es Brasil menyebar ke Banjarnegara, Bumiayu, Cirebon, Majenang, Purworejo, dan Tegal. Selanjutnya, melalui generasi kedua dan ketiga, Es Brasil juga merambah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

“Di Jakarta, outlet Es Brasil dapat dijumpai di kawasan Kelapa Gading. Selain itu, Es Brasil juga dapat ditemui melalui reseller kami yang tersebar di Mampang, Tomang, Taman Galaxy, dan sebagainya. Atau, di beberapa pasar swalayan seperti Hero, Giant, Farmer Market, dan Carrefour. Total, Es Brasil dapat dijumpai di 160 lokasi yang tersebar di Jabodetabek,” ungkap generasi ketiga dalam usaha keluarga ini.

Per minggu, Lanny menambahkan, dari pusatnya (Purwokerto, red.) dikirim ke outlet di Jakarta sebanyak 15 ribu Es Mambo dan 5 ribu Es Stick. 60%‒70% di antaranya terjual. “Lonjakan penjualan, biasanya terjadi pada Bulan Juni‒Juli di mana banyak orang menggelar halal bihalal dan pada Bulan Desember atau saat orang-orang merayakan natal,” jelasnya.

Es Brasil yang mempunyai masa kadaluarsa satu tahun ini, terbagi menjadi Es Mambo dengan 24 rasa, di antaranya cokelat, vanila, kacang merah, kacang hijau, ketan hitam, stroberi, sirsak, nangka, dan rujak. Selain itu, juga ada Es Stick Pelangi, es slice/potong dengan rasa kopyor dan durian (dibuat di Jakarta, red.), serta es cup (hanya tersedia di outlet Kelapa Gading, red.). “Di outlet, kami juga menyediakan ice cream,” ujarnya.

Aman bagi anak-anak balita sekali pun

Di outlet, es mambo Brasil dijual dengan harga Rp8.000,- sampai Rp9.000,-, sedangkan di pasar swalayan dijual dengan harga Rp8.500,- sampai Rp9.500,-. “Kami juga menerima pembelian secara online dengan bantuan ojek online, tanpa minimum order. Tapi, jika menggunakan kurir, ada minimum order senilai Rp250 ribu,” kata dokter lulusan Universitas Tarumanegara, Jakarta, ini.

Dibandingkan produk sejenis, Lanny melanjutkan, Es Brasil menggunakan buah asli dan gula tebu. “Jadi, aman bagi anak-anak balita (bawah lima tahun, red.) sekali pun,” ucap kelahiran Jakarta , 17 Desember 1989 ini.

Karena itu, Es Brasil menjadikan anak-anak sebagai target market-nya. “Sebab, yang selama ini membeli yakni mereka yang telah berumur. Mereka ingin nostalgia. Padahal, yang saya inginkan anak kecil atau anak muda. Saya ingin mengenalkan kepada mereka bahwa Es Mambo itu tidak jorok. Mengingat, masih banyak Ibu yang berpikir bahwa Es Mambo itu dibuat dari air kali (Jawa: sungai, red.). Jadi, sekarang, tugas saya menyebarkan ke semua kalangan agar mengenal Es Mambo. Khususnya, Es Brasil,” paparnya.

Es Brasil hadir di Jakarta sejak tahun 1989. Dan, menurut Lanny, sampai sejauh ini prospeknya masih bagus. “Kami masih mempunyai konsumen, meski itu orang tua. Berbeda dengan anak-anak muda yang hanya membeli satu es, orang-orang tua itu sekali membeli dalam jumlah banyak (100‒200 es) dan biasanya untuk salah satu suguhan dalam sebuah acara,” ungkapnya.

Di samping itu, Es Brasil tidak memiliki pesaing. “Es Brasil mampu bertahan. Karena, meski setiap orang bisa membuat Es Mambo, tapi tidak ada yang dapat membuat seperti Es (Mambo) Brasil. Saat ini, Es Brasil hanya tinggal menjaga kualitas dan ketersediaan produk,” tegasnya.

Ke depannya? “Jalani saja,” pungkasnya. Dan, tentang target market yang belum tercapai, Es Brasil akan banyak melakukan promosi. Meski, masih sebatas melalui media sosial.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …