Home / Kiat / “Jangan Bakar Kapal, Tapi Kelolalah Risiko”

“Jangan Bakar Kapal, Tapi Kelolalah Risiko”

Tina Rahmawati dan Wisnu Anjar Buwono

(Distribur Keke Collection Terbesar untuk Wilayah Jawa)

 

Meski semangatnya sama dengan yang jauh lebih muda, tapi memulai bisnis di usia 40an tahun dinilai Tina dan Anjar lebih wise, lebih matang dalam mengambil keputusan, lebih mau belajar dari orang-orang yang lebih dulu berbisnis, dan sebagainya. Tidak mengherankan, bila mereka dikukuhkan menjadi distributor terbesar Keke Collection. Bahkan, mampu membangun toko-toko ritel sendiri

 

e-preneur.co. Gemar berdagang atau berjualan dari kecil, adakalanya menjadi pemicu bagi banyak orang untuk menjadi entrepreneur ketika mereka sudah dewasa. Hal semacam itu, terjadi pula pada Tina Rahmawati.

Jadi, kalau tidak mempunyai kegiatan apa pun, ia merasa bingung. Hingga, suatu waktu, ia berinisiatif berjualan baju muslim, meski hanya saat ramadhan.

“Sampai, suatu ketika, saya ditawari menjadi distributor baju muslim bermerek Keke Collection. Saya merasa senang dan kebetulan banget, karena memang sedang mencari kegiatan tetap,” kisahnya.

Lebih wise dalam menyikapi permasalahan bisnis

Namun, Tina melanjutkan, pada awalnya ia merasa ragu. Sebab, ada perbedaan pasar yang harus dituju di mana jika merek-merek sebelumnya menyasar kalangan menengah, maka Keke Collection menyasar menengah ke atas. “Tapi, pada akhirnya Bismillah saya mencobanya dan Alhamdulillah sampai sekarang usaha ini terus berjalan,” ujar sarjana commercial engineering dari Hogere Technische School, Den Haag, Belanda, ini.

Saat ini, kelahiran Bogor, 17 Desember 1971 ini tinggal mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya. “Dulu, saya sradag-srudug atau tanpa perhitungan dalam mengambil langkah-langkah bisnis. Sekarang, saya merasa lebih matang dan banyak belajar, lebih banyak berpikir dulu sebelum menjalankannya, serta mendiskusikannya dengan suami,” ucap perempuan, yang mulai menjadi distributor Keke Collection saat berumur 37 tahun itu.

Sementara sang suami, Wisnu Anjar Buwono, berpikir apakah usaha ini akan menjadi besar atau akan seperti ini saja. “Kalau ingin besar, maka saya harus ikut terjun untuk membantu,” tutur Anjar, sapaan akrabnya, yang selama ini hanya membantu pada Sabtu dan Minggu atau pada hari libur lainnya.

Lantas, pada tahun 2010, pasangan suami istri ini sepakat menjadikan usaha ini besar. “Saya memutuskan mengundurkan diri dari tempat kerja saya di sebuah perusahaan minyak dan gas. Selanjutnya, bekerja penuh di usaha ini,” lanjutnya.

Namun, sarjana teknik maritim dari Technische Universiteit, Delft, Belanda, ini harus mengakui bahwa bagi yang dulu bekerja seperti dirinya dan kemudian harus mulai berbisnis di usia 40-an tahun pasti terasa agak berat. Karena, sudah mempunyai anak, ketakutan kalau tidak bekerja lagi dan fokus di bisnis maka pemasukan berkurang, dan lain-lain.

“Sebab itu, saya juga tidak langsung meninggalkan pekerjaan saya. Mengingat, masih ada ‘tuntutan-tuntutan’ hidup yang harus dipenuhi. Saya bukan tipikal yang bakar kapal. Saya memilih yang ada risiko, tapi masih bisa dikelola,” tegas kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1967 ini.

Namun, dalam usaha ini, lantaran merasa tidak begitu pintar berbisnis dan “hanya” mempunyai pengalaman kerja di beberapa perusahaan asing, maka Anjar memilih menekuni sistemnya. Selain itu, ia juga mengelola masalah keuangan di mana dulu tercampur antara uang usaha dengan uang rumah tangga dan sekarang sudah dipisahkan. Bahkan, hingga mempunyai akun sendiri. “Kini, semuanya boleh dikata sudah tertata,” katanya.

Imbasnya, mereka pun menjadi distributor terbesar Keke Collection. Mereka memegang pasar untuk wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta membawahi 200-an agen. Selain itu, membuka toko ritel di kota-kota besar di Indonesia yang dikelola secara profesional.

“Sejak beberapa waktu lalu, kami sudah membukanya di Ciamis. Kami fokus di kota-kota kecil dulu dan anggap saja itu sebagai laboratoriumnya. Setelah itu, kami membuka toko ritel yang sebenarnya di Surabaya dan Bandung,” pungkas Anjar, yang menargetkan bisnisnya sudah menggurita di saat ia memasuki usia (karyawan) pensiun.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …