Home / Senggang / Jalan-Jalan / Sensasi Ngeteh Ala Pejabat Perkebunan Belanda Tempo Doeloe

Sensasi Ngeteh Ala Pejabat Perkebunan Belanda Tempo Doeloe

Rumah Teh Ndoro Donker

Anda seorang pecinta teh dan menyukai tempat nongkrong dengan konsep unik sambil selfie? Kalau ya, maka Anda wajib datang ke Rumah Teh Ndoro Donker dan merasakan sensasi ngeteh ala pejabat perkebunan Belanda tempo doeloe, sembari merasakan semilirnya angin di kaki Gunung Lawu dan dedaunan teh yang masih basah oleh embun

e-preneur.co. Berlokasi di Jalan Karangpandan−Ngargoyoso, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Karang Anyar, Jawa Tengah, Rumah Teh Ndoro Donker (baca: Ndoro Donker, red.) berwujud bangunan gaya Belanda dengan halaman luas dan dikelilingi oleh hamparan kebun teh. Tidak mengherankan, jika Ndoro Donker yang dapat ditempuh selama 1,5 jam dari Solo ini memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Ditambah lagi dengan udara dingin Lereng Gunung Lawu, yang membuat suasana menjadi lebih nikmat saat menyeruput teh.

Bukan cuma itu. Begitu masuk ke halaman depan samping kanan bangunan yang dikesankan vintage ini, Anda akan menjumpai meja dan kursi dari kayu yang dicat dengan warna putih dan dihiasi dengan payung berwarna merah. Sementara di halaman belakang yang tidak jauh dari kebun teh, terdapat meja dan kursi yang juga terbuat dari kayu dan berwarna putih untuk para tamu rombongan maupun perseorangan. Sedangkan dinding-dindingnya, selain dihiasi dengan berbagai foto dan hiasan lain, juga lukisan yang menggambarkan orang-orang Belanda yang sedang menikmati teh.

Singkat kata, setiap bagian dari bangunan ini memiliki sudut-sudut indah tersendiri. Sehingga, akan membuat setiap tamu mengabadikannya dengan kamera dari telepon seluler (ponsel) mereka. Dan, memang, suasana dan konsep yang diusung Ndoro Donker inilah yang menjadi daya jual, di samping menu-menu yang ditawarkan.

Sementara berbicara tentang menu-menunya, sesuai dengan namanya, Ndoro Donker menyediakan berbagai varian menu teh yang layak Anda cicipi mulai dari Teh Oolong, Teh Hijau Kemuning, Teh Hitam Donker, Teh Raja, Teh Putih, dan Teh Herbal hingga Teh Aroma Inggris (Earl Grey, Chamomile, Lady Grey, Mint, dan Passion Fruit) yang disajikan baik dalam cangkir (untuk perorangan) maupun teko (untuk empat orang).

Sementara untuk makanan pendampingnya, ada Ketela Lumpur Madu, Pisang Bakar, Timus Keju, Tahu Tempe Donker, Bitterballen, dan sebagainya. Atau, bila ingin langsung ke makanan utama, ditawarkan Sup Iga, Nasi Goreng, Iga Bakar, Kare Ayam, Mie Goreng, aneka Steak, dan lain-lain.

Berbagai varian menu tehnya layak dicicipi

Namun, siapakah Ndoro Donker? Konon, Donker adalah seorang pria Belanda yang tinggal di Kemuning. Ia merupakan ahli tanaman yang memilih tinggal di desa tersebut, untuk mengembangkan perkebunan teh yang ada dan berbagi ilmu tanaman dengan penduduk setempat.

Hal ini, membuat mereka menghormati dan mencintainya. Untuk itulah, ia dipanggil “Ndoro” yang merupakan panggilan untuk majikan (= tuan, nyonya, nona).

Cinta dan penghormatan mereka, dibalas Ndoro Donker dengan menolak tawaran untuk kembali ke Belanda. Ia memilih mengabdikan segenap ilmunya untuk penduduk Desa Kemuning hingga beristirahat dalam pelukan Tanah Kemuning. Selanjutnya, kawasan yang pernah ditinggali Ndoro Donker dikenal sebagai nDonkeran.

Saat menjabat Kepala Perkebunan Teh Belanda di Kemuning, Ndoro Donker merupakan pemilik rumah, yang kemudian menjadi Rumah Teh Ndoro Donker. Lantas, rumah yang dibangun sekitar tahun 1700 ini, ditempati Kepala Perkebunan Teh PT Rumpun Sari. Setelah ditinggalkan dan dibiarkan kosong dalam tempo yang relatif lama, rumah ini kemudian disewa dan jadilah Rumah Teh Ndoro Donker.

Sebelum pandemi, Ndoro Donker dibuka pada jam 10.00 tapi para pengunjung selalu datang lebih awal. Terutama, saat akhir pekan atau liburan. Sebab, bila datang agak siang, maka pengunjung akan kesulitan mencari tempat strategis untuk menikmati pemandangan.

Selain itu, dengan datang lebih pagi, pengunjung dapat merasakan semilirnya angin di kaki Gunung Lawu dan dedaunan teh yang masih basah oleh embun, serta kabut yang mulai menipis. Pemandangan dan sensasi yang jangan sampai terlewatkan oleh kamera ponsel.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …