Home / Agro Bisnis / Prospek Bisnisnya Hangat

Prospek Bisnisnya Hangat

Cabe Jawa

 

Tidak diminati di habitat aslinya, tapi sangat dibutuhkan di mancanegara. Itulah, kisah Cabe Jawa. Namun, kini, Arif dan Komunitas Tjabe Poejang menggairahkan kembali penanamannya, dengan tehnik dan sistem yang baik dan benar. Karena, permintaannya yang membludak mengindikasikan prospek bisnisnya bagus

 

e-preneur.co. Tahukah Anda apa itu Cabe Jawa? Berbeda dengan jika sedang berbicara tentang cabe merah besar, cabe merah keriting, atau cabe rawit di mana semua orang paham, maka berbicara mengenai Cabe Jawa hanya mereka yang berkecimpung dalam dunia rempah-rempah yang mengetahuinya.

Padahal, konon, Cabe Jawa yang hadir jauh sebelum cabe yang selama ini kita kenal merupakan cabe asli penduduk Nusantara. Ironisnya, kalau boleh dibilang begitu, seiring berjalannya waktu, kehadirannya justru tergeser oleh cabe tersebut.

“Kalau Cabe Jawa pada akhirnya hilang dari peradaban, maka anak cucu saya tidak akan pernah melihatnya lagi. Bahkan, mereka tidak akan pernah mengetahui cabe asli Nusantara, khususnya Tanah Jawa, itu pernah ada,” ujar Arif Munandar, yang prihatin dengan kondisi ini.

Menurut Ketua Komunitas Tjabe Poejang ini, Cabe Jawa merupakan salah satu jenis rempah-rempah dan masuk dalam keluarga sirih-sirihan. Tanaman ini, juga “berkerabat” dengan merica dan kemukus. Karena itu, nama Latinnya piper retrofractum.

Lantaran “berkerabat” dengan merica dan berbentuk panjang, orang bule menyebutnya long pepper atau lebih tepatnya Java Long Pepper. Istilah itu, juga untuk membedakan long pepper dari India yang biasa disebut Indian Long Pepper. Meski, tetap saja tekstur rasa dan buahnya masih kalah dengan yang ada di Indonesia.

Secara fisik, Cabe Jawa berwarna merah. Biasanya, dipetik dalam kondisi setengah matang/mengkal (ada semburat kuning atau oranye sekitar 10%−15%, red.). Sementara bentuknya, mirip miniatur biji anthurium.

“Kalau biji anthurium sebesar gagang pisau, maka Cabe Jawa kurang lebih seukuran cabe rawit. Tapi, bila dirawat dengan baik, ukurannya bisa mencapai tiga ruas jari tangan orang dewasa,” ungkap sarjana ekonomi ini.

Dilihat dari proses penanamannya, boleh dibilang, gampang. Tanaman merambat ini, sebaiknya ditanam dengan sistem stek. “Saya pernah mencoba menggunakan teknik seedling (dengan biji), ternyata berbuahnya lambat,” bebernya.

Kendati selalu mengalami fluktuasi harga, peminatnya terus ada

Untuk sistem stek, gunakan bibit berumur 1,5 bulan atau ketinggian sejengkal (juga dapat dilihat dari keberadaan 3−4 daun pada pohon bibit, red.). Lalu, pada usia 4−6 bulan, ia akan menunjukkan tanda-tanda produktifnya. Selanjutnya, pada usia 7−8 bulan, ia sudah siap panen.

Pada awal penanaman, pohon bibit Cabe Jawa harus dinaungi. Karena, tanaman ini tidak dapat terkena sinar matahari langsung. Sementara kelembabannya, harus cukup di mana hal ini bisa diketahui dari masih basah atau tidak tanahnya.

Kita juga harus waspada terhadap hama nematoda (cacing gilig) dan uret (larva wangwung/kumbang tanduk). Pohon Cabe Jawa yang terkena uret akan langsung the end. Sebab, uret memakan akar.

“Karena itu, kepada petani dampingan, kami mensyaratkan agar lubang tanah dan pupuk kandang yang digunakan difermentasi dulu dengan jamur metharhizium dan beauveria bassiana untuk mengendalikan kehadiran uret,” jelasnya. Metharhizium kontak langsung dengan lambung. Jadi, jika termakan, uret akan langsung mati.

Sedangkan beauveria bassiana, jika menempel pada larva tersebut, ia akan terus-menerus tumbuh hingga akhirnya uret akan mati terselubungi. Mirip mumi.

Untuk penyiraman, dalam kondisi kemarau, lakukan seminggu dua kali. Tapi, saat musim penghujan tidak perlu disirami.

Sementara untuk pemupukan, pada awal tanam, dilakukan dua minggu sekali. Selanjutnya, cukup sebulan sekali dengan menggunakan pupuk semi organik. Dalam arti, pupuk dasarnya berupa pupuk organik, kemudian ditambahkan pupuk kompos yang tidak mengandung/meninggalkan residu, tidak bersifat polutan, atau 100% larut dalam air dan non klorin.

Pohon Cabe Jawa produktif pada umur 2−2,5 tahun. Sehingga, per minggu dapat dipanen 2−3 ons dalam kondisi basah. Oh ya, Cabe Jawa merupakan tanaman perennial atau berbuah terus-menerus. Dengan demikian, ia bisa dipanen hingga usia puluhan tahun, tergantung pada perawatannya.

Sementara sebagai tanaman merambat, jika dibiarkan, ia akan merambat terus-menerus. “Tapi, dengan teknik yang saya gunakan, tanaman yang biasanya tumbuh vertikal diarahkan menjadi horizontal hingga terbentuk mirip tembok,” ucapnya.

Teknik yang dimaksud menggunakan kawat kasa galvanis. Kemudian, diisi dengan bahan-bahan organik seperti arang atau sabut kelapa. Lalu, dengan jarak tanam 2 meter, disambungkan lima tali ijuk ke kawat kasa galvanis di sebelahnya.

Hal ini dilakukan, sebab, jika dibiarkan terus tumbuh, tanaman ini kemungkinan bisa menggapai langit. Padahal, kita berhitung dengan waktu.

Dalam arti, jika kita menanam 1.000 pohon dengan jarak tanam 2 meter dan ketinggian 7 meter, maka, saat panen, untuk memindahkan tangga dari satu pohon ke pohon berikutnya dibutuhkan waktu 5−10 menit. Jadi, kalau 1.000 pohon, waktu yang dibutuhkan 10.000 menit atau 167 jam alias 6 hari. “Ya, keburu matang dan berguguran,” lanjutnya.

Penggunaan kawat kasa galvanis, juga karena di lapangan, Arif kerap menemui Cabe Jawa dirambatkan pada gliricidia, pohon kelor, atau pohon randu. Padahal, ketika terjadi perebutan makanan saat pemupukan, sudah dipastikan Cabe Jawa akan kalah.

Mengingat, Cabe Jawa termasuk tanaman dengan perakaran dangkal dan serabut lembut. Sedangkan pohon inangnya, mempunyai akar yang besar. “Maksud hati memberi pupuk pada Cabe Jawa, yang terjadi justru pohon inangnya yang besar. Dalam pemanenan di mana kita menanam 1.000−2.000 pohon, tentu hal ini agak merepotkan,” tambahnya.

Perlu diketahui bahwa jika ingin menanam Cabe Jawa dalam skala bisnis, maka dibutuhkan luas lahan minimal 1.400 meter persegi. Sementara jumlah pohon bibit yang harus ditanam, sebanyak 300−500 batang. Dan, seperti dikatakan di atas bahwa dari satu pohon dapat dipanen 2−3 ons, maka dari 500 pohon akan diperoleh minimal 1 kuintal basah.

Dalam pemasarannya, Cabe Jawa dijual dalam kondisi kering. Sementara harganya, naik turun.

Bukan karena peminatnya berkurang, melainkan karena para buyer hanya datang ke Indonesia saat sedang peak season atau panen raya. Selanjutnya, mereka melakukan inventory trading alias belanja sebanyak-banyaknya untuk disimpan sebagian, sementara sebagian yang lain dijual secara ritel ke penduduk setempat.

Kendati selalu mengalami fluktuasi harga, peminatnya terus ada. Mengingat, di India, Cabe Jawa kering digunakan sebagai bumbu dan pengobatan. Ya, dari sebuah sumber diketahui bahwa Cabe Jawa memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, sakit kepala, lemah syahwat (pada pria maupun wanita), sesak napas, aprodesia, dan demam, serta anti inflamasi.

Sementara penduduk di negara-negara dengan empat musim, setiap hari menggunakannya rempah ini untuk menghangatkan tubuh. Sebab, Cabe Jawa memiliki rasa pedas yang dihasilkan dari piperin. Sehingga, rasa hangat yang muncul akan merata ke seluruh tubuh. Karena itulah, sebagai komoditas yang sangat dibutuhkan, harganya pun mahal.

Ironisnya, kalau boleh dibilang begitu, rempah-rempah ini tidak diminati di Indonesia. Imbasnya, tidak banyak yang menanam tanaman ini. Sementara, tanaman ini tidak dapat ditanam di negara-negara dengan empat musim.

“Tapi, menurut saya, itu hanya masalah belum tahu dan belum paham bagaimana menanamnya. Kalau pun ada yang menanamnya ya sekadar menanam. Karena, harga jualnya sedang tinggi, misalnya. Padahal, jika para petani Indonesia mau menanamnya, apa lagi dengan cara yang benar, dijamin prospek bisnisnya bagus,” pungkasnya.

Oh ya, Cabe Jawa bagus ditanam di lahan yang berada di ketinggian 500−700 mdpl. Artinya, Cabe Jawa dapat dibudidayakan di kota-kota seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Di samping itu, Cabe Jawa juga dapat digunakan sebagai tanaman hias. Untuk itu, dapat ditanam dalam pot. Selanjutnya, diberi pralon yang dirambati tali ijuk, agar dapat dirambati.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …