Sour Sally
Pernahkah Anda menyantap ice cream yang dijual di berbagai resto fried chicken? Jika ya, maka kurang lebih seperti itulah froyo. Namun, froyo-nya Sour Sally memadupadankan antara kecut dengan manis dan memiliki manfaat kesehatan sama halnya susu
e-preneur.co. Yogurt atau yoghurt adalah minuman yang terbuat dari susu yang telah diasamkan (tapi bukan susu basi, red.). Produk ini kaya akan protein, Vitamin B, dan mineral.
Sehingga, baik bagi pencernaan dan tidak menggemukan, serta tidak akan membuat gula darah melonjak-lonjak. Meski, kita meminum sebanyak dan sesering kita mampu.
Minuman yang rasanya asam-asam manis dan segar itu, mempunyai tiga bentuk yaitu kental mirip puding atau yang dikenal dengan istilah set yoghurt; agak encer (stir yoghurt); dan sangat encer (drink yoghurt). Bentuk keempat muncul di Amerika Serikat, pada akhir tahun 1970-an. Diistilahkan frozen yoghurt (froyo), lantaran berbentuk mirip ice cream atau lebih tepatnya soft ice cream.

Adalah Ie Donny Pramono. Penghobi makan yogurt ini memperkenalkan froyo kepada masyarakat Indonesia, pada Mei 2008.Ia memindahkan bisnis froyo, yang dirintis di negaranya Joe Biden tersebut ke Senayan City, Jakarta.
Ternyata, sama halnya dengan masyarakat Paman Sam, masyarakat kita pun menggemarinya. Imbasnya, froyo berlabel Sour Sally itu pun booming dan menjadi salah satu jajanan favorit untuk berbagai umur dan kalangan.
Mengapa bisa begitu? Sebab, pertama, berkaitan dengan bentuknya, ini bisnis froyo pertama yang hadir di negara kita. Kedua, adanya sensasi tersediri saat menikmatinya. Ketiga, froyo yang ditawarkan Sour Sally menggunakan lebih dari 20 topping yang berasa manis, seperti mangga, kiwi, almond, choco balls, dan sebagainya.
Pada mulanya, sasaran utama Sour Sally yakni mereka yang berumur 15 tahun–25 tahun, perempuan, dan dari kelas A+. Tapi, dalam perkembangannya, konsumennya melebar ke para lansia (lanjut usia). “Maklum, froyo itu minuman yang menyehatkan dan terjangkau harganya,” kata seorang Marketing Communications & Public Relations Manager Sour Sally.
Gambaran target market awal ini, terlihat dengan jelas dari desain interiornya. Begitu kita menjejakan kaki di butik (= gerai, red.) Sour Sally Plasa Indonesia, Jakarta, misalnya, seorang gadis kecil berbaju mini warna hitam dan berambut hitam berponi yang dikepang dua akan langsung menyambut.
Sebaris senyum centil menghiasi bibirnya. Sementara matanya melirik, seolah-olah menggoda siapa pun yang melewatinya.
Nama nona kecil itu Sally. Konon, di negaranya sana (Amerika Serikat, red.), Sally merupakan panggilan bagi gadis kecil nan manis tapi tengil. Dan, Sally yang berwujud gambar kartun yang menempel di dinding itu merupakan ikon produk Sour Sally.
Enak dan sehat
“Maksud logo itu yakni balancing antara Sally yang identik dengan manis dan sour yang dalam Bahasa Indonesia berarti kecut. Dengan kata lain, froyo kami merupakan padu padan antara yogurt yang cenderung asam dengan topping-nya yang hampir semuanya berasa manis,” jelasnya.
Selanjutnya, kita akan menjumpai ruangan yang didominasi warna hitam dan putih. Selain itu, kursi-kursi mungil berwarna putih dengan busa empuk berwarna peach dan hijau muda nan segar. Warna yang sangat khas remaja perempuan. Sementara, para karyawatinya berdandan ala Sally.

Untuk menunya, tersedia froyo dalam wadah berukuran small, medium, dan large. Di samping itu, juga yogurt dalam bentuk parfait (Sour Sally Parfait), smoothiest, waffle (Pinklicious Waffle = waffle segar yang di atasnya diberi froyo rasa stroberi dan dipadu dengan tiga topping sesuai selera, red.), dan cake dengan aneka topping yang dapat dipilih sendiri sesuai dengan selera.
Selain itu, juga ada Shaved Ice, Lemon Tea, dan Fruit Blast. Sementara untuk rasanya, tersedia original plain, strawberry, carrot mint, green tea, dan melon mint.

Dengan menu yang selengkap itu, tidak mengherankan jika kemudian Sour Sally menggurita dengan puluhan gerai yang tersebar di antara di Jakarta, Bandung, Solo, Semarang, Surabaya, Bali, dan Palembang.