Home / Agro Bisnis / Pasarnya “Gurih”

Pasarnya “Gurih”

Edamame

 

Indonesia dikenal sebagai negara yang “hobi” impor. Tapi, itu tidak terjadi pada edamame. Banyak petani kita dan pelaku agrobisnis menanam Kedelai Jepang ini. Karena, masyarakat Jepang, khususnya, sangat menyukainya tapi terkendala oleh keterbatasan lahan. Sehingga, Jepang banyak mengimpor edamame dari Indonesia yang dinilai lebih berkualitas. Dan, pasar ekspor pun terbuka lebar

 

e-preneur.co. Edamame. Sebagian besar masyarakat kita masih belum akrab dengannya. Meski, sudah banyak petani kita yang membudidayakan kedelai yang ukurannya lebih besar ketimbang kedelai pada umumnya ini.

Hal itu bisa dimaklumi, mengingat sebagian besar hasil panen edamame langsung diekspor ke Jepang. Sementara yang berada di dalam negeri, hanya dapat dijumpai di berbagai restoran Jepang atau restoran berkelas dalam bentuk sup atau salad.

Masyarakat Jepang, khususnya, sangat menyukai kedelai muda ini. Mereka biasanya mengonsumsinya dalam bentuk rebusan sebagai teman minum sake. Mereka juga menyukai edamame dalam bentuk snack dan susu. Sebab, rasanya gurih, lezat, dan memiliki manfaat kesehatan.

Edamame memiliki manfaat kesehatan? Ternyata, kedelai jumbo, begitu julukannya, adalah satu-satunya sayuran (bukan kacang-kacangan, red.) yang mengandung sembilan jenis asam amino esensial yang dapat menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme dan kadar energi, serta membantu membangun otot dan se-sel sistem imun.

Edamame juga mengandung isoflavone dan beta karoten. Selain itu, asam lemak Omega-3 yang sangat bagus bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Tidak mengherankan, jika Amerika Serikat (AS) mengkategorikannya sebagai healthy food. Bahkan, menggunakannya sebagai bahan baku produk kecantikan kulit dan wajah.

Dilihat dari habitatnya, edamame berasal dari Jepang. Karena itu, juga populer dengan sebutan Kedelai Jepang. Tapi, lantaran keterbatasan lahan, justru Indonesia-lah yang banyak menanam tanaman ini dan Jepang mengimpornya.

Edamame berukuran lebih besar ketimbang kedelai pada umumnya. Demikian pula, dengan biji dan polongnya. Sementara warna kulit polongnya, bervariasi antara hitam, hijau, atau kuning.

Untuk menanam tanaman ini, diperlukan udara yang cukup panas dan curah hujan relatif tinggi. Sementara agar dapat tumbuh dengan baik, sebaiknya ditanam di lokasi dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan derajat keasaman tanah (pH) sekitar 5,8‒7,0.

Jember, Jawa Timur, merupakan tempat yang cocok untuk membudidayakan edamame. Karena, berada di ketinggian 3.300 mdpl. Imbasnya, edamame yang ditanam di sini bisa dipanen tga kali dalam setahun. Padahal, di Jepang cuma sekali setahun.

Banyak keuntungan membudidayakan kedelai sayur (vegetable soybean) ini. Pertama, dari sisi produktivitas, edamame lebih produktif daripada kedelai biasa. Sebuah penelitian menyebutkan, produksi rata-rata edamame per hektar yakni 3,5 ton, sedangkan kedelai biasa kira-kira 1,1 ton‒1,5 ton.

Kedua, masa pemeliharaannya relatif singkat. Panen pertama dilakukan pada umur 45 hari hingga umur 65 hari, tergantung varietasnya. Ketiga, pasar ekspor masih terbuka lebar.

Selama ini, sebagian besar pasokan edamame ke Jepang dilayani oleh Cina dan Taiwan. Sementara Thailand, Vietnam, dan Indonesia hanya memperoleh sisanya. Tapi, Jepang bukan satu-satunya pasar, melainkan juga ada AS. Peluang pasarnya semakin bertambah, jika mengaitkan edamame dengan keperluan industri pakan ternak atau tempe, tahu, dan kecap di Indonesia.

Meski Indonesia bukan pemasok besar, tapi Jepang bukan satu-satunya pasar

Untuk membudidayakannya, PT Mitratani Dua Tujuh (baca: PT Mitratani, red.), salah satu perusahaan pengekspor edamame menggunakan varietas ryokkoha. Tapi, karena harga benih edamame dari Jepang lebih mahal dua kali lipat ketimbang yang dari Taiwan, maka perusahaan yang berlokasi di Mangli, Jember, ini menggantinya dengan benih edamame dari Taiwan.

Dalam perkembangannya, perusahaan yang sudah beroperasi sejak tahun 1992 itu mulai memenuhi sendiri kebutuhannya akan benih edamame. Sebab, PT Mitratani telah berhasil melakukan pembibitan turunan dari bibit asal Taiwan.

Untuk membudidayakan tanaman tropis ini, benih bisa disemai dulu, tapi bisa juga langsung ditanam. Kebutuhan benih untuk 1 ha sekitar 720 gr.

Lalu, tanah diolah sampai gembur, dibuat bedengan berukuran 10 m² x 2 m² dan parit di antara bedengan sebagai saluran pembuangan air.

Dua hari kemudia, lahan diberi pupuk. Sementara benih ditanam di atas bedengan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Untuk setiap lubang tanam diisi tiga benih.

Penyiraman dilakukan sekadar untuk menjaga kelembaban lubang tanam dan tanah di sekitarnya. Karena itu, cukup dilakukan dua kali seminggu.

Untuk pemanenan, ternyata tidak dapat dilakukan serentak. Polong yang dipetik haruslah yang sudah siap konsumsi. Hal itu, dapat dilihat dari bijinya yang bernas, warnanya belum kekuningan, dan rambutnya belum banyak.

Biasanya, yang dipilih hanya polong yang berisi tiga biji dan tonjolan biji pada polong terlihat besar. Panen pertama dapat dilakukan 45 hari setelah benih edamame ditanam dan berlanjut sampai hari ke-65.

Untuk lahan seluas 1 ha, dibutuhkan dua kali pemanenan. Setelah pemanenan usai, jika lahan akan ditanami edamame lagi, maka harus diselingi tanaman lain terlebih dulu.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …