Kue Leker
Meski berbagai jajanan moderen bertebaran di Solo, tapi pamor Kue Leker belum dapat digeser dari lidah penggemarnya. Apalagi, penjualnya kini tidak hanya mejajakannya dengan gerobak sepeda, namun ada juga yang membuka gerai
e-preneur.co. Membahas jajanan atau istilah kerennya food street Solo, tidak akan pernah ada habisnya. Karena, meski sederhana dan tradisional, tapi tidak lekang oleh waktu. Terbukti, sampai sekarang peminatnya masih banyak. Salah satunya, leker.
Leker adalah kue lipat, yang di dalamnya diisi potongan Pisang Raja dan campuran gula dengan cokelat. Dulu, Orang-orang Belanda yang tinggal di Solo banyak yang menyukai jajanan ini.
Setiap kali usai memakan kue ini, mereka berucap lekker. Lekker dalam Bahasa Belanda berarti enak. Dan, jadilah ia dinamai Kue Leker.
Sumber lain menyatakan bahwa Kue Leker lahir atas insiatif warga Solo waktu itu, yang membuat versi hemat dan tipis dari panekuk atau pancake, yang digemari Orang-orang Belanda di Solo. Kemudian, berkembang pesat hingga para bule itu pun ikut menyukainya.
Dulu, leker dibuat di atas anglo berbahan bakar arang. Seiring berjalannya waktu, sebagian penjual leker membuatnya di atas kompor gas. Rasanya tentu saja berubah, demikian pula dengan aromanya.
Selain, bahan bakarnya, isian leker pun kini bervariasi. Dari yang hanya potongan Pisang Raja dan campuran gula dengan cokelat, kini―untuk memenuhi lidah mileneal―juga ada yang potongan Pisang Raja dan serutan keju, cokelat-keju, cokelat-keju-susu, kacang, stroberi, vanilla, dan sebagainya.
Orang Belanda pun menyukainya
Dulu, penjual leker sangat gampang ditemui. Karena, mereka berjualan secara berkeliling dengan gerobak sepeda. Tapi, saat ini, mereka hanya dapat ditemui di tempat-tempat tertentu.
e-preneur.co bertemu dengan penjual kue ini, ketika akan menuju ke sebuah toko buku di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Saat itu, e-preneur.co membeli yang berisi potongan Pisang Raja dan campuran gula dengan cokelat seharga Rp2.000,- serta potongan Pisang Raja dan serutan keju seharga Rp2.500,-.
Namun, dari informasi yang diterima, ternyata di Kota yang Tidak Pernah Tidur ini terdapat dua penjual leker yang kesohor dan usaha mereka telah berbentuk gerai. Pertama, Leker Notosuman yang berlokasi di depan Srabi Notosuman Ny. Lidia (lihat tulisan tentang Srabi Notosuman di edisi lalu, red.). Kedua, Kue Leker Gajahan Bp. Fathoni yang berlokasi di kawasan Gajahan, Solo.
Keduanya, memiliki keistimewaan yang tentu saja berimbas pada harga. Jika leker yang dijajakan berkeliling dijual dengan harga Rp2.000,-, maka mereka menjualnya dengan harga Rp2.500,- hingga Rp5.000,-. Tergantung, varian isiannya. Meski begitu, peminat mereka tetap banyak dan “fanatik”.