Cuci Helm
(Healthy Helm)
Pertumbuhan sepeda motor selalu dikuntit oleh helm. Termasuk, tidak lama setelah bisnis pencucian sepeda motor melaju, usaha pencucian helm pun muncul mengiringinya. Tidak mengherankan, jika kemudian Healthy Helm pun merajalela
e-preneur.co. Sepeda motor dan helm ibarat panci dengan tutupnya. Bila pasar bisnis pencucian sepeda motor masih sangat terbuka lebar, meski sudah banyak yang “bermain” di sana, maka demikian pula dengan usaha pencucian helm.
Ya, melihat marketnya yang masih sangat besar itu, lima alumni Universitas Trisakti, Jakarta, yaitu BC Baskoro, Rosmanto Ronzji, Riki Aryadi, Chaca, dan Sooleman Makartoro pun membuka usaha pencucian helm. “Pada awalnya, kami guyonan saja ingin membuka usaha pencucian sepeda motor. Mengingat, meski bisnis ini sudah merajalela, tapi pasarnya masih sangat besar. Lantas, pada tahun 2007, bisnis pencucian sepeda motor pun kami jalankan,” tutur BC Baskoro.
Dalam perjalanannya, mereka juga ingin membuka bisnis yang unik. . Dan, tercetuslah ide membuka bisnis pencucian helm, sekitar akhir tahun 2008. Usaha itu dinamai Healthy Helm.
Pada dasarnya, mencuci helm itu pekerjaan yang mudah. Tapi, tidak dengan mengeringkannya. Sebab, membutuhkan waktu yang relatif lama.
“Kami pun melakukan eksplorasi terhadap mesin pengeringnya. Dari model pertama, mesin pengering helm ini dapat mengeringkan helm dalam waktu empat jam. Tapi, akhirnya, kami merasa kasihan kepada konsumen yang harus menunggu begitu lama. Kalau mereka memiliki helm yang lain ya tidak masalah. Kalau tidak kan mereka terpaksa membeli yang baru. Sementara risiko di kami, konsumen yang tidak tahan menunggu helmnya kering, tentu tidak akan mengambil lagi helmnya,” kata pria, yang akrab disapa Bagas ini.
Bertolak dari situ, mereka melakukan berbagai eksplorasi lagi untuk mendapatkan mesin pengering seperti yang mereka mau. Eksplorasi demi eksplorasi yang menghabiskan dana Rp45 juta (dari total modal awal sebesar Rp60 juta–Rp75 juta, red.) itu, akhirnya menghasilkan mesin pengering yang mampu mengeringkan helm dalam waktu setengah jam.
“Messagenya yaitu dapat mencuci secara cepat dan berkualitas. Karena itu, harus digunakan alat-alat pendukung yang bersifat tetap agar tidak tergantung sepenuhnya pada human skill, mengurangi human error, dan mempercepat proses. Tapi, untuk proses pencuciannya sendiri masih bersifat manual,” jelasnya.
Fokus pada sistem kecepatan pencucian
Berkaitan dengan sistem pencucian yang masih bersifat manual itu, juga dilakukan berbagai eksplorasi. Seperti, bagaimana sebaiknya mencuci helm-helm tersebut dan mengenal berbagai tipe helm baik dari bahan yang digunakan, kualitas, dan harga, serta ukurannya.
“Helm-helm yang mahal justru lebih mudah dilepaskan bagian per bagian, dibersihkan, dan dipasang kembali ketimbang helm-helm murah, yang pada umumnya hanya direkatkan dengan lem. Semua proses itu harus dilakukan secara manual. Selain itu, proses pencucian helm yang menggunakan sabun, pengharum, dan pelembut khusus ini―agar tidak merusak rambut atau menimbulkan alergi pada kulit kepala pemakainya―juga hanya dapat dilakukan secara manual,” katanya.
Total, Bagas melanjutkan, Healthy Helm hanya membutuhkan waktu satu jam untuk mencuci hingga mengeringkan sebuah helm. Waktu yang relatif cepat itulah, yang mereka jadikan tagline. “Healthy Helm adalah salon helm pertama untuk sistem kecepatan pencucian” ujarnya.
Hasilnya, helm akan bersih dan wangi selama tiga minggu dan tarif yang jauh lebih murah dibandingkan sebuah salon helm lain. Di samping itu, konsumen tidak harus menunggu 1−2 hari kemudian untuk bisa mendapatkan helmnya kembali.
Tidak mengherankan, jika kemudian Healthy Helm bisa memiliki beberapa outlet, seperti di Pondok Gede (Bekasi), serta Ciganjur dan Cirendeu (Jakarta Selatan). Per harinya, setiap outlet yang masing-masing dikelola satu karyawan dan memiliki tiga mesin pengering ini, mencuci minimal 8–10 helm.
Selanjutnya, dengan maksud mengembangkan sayap, Healthy Helm menawarkan kerja sama dalam bentuk distributor, channeling, dan kerja sama operasional (KSO). Imbasnya, dalam waktu relatif singkat, Healthy Helm pun memiliki lima distributor yang tersebar di Bandung, Samarinda, Balikpapan, Yogyakarta, dan Bali. Sedangkan untuk channeling, ada di Cikarang, Semarang, dan Samarinda. Sementara untuk KSO, ada di Kalimalang (Jakarta Timur) dan UIN Syarif Hidayatullah (Ciputat, Tangerang Selatan).
Berbicara tentang prospek, menurut data statistik dari Samapta Subdit Lantas Polri, diestimasi dan diasumsikan rata-rata pertumbuhan sepeda motor 22% per tahun. Sementara jika setiap pemilik sepeda motor memiliki minimal dua helm, maka terdapat ratusan juta helm. Bila ratusan juta helm itu dibagi penyebarannya di 40 kota besar di Indonesia, maka di setiap kota tersebut terdapat jutaan helm. “Kalau 5% saja dari jutaan helm itu mau dicucikan, maka di setiap kota dibutuhkan ratusan outlet untuk mencuci helm-helm itu!” pungkasnya.