Brem (Brem Rumah Joglo)
Hampir setiap orang mengenal brem, si oleh-oleh khas dari Madiun. Meski masih ada yang menyukai rasa, bentuk, dan kemasan yang tradisional, tapi banyak juga konsumen yang menginginkan yang moderen. Keinginan konsumen ini ditangkap oleh Brem Rumah Joglo, dengan menghadirkan brem dengan 15 rasa yang dikemas secara unik, selain juga dapat dibeli secara online. Imbasnya, pemasarannya tidak mengalami kesulitan
e-preneur.co. Brem dikenal sebagai oleh-oleh khas Madiun. Di sentra indutrinya yang terletak di Desa Kaliabu, Caruban, atau sekitar 20 km dari Madiun, makanan tradisional yang berasal dari sari ketan putih ini masih diolah secara tradisional. Meski begitu, prospek bisnisnya tidak pernah surut.
Sebab, rasa hangat ketika melewati tenggorokan dan bau khasnya ketika lumer di mulut, selain dipercaya mampu menghaluskan kulit dan meredam datangnya jerawat, menjadikan jajanan ini salah satu buruan wisatawan yang cukup laris. Hingga, bagi masyarakat Kaliabu, keberadaan industri brem menjadi penyangga penting perekonomian masyarakat setempat, selain sektor pertanian.

Sayangnya, kalau boleh dibilang begitu, dari dulu, kemasan brem begitu-begitu saja. Dalam arti, dikemas dalam kardus kotak dengan warna mayoritas kuning. Rasanya pun cuma begitu.
“Karena itulah, kami melakukan inovasi agar brem tampil moderen. Inovasi yang kami lakukan yakni membuat brem aneka rasa dan membungkusnya dalam kemasan yang unik,” kata Yahya dan Budiati, pemilik Brem Rumah Joglo.
Ya, berbeda dengan brem merek lain, Brem Rumah Joglo memiliki lebih banyak varian rasa dan bentuk. “Bila di toko oleh-oleh, rasa brem paling banyak cuma enam rasa, sedangkan di tempat kami bisa mencapai 15 rasa dengan bentuk yang berbeda-beda. Hal inilah, yang membuat kami pede memasarkan produk kami,” Yahya menambahkan.
Ada sedikit selisih harga, tapi kualitas lebih terjamin
Namun, sebagai generasi kelima dalam usaha pembuatan brem yang telah hadir sejak tahun 1942 itu, Yahya tetap menjaga kelestarian brem original sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Bahkan, untuk mempertahankan cita rasanya, dalam proses pembuatannya masih menggunakan resep turun-temurun.
“Rasa original tetap kami pertahankan. Hanya, kemasannya yang kami ganti menjadi lebih moderen. Selain itu, kami juga memiliki rasa cokelat, strawberry, melon, durian, anggur, jeruk, kopi, moka, jahe, apel, lychee, blueberry, kiwi, dan markisa,” ujar Budiati.
Proses menemukan aneka rasa tersebut, Yahya melanjutkan, tidak instan. “Kami melakukan banyak uji coba, selain mengikuti perkembangan dan inovasi rasa yang ada di ice cream. Begitu ada ice cream rasa baru, kami tertantang untuk mengaplikasikannya ke brem kami,” tambah Budiati.

Sementara perasa dan pewarna yang digunakan merupakan perasa dan pewarna khusus makanan atau aman dimakan. “Untuk aneka perasa tersebut, saya memesan secara khusus pada seorang sahabat di Malang,” kata Yahya.
Selain itu, saat proses mixing dan “pengecoran” brem di cetakan, dilakukan pengawasan khusus agar ketebalan dan rasa brem bisa sempurna. Menurut Yahya, brem yang berkualitas, pada umumnya tidak memiliki rongga di permukaannya.
Di samping itu, meski kecil atau tipis, tapi terasa agak berat ketika dipegang. Imbasnya, brem bisa bertahan selama empat bulan di suhu normal dan satu tahun jika disimpan di dalam kulkas.

Untuk pemasarannya, Yahya tidak menitipkan brem buatannya ke toko oleh-oleh. Ia memilih menjualnya melalui toko sekaligus rumahnya yang berlokasi di Jalan Terate, Kaliabu, Mejayan, Madiun, selain secara online.
“Namun, kami juga bekerja sama dengan beberapa toko oleh-oleh yang sudah kami percaya. Selain itu, kami juga memenuhi pesanan dari Yogyakarta, Solo, dan Bali. Untuk harga, memang ada selisih sedikit. Tapi, kami menjamin kualitas brem kami,” pungkas Budiati.
Tiga hari sekali, Brem Rumah Joglo memproduksi sekitar 330 kemasan. Untuk setiap kemasan brem, dijual dengan harga kurang lebih Rp6.500,-.