e-preneur.co epreneurship online magazine
Related Articles
Mie XP
Tidak ingin menjalankan usaha mie seperti yang dilakukan para pelaku usaha mie yang lain, Hari memberi nilai tambah pada mie-nya. Ia menciptakan level kepedasan dan memberi pilihan topping. Imbasnya, Mie XP selalu kebanjiran pengunjung hingga harus memesan dua jam sebelumnya. Selain itu, ia mampu meraup omset Rp4 juta setiap harinya
e-preneur.co. Mie merupakan salah satu masakan yang paling gampang dibuat. Membuka usaha mie juga sangat mudah. Karena, tidak ada resep spesial.
Tidak mengherankan, bila usaha mie yang bertebaran di mana-mana itu dikategorikan usaha kecil yang tidak kunjung besar. Apalagi, dari sisi omset juga biasa-biasa saja.
Namun, Hari Pratignyo tidak ingin usahanya yang diberi nama Mie Jawa mengalami sepi berlarut-larut. Meski baru berjalan setengah tahun, ia menutup usaha yang hanya didatangi para lansia (lanjut usia) itu.
Selanjutnya, Hari mencari ilmu agar usahanya bisa laris manis. Dan, ia terinspirasi oleh sebuah usaha keripik yang memberi level kepedasan pada keripiknya. Sehingga, mampu menyedot banyak pembeli.
“Saya pun berpikir bagaimana jika level kepedasan itu diterapkan pada mie saya,” tuturnya. Ia yakin level kepedasan itu sangat tepat jika diberikan kepada mie-nya.
Tidak mau tanggung, Hari langsung menciptakan sepuluh level kepedasan. “Level satu berarti satu sendok cabe rawit merah,” jelasnya.
Dengan strategi baru itu, usaha mie-nya dibuka kembali dengan nama baru yakni Mie XP (Extra Pedas). “Ternyata, saya benar. Dengan memberi level kepedasan, mie saya menjadi berbeda,” ujarnya.
Hal itu, terbukti dari peningkatan jumlah konsumen. Bila Mie Jawa hanya didatangi 20 pengunjung/hari, maka Mie XP yang berlokasi di Jalan RA Tohir Mangkudidjoyo, Karawang, itu dikunjungi rata-rata 400 orang/hari.
“Bahkan, dua jam sebelum datang, mereka harus memesan nomor antre menggunakan sms (short message service), telepon, atau BBM (BlackBerry Messenger),” lanjutnya. Sehingga, saat mereka tiba di Mie XP, mie yang mereka pesan langsung dibuatkan. Cara itu diberlakukan, menurut Hari, lantaran ia tidak tega melihat pengunjung harus berjam-jam menunggu mie disuguhkan.
Untuk menambah keunikan, ia juga memberikan pilihan topping seperti keju, kornet, sosis, bakso, dan sebagainya. Imbasnya, pengunjung pun berdatangan dari seantero Karawang.
Sepuluh level kepedasan itu ternyata disukai pengunjung
“Orang-orang datang ke Mie XP sebagai tujuan, bukan kebetulan mampir,” ucapnya. Hal ini, dibuktikan dari usaha yang semula cuma dikenal para siswa lembaga kursus Bahasa Inggris miliknya, kemudian menyebar dengan sendirinya melalui promosi dari mulut ke mulut. Mulai dari anak-anak sekolah hingga para pejabat pemerintahan pun menjadi pelanggan setianya.
Usahanya juga semakin melesat, berkat cerita-cerita seru yang dibuat para pelanggannya. Mereka yang notabene anak-anak muda itu berbagi pengalaman makan di Mie XP. Misalnya, dengan membuat lomba siapa yang paling kuat makan mie level 10. “Siapa yang minum duluan saat makan mie level 10, maka dia yang bayar,” ceritanya.
Memberi nilai tambah seperti Mie XP, menurut Hari, ide yang belum dipikirkan para pelaku usaha mie yang lain di kotanya. Padahal, ide ini sangat mudah diperoleh. “Tidak perlu memikirkan sendiri ide ini. Lihat saja yang sudah ada,” bebernya.
Dalam perjalanannya, ketika para pelaku usaha mie yang lain di kota ini melihat Mie XP semakin menjulang, mereka pun membuat usaha mie dengan level serupa. “Tapi, saya heran kok pelanggan XP justru semakin bertambah banyak setiap harinya,” ucapnya.
Untuk itu, Hari yang setiap hari meraup omset rata-rata Rp4 juta ini menambah delapan kompor yang ada menjadi 12 kompor. Sementara satu koki harus mampu membuat empat pesanan dalam tempo lima menit. Proses memasak harus dilakukan satu per satu. Dan, panci harus dibersihkan usai dipakai memasak, agar tidak mengganggu kualitas masakan berikutnya. Imbasnya, Hari mampu membuka cabang di Purwakarta dan Madiun.
