Bisnis Sepatu
(Wondershoe)
Bisnis sepatu bukan bisnis yang baru saja muncul. Selain itu, pelaku bisnisnya sangat banyak baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, persaingannya sangat ketat. Untuk dapat bertahan, Arini memutuskan untuk terus berinovasi dengan menyuguhkan desain yang unik dan nyaman dipakai. Imbasnya, sepatu-sepatu hasil karyanya tidak pernah sepi peminat
e-preneur.co. Bercita-cita menjadi pengusaha sukses, nyaris menjadi harapan setiap orang. Termasuk, Natalia Krisna Arini.
Namun, perempuan yang akrab disapa Arini itu masih bingung dengan usaha apa yang cocok untuknya. Dalam kebingungan itu, ia memutuskan bekerja di salah satu production house setelah lulus dari Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Atmajaya, Jakarta, pada tahun 2004.
“Tapi, entah mengapa, hasrat ingin berbisnis justru semakin kencang ketika saya sudah menjadi karyawan,” tuturnya. Akhirnya, ia memutuskan resign dan mulai bisnis kecil-kecilan pada tahun 2006.

Bisnis pertamanya yaitu menjual t-shirt buatan sendiri, yang lalu berkembang ke penjualan tas dan pernak-pernik lainnya. Lantas, semua produk itu dititipjualkan pada seorang teman di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
Perlahan-lahan, bisnis yang modal awalnya diperoleh dari sang Ayah itu pun maju. T-shirt dan tasnya ludes terjual. “Saya semakin semangat berbisnis,” lanjutnya.
Tidak perlu mempunyai pabrik dan distribusi yang besar
Untuk menambah modal, Arini menggadaikan mobilnya. Sayang, bisnisnya kemudian mengalami kerugian. Pemasukan yang ada hanya cukup untuk membayar cicilan.
Dalam kondisi terpukul, seorang teman menyarankan mencoba bisnis lain. Kali ini, sepatu. “Mengapa sepatu? Karena, kata teman saya, saya ini perempuan yang suka dengan flat shoes,” jelasnya. Selanjutnya, ia berbisnis sepatu dengan label Wondershoe.
Untuk itu, terlebih dulu, ia mendesain sepatu sesuai keinginannya, mencari bahan yang cocok, lalu meminta seorang pengrajin sepatu di Bandung untuk mewujudkan desain sepatu itu. “Jadi, bisnis sepatu itu tidak harus mempunyai pabrik dan distribusi besar. Yang penting, keinginan dan niat membuat produk,” tegasnya.

Tidak sampai setahun, sepatu buatannya bertebaran di berbagai mal dan pusat perbelanjaan di Jakarta. “Sepatu buatan saya menyasar usia 15−30 tahun. Sehingga, tidak pernah sepi peminat,” ucapnya.
Sekitar 400–500 pasang sepatu terjual setiap bulan. Jumlah itu, belum termasuk permintaan melalui online yang mencapai 200–300 pasang per bulan. Sementara konsumennya, tidak hanya datang dari Jakarta, tapi juga dari Aceh, Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar.
Namun, Arini sadar, bisnisnya akan berhadapan dengan produsen-produsen sepatu besar dari Indonesia maupun luar negeri. Untuk itu, ia harus pandai menjaga pasar yaitu dengan membuat desain yang unik dan nyaman dipakai oleh pembeli.
Selain itu, ia menjual sepatunya, terutama ke para pembeli online, dengan harga lumayan terjangkau. Kendati, dibuat dari bahan berkualitas terbaik.
Sementara untuk ide desainnya, Arini mencari desain-desain sepatu terbaik melalui internet. “Dalam berbisnis, inovasi itu sangat diperlukan, agar produk kita tidak pernah ketinggalan tren,” pungkasnya.

Catatan:
Bila ingin berbisnis sepatu :
- Carilah pengrajin sepatu yang bisa mewujudkan ide/desain sepatu yang Anda inginkan. Jangan hanya mencari yang mampu memproduksi dalam jumlah banyak.
- Perbanyak browsing tentang sepatu, untuk menambah wawasan dan model-model sepatu.
- Buatlah sample terlebih dulu, sebelum memproduksi sepatu. Dengan begitu, Anda bisa merevisi kalau ada kekurangannya.
- Maanfaatkan social media, untuk memasarkan produk Anda supaya bisa menekan biaya.