Home / Agro Bisnis / Potensi Keuntungannya Semanisnya Madunya

Potensi Keuntungannya Semanisnya Madunya

Lebah Madu

 

Di samping madu, Lebah Madu juga menghasilkan royal jelly, propolis, bee pollen, dan lilin lebah yang masing-masing memiliki khasiat tersendiri. Imbasnya, harga jualnya lumayan menggiurkan. Di sisi lain, ketersediaannya lebih sedikit dibandingkan permintaannya. Mengingat, masih banyak peternak yang mengembangbiakkan Lebah Madu secara konvensional. Dengan demikian, bisnis ternak Lebah Madu mempunyai potensi keuntungan yang masih sangat besar

 

e-preneur.co. Lebah Madu telah dikenal manusia sejak beribu-ribu tahun lampau. Bahkan, dalam Islam, Alquran menempatkan Lebah Madu secara istimewa yaitu dalam Surah An-Nahl ayat 68‒69.

Budidaya Lebah Madu untuk pertama kalinya dilakukan di kawasan Laut Tengah (Afrika Utara, Eropa Selatan, dan Asia Tengah), yang lalu menyebar ke seluruh dunia. Termasuk, Indonesia.

Lebah Madu memiliki tujuh spesies lebah dalam genus Apis. Sementara yang terdapat di alam Indonesia yakni A. andreniformis, A. cerana, dan A. dorsata, serta khusus di Kalimantan terdapat A. koschevnikovi.

Sebenarnya, spesies Lebah Madu yang bisa memberikan panen melimpah yakni A. Mellifera. Tapi, justru jenis A. cerana dan A. dorsata yang selama ini diternakkan di Indonesia.

Namun, apa pun jenis Lebah Madunya, binatang bersengat ini tidak hanya menghasilkan madu, tapi juga royal jelly yang dapat digunakan sebagai obat awet muda dan propolis sebagai obat yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Selain itu, juga menghasilkan pollen dan lilin lebah yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan obat-obatan dan aneka produk kecantikan.

Intinya, semua yang dihasilkan Lebah Madu memberi manfaat yang besar bagi para peternaknya. Karena, apa pun yang dihasilkan Lebah Madu sangat dibutuhkan masyarakat dan potensi pasarnya masih sangat besar.

Sekali panen, satu kotak koloni bisa menghasilkan 20 kg madu

Di negara-negara Eropa maupun Korea, industri yang berkaitan dengan Lebah Madu sudah menjadi industri raksasa. Di Indonesia, agar bisa menyamai skala produksi seperti di negara-negara tersebut yang terpenting yakni memberi kesadaran kepada masyarakat, untuk mau turun tangan menjadi peternaknya.

Menurut Bambang Soekartiko, pemilik Peternakan Lebah Bina Apiari Indonesia, seorang peternak Lebah Madu setidaknya memiliki skill khusus tentang kembang biak Lebah Madu dan bagaimana merawat Lebah Madu, supaya menghasilkan panen yang memuaskan. “Peternak harus mengetahui siklus hidup Lebah Madu, sifat-sifatnya, hama atau penyakitnya, kapan Ratu Lebah Madu bertelur, mengecek telurnya sehat atau tidak, dan sebagainya,” ujar peraih Agribusiness Entrepreneur Awards tahun 2004 ini.

Selain soal kesiapan modal dan pakan, ia melanjutkan, yang tidak kalah pentingnya yaitu mempelajari kehidupan koloni lebah. “Penggembalaan” Lebah Madu di Indonesia, biasanya dilakukan pada Bulan Mei hingga September.

Para peternak Lebah Madu “menggembalakan” Lebah Madunya ke perkebunan-perkebunan, yang menyediakan pakan cukup banyak. Peternak Lebah Madu di Jawa, misalnya, biasanya “menggembalakan” Lebah Madunya ke perkebunan karet, kapuk, rambutan, lengkeng, mangga, kopi, dan duwet.

“Namun, pakan Lebah Madu di Indonesia berbeda dengan di Eropa. Di Indonesia, jumlah perkebunannya sedikit. Sehingga, sering berpindah-pindah dari satu kebun ke kebun yang lain. Sementara di Eropa, ada perkebunan khusus untuk pakan Lebah Madu. Misalnya, kebun Bunga Matahari seluas ribuan hektar,” lanjutnya.

Ketika panen, peternak Lebah Madu siap-siap meraup untung. Sebab, bukan hanya madu yang diperoleh, melainkan juga bee pollen dan royal jelly.

Namun, setelah Bulan September, peternak Lebah Madu mengalami masa “paceklik”. Lantaran, musim madu telah lewat. Untuk menutup biaya perawatan Lebah Madu, biasanya para peternak “menggembalakan” Lebah Madu mereka ke perkebunan jagung agar mendapatkan bee pollen jagung dan royal jelly.

Menurut Bambang, untuk bisa mendapatkan keuntungan yang optimal, peternak idealnya memiliki 100 kotak koloni Lebah Madu. “Sekali panen, satu kotak koloni bisa menghasilkan 20 kg madu,” ujarnya.

Selain madu, peternak juga bisa mengumpulkan royal jelly, bee pollen, dan lilin pada sarang lebah yang harganya lumayan menggiurkan. Sementara untuk propolis, belum bisa diproduksi di Indonesia. Karena, di samping belum ada penelitian tentang tumbuhan penghasil propolis, teknologinya pun belum secanggih di luar negeri.

Mengakali permintaan propolis yang terus melambung di Indonesia, Bambang mengimpornya dari Korea. Berdasarkan suatu perjanjian kerja sama, kemudian ia menjualnya dalam kemasan berlabel Bina Apiari. Label Bina Apiari ini, juga ada dalam kemasan royal jelly, propolis, dan bee pollen.

Sementara strategi pemasaran yang dikembangkan berupa keagenan dan secara online. “Dari penjualan tersebut, setiap bulan, kami membukukan omset ratusan jutan rupiah,” pungkasnya.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa budidaya Lebah Madu  masih menyimpan peluang yang besar di Indonesia. Mengingat, permintaannya kian tinggi, sejurus dengan ketersediaan produk lebah madu yang terus menurun. Manfaatnya pun tidak tertandingi.

Apalagi, belum banyak peternak yang bisa beternak lebih moderen, layaknya Bina Apiari Indonesia, yang telah mampu menghasilkan royal jelly dan bee pollen sendiri dengan menggunakan berbagai peralatan manual.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …