Usaha Sewa Mobil
(RIZQY Rent Car)
Berstatus mahasiswa dengan uang saku pas-pasan, tidak berarti tidak boleh berkeinginan menjadi entrepreneur. Dan, Eko bukan sekadar berkeinginan, melainkan sekaligus mewujudkannya. Dengan menyewakan mobil orang-orang yang dikenalnya, serta menyebar kartu nama dan brosur, ia berhasil menjalankan RIZQY Rent Car. Kini, usaha sewa mobilnya itu telah memiliki 16 armada dan beberapa karyawan
e-preneur.co. Tergugah ingin keluar dari keterbatasan ekonomi keluarganya, Eko Sulistyo Febrianto yang saat itu masih berstatus mahasiswa Universitas Sains Al Qur’an, Wonosobo, Jawa Tengah, menemukan ide membuka usaha sewa mobil. Sebab, usaha semacam ini dinilainya dapat dijalankan sambil kuliah.
Ide ini membuat kawan-kawannya geli, kalau tidak boleh dibilang mentertawakan. Karena, uang jajannya setiap hari saja mepet. Jadi, boro-boro bisa membeli mobil.
Menurut mereka, Eko harus menabung ratusan tahun dulu, sebelum bisa membeli sebuah mobil. Tapi, ternyata, hanya dengan tidak jajan sekitar seminggu, ia dapat mengumpulkan modal awal. “Dengan modal awal Rp70 ribu yang kukumpulkan dari uang jajan seminggu, aku memulai usaha sewa mobil,” kisah anak seorang janda itu.
Kali ini, sebagian orang terdekatnya menganggapnya gila. Namun, lantaran keinginannya sudah tidak dapat dibendung, ia mencari akal dengan browsing di internet, mengikuti seminar motivasi (gratis), dan sebagainya.
“Dengan uang Rp70 ribu itu, aku mencetak kartu nama dan brosur,” lanjutnya. Di sana, tercetak nama usahanya “RIZQY Rent Car”. Tapi, uniknya, kalau boleh dibilang begitu, mobilnya belum ada.
Selanjutnya dengan cara yang boleh dibilang cerdas, ia pun “memiliki” mobil. “Aku ‘merekrut’ mobil teman-temanku untuk kemudian kusewakan. Bahkan, juga mobil orang tua teman dan dosenku,” tuturnya. Mobil-mobil yang “direkrut” itu mempunyai berbagai merek, seperti Xenia, Avanza, APV, Luxio hingga pick up.
Berikutnya, ia “menyebar” kartu nama dan brosur. Lantas, berpromosi tanpa modal. “Misalnya, aku berpura-pura memberi ucapan terima kasih melalui siaran radio ke usaha sewa mobilku itu. Atau, di tengah keramaian, aku pura-pura menelepon dan seolah-olah memberi info tentang usaha sewa mobilku,” tambahnya.
Tanggapan masyarakat pun bermunculan. Teleponnya terus berdering, tanda orang-orang ingin menyewa “mobilnya”. “Walau itu bukan mobilku, tapi aku mengambil komisi 10%‒20% dari setiap pembayaran sewa mobil setiap harinya,” ujarnya.
Lantaran pengguna jasa sewa mobilnya semakin banyak, maka semakin banyak pula komisi yang Eko kumpulkan. Dan, ternyata, teman-temannya pun ikut senang.
Mengambil komisi 10%‒20% dari setiap pembayaran sewa mobil per hari
“Komisi yang kukumpulkan, kugunakan untuk DP (down payment = uang muka, red.) pembelian mobil baru,” katanya. Akhirnya, Eko pun memiliki mobil sendiri.
Dalam perjalanannya, selain menyewakan mobil orang lain, Eko juga menyewakan lima mobilnya sendiri. RIZQY Rent Car yang “dibangun” pada tahun 2011 itu, kini tercatat memiliki 16 mobil dan beberapa karyawan.
Dan, usaha yang berkantor di rumahnya itu tetap tidak mengganggu kegiatannya sebagai mahasiswa. “Yang penting, telepon ‘nyala’ terus. Sebab, segala sesuatunya bisa dikendalikan melalui telepon,” ucapnya.
Namun, Eko belum mau berhenti sampai di situ. “Aku ingin bekerja sama dengan orang di luar Wonosobo. Karena, selain usaha sewa mobil, aku juga ingin mempunyai usaha tour and travel,” pungkasnya.