Home / Kiat / Mengatasi Persaingan dengan Diferensiasi Material dan Servis

Mengatasi Persaingan dengan Diferensiasi Material dan Servis

Bean Bag Chair (be.my.bean)

Ketika sebuah produk mulai banyak peminatnya, maka tak pelak para pesaing pun bermuncullan. Begitu pun, be.my.bean. Untuk memenangkan persaingan, produsen bean bag chair ini menekankan pada diferensiasi material dan servis. Imbasnya, market-nya yang sudah terbetuk selalu bertahan

e-preneur.co. Seiring berjalannya waktu, kursi mengalami berbagai modifikasi baik bentuk maupun bahan yang digunakan. Contoh, bean bag chair.

Bean bag chair bukan sekadar kursi, melainkan tempat duduk yang terbuat dari kain dan berbentuk seperti kantung, yang di dalamnya berisi butiran-butiran styrofoam. Sehingga, bentuknya tidak rigid, tapi fleksibel. Dalam arti, mengikuti bentuk tubuh orang yang mendudukinya.

Di Indonesia, beanbag chair cuma dapat ditemui di beberapa outlet furnitur bertaraf internasional atau melalui pameran. Kondisi itu, menarik perhatian tiga sahabat (Estie Budiutami, Cherie Anisa Nuraini, dan Kiki Zakiyatus Shalihah) yang merupakan para arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung.

Mulanya, Estie Budiutami hanya menjual bean bag chair. Lalu, teman-teman mereka mendorongnya untuk membuatnya sendiri. “Hal itulah, yang mencetuskan ide dalam benak kami untuk membuat bean bag chair sendiri. Apalagi, ternyata, demand-nya ada,” kisah Estie, sapaan akrabnya. Lalu, awal tahun 2010 berdirilah be.my.bean dengan modal Rp10 juta.

Meski sudah memiliki referensi, ketiganya harus menjalani trial and error selama 3−4 bulan saat membuat kursi yang baik pula bagi anak-anak berkebutuhan khusus itu. Mereka juga harus menyediakan waktu untuk memperkenalkan produk tersebut, sebelum pada akhirnya konsumen mau membeli.

“Kami harus menghabiskan waktu 5−10 menit terlebih dulu sekadar memberi penjelasan pada calon konsumen, dalam setiap pameran yang kami ikuti. Tapi, dari situ, kami juga memperoleh masukan dari para pengunjung baik dari sisi ukuran, model, warna, maupun bahan yang digunakan. Imbasnya, usaha ini berjalan dengah baik,” tutur Cherie Anisa Nuraini atau yang biasa disapa Ei.

Dalam perkembangannya, be.my.bean memang dapat ditemui di beberapa mal, berdampingan dengan bean bag chair impor. Di samping itu, be.my.bean juga mulai mempunyai pesaing, sekali pun sebagian bahan yang digunakan para pesaing masih impor.

“Untuk memenangkan persaingan harus ada diferensiasi. Dari sisi desain, kami sudah oke. Sebab, dicomot dari desain yang ada di luar negeri. Jadi, apa lagi ya yang harus dilakukan untuk membedakan dengan merek lain? Akhirnya, tercetus material dan servis,” kata Ei.

Dari sisi material, be.my.bean menggunakan bahan dalam negeri. Kecuali, styrofoam-nya yang memang produksi pabrikan. Untuk cover-nya, be.my bean terbagi menjadi enam jenis bahan yakni oscar, suede, parasut, kanvas, katun, dan sunbrella. “Kami juga membuat bean bag chair dari kain batik dan sarung, yang kami tujukan bagi pasar khusus,” ujar Esti.

Menerimaa perbaikan bean bag chair, sekali pun bukan produksi be.my.bean

Ei menambahkan, “Pada dasarnya, bean bag chair adalah kursi. Sehingga, siapa pun boleh membuatnya. Karena itu, kami harus memiliki pembeda/cirikhas. Contoh, dengan membuat bean bag chair dari bahan batik dan sarung. Nantinya, tidak tertutup kemungkinan, kami membuat bean bag chair dari tenun ikat, ulos, dan lain-lain, sesuai demand”.

Sementara dari unsur permainan model, be.my.bean mempunyai 13 model/bentuk dasar. Beberapa di antaranya mempunyai tiga ukuran yaitu small, medium, dan large. Be.my.bean juga menerima pesanan di luar model dan bahan yang ada, yang tentu saja mempunyai harga tersendiri.

Sedangkan berbicara tentang servis, be.my.bean memberi garansi selama setahun, memberi tahu bagaimana me-maintenance, dan menyediakan after sales service berupa perbaikan kerusakan yang tidak disebabkan oleh kesalahan dalam penggunaan. “Kami menciptakan brand melalui penerimaaan perbaikan bean bag chair, sekali pun bukan produksi be.my.bean. Dengan demikian, ketika konsumen ingin memperbaiki bean bag chair-nya yang terlintas yakni be.my.bean,” tegas Ei.

Dalam membuat bean bag chair, be.my.bean mempekerjakan para penjahit dengan sistem borongan dan outsourcing yang tersebar di kawasan Jagakarsa, Jati Padang, dan Tangerang. Dari ketiga lokasi tersebut, setiap bulan diproduksi kurang lebih 50 bean bag chair yang dipasarkan melalui berbagai jalur, seperti melalui reseller (titip jual pada beberapa toko), pemesanan/by online, secara langsung di mana konsumen dapat datang ke outlet-nya, dan berbagai pameran, serta freelance reseller. “Kami juga menjalin kerja sama dengan beberapa online retailer,” ungkap Ei.

“Kami ingin terus menjaga agar pasarnya selalu ada. Kendati, tidak dalam bentuk pembelian baru, tapi lebih kepada maintenance produk yang sudah dibeli. Sehingga, market yang sudah ada akan terus bertahan,” pungkas mereka.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …