Bisnis Rajut
(R-Win Crochet)
Merajut seringkali dipandang sebelah mata. Sebab, cenderung dilakukan oleh para lansia untuk mengisi waktu atau menunggu ajal datang. Padahal, merajut (dan produk turunannya) juga dapat dijadikan bisnis serius yang menghasilkan omset menjanjikan. Terbukti, sampai dibentuk komunitasnya yang bersinergi dalam memenuhi pesanan dan bahan bakunya. Dan, Wiwien dengan R-Win Crochet sudah membuktikannya
e-preneur.co. Daripada melakukan atau memikirkan hal-hal yang tidak atau kurang berguna, alangkah baiknya jika para Ibu rumah tangga belajar merajut, misalnya. Sebab, hasilnya dapat digunakan untuk menambah pundi-pundi keuangan rumah tangga.
Seperti, yang dilakukan Erwien Indrasanti. Perempuan yang kemudian membuka usaha yang dinamai R-Win Crochet pada Oktober 2013 ini, sebelumnya sudah pernah menekuni berbagai macam usaha. Tapi, terpaksa berhenti atau lebih tepatnya ditinggalkan, lantaran harus mengikuti suami yang berpindah-pindah tempat tugas.
“Susah bagi saya meng-handle-nya kalau jarak jauh. Sampai, akhirnya, saya bertemu dengan bisnis rajut ini yang saya yakini di mana pun saya berada tetap dapat saya jalankan. Saya tinggal mencari komunitasnya yang kebetulan ada hampir di seluruh Indonesia,” tutur Wiwien, sapaan akrabnya.
Wiwien memulai usaha ini dengan modal tas rajut yang dibuatnya atau hanya menghabiskan biaya sekitar Rp150 ribu. Kemudian, sebagai apresiasi terhadap hasil karyanya itu, ia mem-posting-nya ke media sosial. Ternyata, ada yang tertarik dan minta dibuatkan.
Ketika semakin lama semakin banyak yang memesan, ia berpikir untuk menjadikannya serius, sebuah bisnis. Untuk itu, ia menggandeng partner, Rini, yang memiliki Toko Benang Ragil. Sekadar informasi, toko yang berlokasi di Kios Taman, Jalan Fatmawati Raya, Pondok Labu, Jakarta Selatan, ini menjual benang dan menerima kursus rajut-merajut.
“R-Win Crochet adalah brand produknya. Selain itu, kami juga menjual benang, melayani permintaan kursus, menerima pesanan produk, dan menjual produk. Untuk produk, kami lebih banyak made by order daripada membuat stok,” jelas sarjana komunikasi dari Universitas Diponegoro, Semarang, ini.
Produk made by order itu bisa berupa home décor (taplak, sarung bantal), cape, baju, rompi, pasmina, syal, topi, tas, dan sebagainya. Harga produk-produk ini ditentukan oleh produk yang dipesan, lama pengerjaan, motif, tingkat kerumitan/kesulitan dalam mengerjakannya, dan bahan dasar (benang) yang digunakan.
Sementara untuk pelatihan atau kursusnya, sebelum pandemi Covid-19, berlangsung dari Senin hingga Sabtu dari jam 09.00 sampai jam 17.00. Untuk itu, peserta kursus (setelah membayar tarif yang dibebankan) akan mendapat segulung benang dan satu jarum, serta diajari sampai bisa. Jadi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kursus ini, sangat tergantung kepada yang bersangkutan.
Untuk memenuhi pesanan, Wiwien menggunakan sistem outsource. Nah, di sinilah kelahiran Semarang, 27 Mei 1973 ini sering mengalami kesulitan, sekali pun sudah memiliki pengalaman bisnis. “Ketika saya melempar order ke mereka, ternyata mereka sedang mengerjakan proyek pribadi. Mentoklah saya,” ujarnya.
Omsetnya dapat digunakan untuk menambah pundi-pundi keuangan rumah tangga
Selain itu, masalah lain yang harus ia hadapi yaitu ketika usaha ini berkembang dari toko yang hanya menjual menjadi usaha yang juga menerima pesanan. Sehingga, dibutuhkan ilmu baru lagi untuk me-manage-nya. “Untuk mengatasinya, saya googling dan sharing dengan para anggota komunitas yang saya ikuti. Dengan demikian, wawasan bisnis saya pun terbuka,” tambahnya.
Namun, apa pun masalahnya, menurut Wiwien, usaha ini masih bisa dipegang. Sebab, secara mental ia sudah siap. Mengingat, sudah pernah beberapa kali berbisnis, sudah mempunyai pengalaman bisnis. Di sisi lain, ia selalu fokus hanya pada satu bidang bisnis.
Hal itu, ia buktikan dengan adanya rutinitas pemesanan setiap bulan, seperti tas sebanyak 10 buah dan pasmina sebanyak dua buah. R-Win Crochet juga sudah menerima pesanan dari seluruh Indonesia.
“Berbicara tentang prospeknya, sebetulnya bagus. Tapi, kadangkala, ada oknum-oknum yang belum tertata. Sedangkan saya selalu well organized, walau sudah ada Ikatan Pengrajut Indonesia,” pungkasnya.