Home / Kiat / Attack Semua Lapisan Masyarakat untuk Membukukan Volume Penjualan Sebesar-besarnya

Attack Semua Lapisan Masyarakat untuk Membukukan Volume Penjualan Sebesar-besarnya

BelFoods Indonesia

 

Meski perintis bisnis nugget, keberadaan BelFoods terganjal oleh sebuah merek lain, di samping oleh banyaknya nugget tanpa brand yang beredar di pasar-pasar tradisional. Untuk itu, BelFoods Indonesia meluncurkan berbagai strategi dan perubahan besar-besaran untuk menurunkan tahta “sang raja”. Salah satunya, dengan meluncurkan BelFoods dan empat brand lainnya untuk merambah semua segemetasi pasar

 

e-preneur.co. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak Ibu sekaligus wanita bekerja, khususnya, tidak memiliki cukup waktu lagi untuk memasak. Kondisi ini, membuka peluang bagi para pebisnis untuk memproduksi makanan olahan yang dibekukan (frozen foods), seperti nugget.

Mengingat, makanan yang berasal dari olahan daging ayam ini, selain disukai oleh semua orang, pada umumnya sudah berbumbu dan hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit untuk mempersiapkannya, harganya murah pula. Dengan demikian, sangat cocok dengan mereka yang membutuhkan kepraktisan dan serba cepat.

Nugget muncul untuk pertama kalinya di Tanah Air pada tahun 2002 dan diproduksi oleh PT Sierad Produce Tbk, perusahaan yang menaungi PT BelFoods Indonesia dan sebuah rumah pemotongan hewan (ayam). Saat itu, kehadiran nugget masih dianggap sebagai sesuatu yang lain daripada yang lain.

Sehingga, membuka peluang selebar-lebarnya bagi perusahaan yang mendirikan pabriknya di Jonggol, Bogor, tersebut untuk “bermain-main” (dalam arti positif) dengan kualitas. Sekaligus, sebagai produk alternatif yang memberi pendidikan kepada masyarakat tentang produk sejenis, yang masih diproduksi secara home industry.

Dikatakan begitu, sebab, prospek bisnis nugget khususnya dan frozen foods pada umumnya masih sangat besar. Terutama, di kota-kota besar.

Mengingat, seperti diungkapkan di atas bahwa masih banyak Ibu Rumah Tangga sekaligus wanita bekerja yang tidak sempat memasak. Sehingga, kehadiran nugget sangat membantu mereka.

“Para pesaing kami tahu akan hal itu. Terbukti, jumlah mereka makin lama makin banyak, yang terlihat dari banyaknya merek-merek besar yang bertebaran di supermarket. Apalagi, di pasar-pasar tradisional. Meski, kebanyakan tidak ber-brand,” kata Iwan Himawansah, yang saat itu berstatus sebagai Director PT Sierad Produce Food Division (PT BelFoods Indonesia).

We attack the market with our own creativity

Namun, Iwan melanjutkan, dilihat dari kualitas tentu terdapat perbedaan yang tajam. Contoh, nugget-nugget tak ber-brand yang banyak dijual di pasar tradisional, aman-aman saja diletakkan di bawah sinar matahari langsung selama berjam-jam.

Selain itu, warnanya cenderung mencurigakan, kualitas atau asal muasal daging ayamnya pun tidak diketahui, dan sebagainya. Lain halnya dengan nugget keluaran BelFoods Indonesia, yang akan menunjukkan tanda-tanda “membahayakan” jika dikeluarkan dari mesin pendingin selama empat jam saja.

“Artinya, produk kami dijamin kualitasnya. Karena, sumber ayamnya dari hulu ke hilir. Dalam arti, kami memulainya dari penetasan hingga tumbuh menjadi ayam yang siap dipotong dan diolah, lalu ‘dilempar’ ke pasar. Sayangnya, masyarakat kita belum memperhatikan kualitas, mereka masih mementingkan harga,” ujarnya.

Namun, BelFoods Indonesia tidak kompromi pada kualitas. Sekali pun, “dihajar” oleh produk-produk murah di sekitarnya. “Konsekuensinya, memang lama proses penerimaan konsumen tehadap produk kami. Tapi, begitu sudah masuk ke dalam pola pikir mereka, maka selamanya tidak akan pernah berubah,” lanjutnya.

Untuk mengatasi hal itu, dalam perkembangannya, BelFoods Indonesia tidak cuma meluncurkan BelFoods, melainkan juga empat brand lain yaitu Delfarm, Praktis, 222, dan Uenak. Dan, sama dengan BelFoods, keempat brand tersebut juga memproduksi dan menjual produk yang kurang lebih sama, namun berbeda segemetasi pasarnya. Misalnya, BelFoods, Delfarm, dan 222 ditujukan bagi pasar menengah ke atas, sedangkan Praktis dan Uenak diperuntukkan pasar menengah ke bawah.

“Pembagian segmentasi pasar ini, juga disebabkan oleh luasnya pangsa pasar nugget di Indonesia. Jadi, tidak mungkin menjangkau mereka semua dengan harga yang sama. Sehingga, kami ingin meng-attack semua lapisan masyarakat agar dapat membukukan volume penjualan sebesar-besarnya,” kata Master of Business Administration dari sebuah perguruan tinggi di Oklahoma, Amerika Serikat itu.

Namun, meski perintis bisnis nugget, BelFoods terganjal oleh sebuah merek lain. Mengingat, dari segi kuantitas, merek itu lebih banyak dan lebih aktif dalam berpromosi. Untuk itu, BelFoods Indonesia merencanakan berbagai strategi dan perubahan besar-besar untuk menurunkan tahta “sang raja”.

Sebagian dari strategi itu masih mereka rahasiakan, sementara sebagian yang lain telah mereka jalankan yaitu pertama, konsep pengolahan produk. Kedua, mengutamakan kualitas produk. Ketiga, merombak manajemen dengan merekrut orang-orang muda penuh semangat dan kaya pengalaman, yang mereka timba dari berbagai perusahaan multinasional. Keempat, merombak konsep marketing.

 “We attack the market with our own creativity. Itulah, kalimat kunci kami. Kami tahu kalau selama ini terus dimonitor dan di-copy. Buktinya, ketika kami melangkah hanya dengan satu langkah kecil, dipastikan dalam pemasaran produk berikutnya, mereka akan melakukan hal yang sama dengan langkah yang lebih besar dan jauh,” ujarnya.

Namun, ia melanjutkan, hal itu tidak mempengaruhi kinerja mereka. Mereka justru diuntungkan dengan anggapan sebagai underdog. Sebab, bila sudah berada di posisi leader hanya bisa memonitor dan lantas mengikuti setiap gerak pesaing.

“Kami lebih suka melakukan serangan tiba-tiba. Karena, kami tahu di mana kelemahan dan kekuatan kami. Kalau berbicara tentang kekuatan (ketika berada di supermarket), kami head to head. Tapi, kalau berbicara tentang kelemahan, dalam arti, di tempat-tempat di mana produk pesaing tidak ada, kami masuk dengan kreativitas. Singkat kata, selalu menjadi di atas itu memang enjoy, tapi mematikan kreativitas!” tegasnya.

Sejauh ini, melalui pabriknya, rata-rata diproduksi sebanyak 500 ton/bulan berbagai produk olahan ayam dan sapi, di mana 85% produk tersebut diserap pasar umum di seluruh Indonesia dan sisanya untuk memenuhi pesanan dari klien. Klien yang dimaksud yaitu McDonald, Wendy’s, Burger King, dan Baba Rafi, serta jaringan restoran internasional. Bahkan, baru-baru ini, BelFoods juga mulai melirik Mesir.

“Kami yakin, nantinya mampu merambah negara-negara Timur Tengah. Mengingat, ayam merupakan bahan makanan halal dan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Tapi, untuk sementara ini, kami ingin menguasai seluruh pelosok Indonesia terlebih dulu. Untuk itu, saat ini, kami sedang menancapkan kuku-kuku kami dengan rebuild our infrastructure,” pungkasnya.

Dalam perkembangannya, Belfoods Indonesia tidak hanya memproduksi nugget, melainkan juga baso dan sosis. Selain itu, juga mengembangkan brand-nya menjadi Belfoods Royal, Belfoods Favorite, dan Belfoods Uenaaak.

Check Also

“Naik Kelas” dengan Mengganti Gerobak Dorong dengan Outlet Permanen Berkonsep Restoran

Bakmi Gila Usaha kakilima banyak diminati para pelaku usaha. Selain itu, konsep PKL mempunyai potensi …