Home / Celah / Bahan Baku Gratis, tapi Bernilai Eksotis

Bahan Baku Gratis, tapi Bernilai Eksotis

Suvenir Daun Kering (EN Craft)

Ternyata, daun-daun kering yang berserakan di halaman atau jalanan bisa dijadikan inspirasi oleh siapa pun. yang ingin menjadi entrepreneur. Seperti, Nurus dan Erwan yang melihat dedaunan tersebut menyimpan keindahan dan keunikan. Hingga, kemudian, mereka memungut dan mengolahnya menjadi suvenir bernilai jual tinggi

e-preneur.co. Bagi sebagian orang, daun-daun yang berguguran cuma membuat jalanan menjadi kotor. Tapi, sebaliknya bagi sebagian orang yang lain, seperti Erwan dan Nurus.

Menurut Abang beradik ini, dedaunan yang telah berakhir masa hidupnya itu ladang bisnis mereka. Sebab, ternyata, dapat diubah menjadi suvenir yang mendatangkan pemasukan menggiurkan.

Suvenir daun kering, begitu istilahnya. Cindera mata berbahan dasar daun-daun kering ini, semula dipopulerkan oleh seorang pengrajin dari Bali. Ia mengubah dedaunan kering itu menjadi menjadi kipas.

“Namun, suvenir daun kering yang kami buat berbeda, lebih unik. Sebab, sebenarnya, suvenir kami terbuat dari kayu yang lalu ditempeli limbah organik, seperti daun-daun kering, biji-bijian, logam, dan kuningan,” jelas Nurus.

Keunikan itu, tampak jelas dilihat dari bentuknya, seperti cepuk untuk tempat tusuk gigi, bingkai foto berukuran 14R, tempat pena, kotak nama, serta miniatur becak dan Monumen Nasional. Selain itu, juga dari daun-daun kering yang digunakan.

“Sebagian daun yang kami gunakan tetap menggunakan warna aslinya. Sehingga, terkesan antik atau etnik. Sedangkan sebagian yang lain, kami glass. Sehingga, tulang daunnya terlihat dengan jelas,” paparnya.

Untuk itu, mereka menggunakan Daun Lontar, Daun Ketapang, Daun Mangga, Daun Rambutan, dan sebagainya. “Pada dasarnya semua daun dapat digunakan, asalkan tulang daunnya jelas. Sebab, tulang-tulang daun itulah yang kami tonjolkan. Selain itu, daunnya harus elastis, tidak sobek, tidak dimakan ulat, dan tidak ada benalunya, serta permukaannya rata,” imbuhnya.

Mereka memperoleh daun-daun itu dari lingkungan di sekitar rumah yang berlokasi di Limo, Depok, hunting ke berbagai tempat, hingga sengaja mencarinya ke Kebun Raya Bogor. “Setiap daun berserakan yang menarik perhatian, kami ambil. Dedaunan kering itu, selanjutnya kami olah (dibersihkan, sehingga bebas dari hama dan bakteri, red.) tanpa meninggalkan warna aslinya,” ujarnya.

Terkesan antik atau etnik

Sekadar informasi, semua bahan baku suvenir ini diperoleh tanpa mengeluarkan uang sesen pun. Termasuk, kayu yang menjadi media suvenir ini. Karena, mereka ingin menyesuaikannya dengan prinsip awal membangun bisnis ini yaitu menggunakan bahan baku gratis dan unik, tapi bernilai jual tinggi.

Namun, tidak berarti bisnis yang dinamai EN Craft ini tanpa modal. Mereka menanamkan modal awal sebesar Rp5 juta‒Rp10 juta untuk membeli mesin pemotong kayu.

Setiap bulan, EN Craft yang dibangun pada tahun 2005 itu membuat 100‒150 pieces, baik yang dibuat secara manual maupun dengan bantuan mesin. Sekadar informasi, suvenir daun kering dapat bertahan selama setahun, asalkan dirawat dengan benar.

Pada mulanya, EN Craft hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut dan by online. Untuk meningkatkan omset, Nurus berinisiatif menerima pesanan, serta menitipjualkan produknya ke Pusat Kerajinan Tangan di Casablanca, Dewan Kerajinan Nasional DKI di Kebon Sirih, dan Margo City, Depok. Imbasnya, produk ini merambah Batam, Jambi, dan Lombok, di samping Jakarta dan sekitarnya.

Check Also

Banyak Peminatnya

Rental Portable Toilet Kehadiran toilet umum—terutama yang bersih, nyaman, wangi, dan sehat—menjadi salah satu kebutuhan …