e-preneur.co. Di sebuah pohon di tengah hutan, bertenggerlah dua jenis burung. Burung yang satu adalah seekor elang dengan tampangnya yang sangar, sementara yang lainnya seekor kenari yang dikenal sebagai burung yang manis.
Aneh memang melihat keduanya bertengger di satu pohon. Tapi, elang memang sedang tidak ingin berburu dan ia hanya membuka obrolan dengan cerita-ceritanya yang menyombongkan diri sebagai burung terhebat di sejagad raya.
Kenari kecil yang tidak ingin memancing dan mencari masalah dengan elang, berusaha tidak membantah perkataan elang. Tapi, ia berusaha menasihati elang agar tidak terlalu sombong.
Sebab, sehebat-hebatnya dia dalam keluarga burung, masih ada lagi binatang dari keluarga lain yang lebih hebat. Dan, sehebat-hebatnya binatang tersebut masih ada lagi makhluk-makhluk yang lebih hebat darinya. “Di atas langit masih ada langit,” kata kenari, meminjam istilah anak cucu Adam dan Hawa yang sering didengarnya saat lagi berkelana.
“Apa? Maksudmu, kau mau bilang bukan aku yang terhebat?” hardik elang.
“Tentu kaulah yang terhebat, elang,” ujar kenari, sedikit takut, “Tapi, hanya di dalam keluarga unggas. Jadi, alangkah baiknya jika kau tak terlalu sombong,” lanjutnya.
“Apalagi, tak selamanya sesuatu itu dinilai dari seberapa kuat tenagamu atau seberapa gagah tubuhmu,” ucap kenari. “Lancang sekali kau, hei kenari kecil! Jangan hanya besar mulut kau di situ! Baiklah, aku ingin lihat apakah bualanmu tentang kekuatan tenaga dan gagahnya tubuh tak ada nilainya itu benar adanya. Aku tantang kau!” bentak elang.
“Wahai elang yang perkasa, sungguh tak berani aku yang kecil ini melawan dirimu,” kata kenari. “Hah! Bukan hanya kecil, kau pun penuh bualan rupanya, Kenari! Sudah tahu aku yang terhebat, tapi masih tak mau juga kau mengakuinya!” kata elang.
Terpancing oleh kesombongan elang dan ingin menyadarkannya, akhirnya kenari menerima tantangan elang. “Baiklah elang, tunjukkan kebolehanmu. Kau lihat anak tupai yang sedang bersembunyi di balik semak-semak di sana itu?” tanya kenari, memulai duel mereka. “Siapa di antara kita yang berhasil membawa anak tupai itu ke atas pohon ini, maka dialah pemenangnya. Dan, jika kau menang, wahai elang, maka aku akan mengakui kehebatanmu yang tiada taranya,” lanjutnya.
“Ha ha ha…,” sontak elang terbahak-bahak mendengar tantangan kenari. “Kau menantangku siapa yang berhasil membawa anak tupai itu ke atas pohon? Kau ini gila atau bodoh?” cibir elang. “Dengan badanmu sekecil itu, mana mampu kau mengalahkanku!” lanjutnya.
Dimulailah duel mereka. elang mencoba lebih dulu menangkap si anak tupai. Dari atas, elang menukik dengan tajam mencoba menerkamnya. Namun, anak tupai yang cukup cekatan ini mampu menghindari terkaman elang. Ia berhasil bersembunyi lebih jauh ke dalam semak-semak.
Dengan suara lantangnya yang menyeramkan, elang berkoak-koak mencoba menakuti anak tupai agar keluar dari tempat persembunyiannya. Dia gagal. Anak tupai tertegun takut di persembunyiannya dan tak berani bergerak sedikit pun.
Elang mencoba menyibak semak-semak agar bisa masuk dan menerkam anak tupai tersebut. Tapi, semak-semak itu terlalu lebat. Semakin elang mencoba menerjang masuk, semakin tubuhnya justru terluka akibat goresan dahan.
Setelah hampir dua jam tanpa hasil dan hanya kelelahan yang ia dapat, akhirnya elang pun kembali ke pohon tempat kenari menunggu. “Tupai itu terlalu penakut! Memanfaatkan alam untuk melindunginya,” ujar elang, kesal.
Kenari hanya tersenyum-senyum mendengarnya. “Kau lihat elang, bahkan anak tupai kecil itu mampu mengecohmu. Tak selamanya semua dinilai dari kekuatan,” katanya.
“Tutup mulutmu, kenari! Coba kau sendiri melakukannya. Jika aku saja tak sanggup, apalagi dirimu!” hardik elang. “Baiklah, baiklah, wahai elang. Aku akan pergi mencobanya sekarang,” ujar Kenari, sembari terbang pelan meninggalkan elang,
Kenari hinggap di atas dahan pohon, tak jauh dari semak-semak tempat anak tupai terlihat terakhir bersembunyi. Dari atas, kenari memperhatikan semak-semak, mencari si anak tupai. Dan, benar saja. Dilihatnya anak tupai sedang mengintip-intip keadaan di luar. Rupanya, ia sedang mencari tahu apakah elang masih ada di luar atau kah sudah pergi.
Kenari pun mulai bersiul melantunkan nyanyiannya. Ia mencoba menarik perhatian anak tupai dengan kemerduan suaranya. Dari dalam semak-semak, anak tupai bisa mendengarkan dengan jelas kicauan kenari yang memang indah. “Suara apa itu? Indah sekali,” tanya anak tupai, penasaran. Semakin mendengarkan kicauan kenari dengan seksama, lambat laun ia menjadi terbuai dan terhipnotis karenanya.
Perlahan-lahan, anak tupai berjalan keluar dari persembunyiannya, mencoba mencari asal suara indah itu. Ia sangat penasaran. Sementara kenari yang memang terus memperhatikan si anak tupai, mulai tersenyum melihat pancingannya ternyata berhasil.
Si anak tupai yang semula takut dengan koaran suara elang yang memekakkan telinga itu, kini telah terbuai oleh kicauan merdu kenari dan keluar dari persembunyiannya.
Kenari terus menyanyikan lantunan nadanya, sembari berpindah dari satu pohon ke pohon lain untuk terus memancing anak tupai, yang masih saja penasaran mencoba mencari asal suara indah yang didengarnya. Sampai, akhirnya, tiba juga kenari di pohon tempat elang menunggunya dengan gelisah.
Rupanya, elang dari jauh juga memperhatikan bahwa usaha kenari ternyata membuahkan hasil. Dengan kicauan lembut nan indah kenari, anak tupai justru datang dengan sendirinya.
Dengan tanggapnya, anak tupai memanjat pohon tempat kenari dan elang bertengger. Dengan kemunculan anak tupai di atas pohon, otomatis kenarilah yang memenangkan tantangan ini. Si anak tupai yang tak tahu apa-apa, kebingungan mendapati kenari tersenyum puas, sementara di sisinya, elang memasang tampang kesal dan marah.
Catatan
Suara lantang membahana, fisik yang besar kuat menakutkan, terkadang bukan itu yang mampu membantu kita untuk menaklukkan lingkungan di sekitar.
Kejelian dalam melihat peluang. Kecerdasan berpikir untuk memlih celah keputusan terbaik yang bisa kita pilih. Kelihaian memanfaatkan segala kelebihan dan kekurangan kita sebagai penyokong dalam membantu kita melewati lika-liku perjalanan dan persaingan hidup. Itulah, arti kehebatan yang sebenarnya.
Sumber: termotivasi.com