Kasur Busa Lipat
Untuk memperoleh tidur yang berkualitas harus didukung oleh perangkat tidur yang berkualitas pula. Khususnya kasur, yang notabene berfungsi sebagai tempat kita membaringkan tubuh. Dan, Warno pun menyediakan kasur busa lipat yang nyaman dengan harga yang sebanding
e-preneur.co. Kasur merupakan salah satu perangkat tidur. Setiap rumah, biasanya mempunyai lebih dari satu kasur.
Saat ini, banyak jenis bahan yang digunakan untuk isian kasur. Seperti, kapuk, busa, hingga air. Kasur berisikan busa dan berbentuk lipat, lebih sering digunakan oleh masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Adalah Suwarno, yang menjalankan usaha pembuatan kasur busa lipat sejak Oktober 2004. Ide usahanya muncul kala kelahiran Grobogan, Juli 1978 tersebut merasa tidak cukup dengan gaji yang diperoleh dari tempatnya bekerja, sebuah perusahaan pembuatan tas di kawasan Kamal, Jakarta Barat.
Lalu, lelaki yang biasa dipanggil Warno ini pun mengundurkan diri pada September 2004. Selanjutnya, ia bekerja sebagai pengantar kasur busa lipat dari sebuah toko grosir di bilangan Cengkareng, Jakarta Barat.
Namun, lama-kelamaan, pelanggan toko tersebut semakin banyak hingga tidak mampu memenuhi semua permintaan. Dari situlah, terbetik ide dalam benak Warno untuk membangun usaha pembuatan kasur busa lipat.
Sebulan kemudian, ia membangun usaha pembuatan kasur busa lipat dengan bermodalkan Rp30 juta. “Modal awalnya dari uang pesangon, ditambah dari pinjaman,” kisah Warno, yang mengajak supir tempatnya dahulu bekerja untuk membuka usaha bersama pembuatan kasur busa lipat ini.
Sebenarnya, pembuat kasur busa lipat serupa dirinya sudah cukup banyak. Tapi, Warno tidak mau terlalu ambil pusing. Baginya, konsumen memiliki keinginan dan selera yang berbeda-beda.
Tebal Kasurnya, Empuk Omsetnya
Lulusan sebuah Sekolah Dasar ini, juga merasa yakin kalau kasur yang dibuatnya lebih bagus kualitasnya dibandingkan buatan orang lain. “Kasur buatan saya tebal. Sedangkan yang lain, suka mengurangi ukurannya,” ungkap Warno, yang di awal usahanya memiliki lima orang karyawan.
Ya, sejak memulai usaha yang berlokasi di Jalan Prepedan, Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, itu, Warno tidak pernah mengurangi ketebalan kasurnya. Sekali pun, saat itu, harga bahan dasarnya melonjak.
Tidak aneh, jika kasur yang ia buat agak sedikit lebih mahal daripada yang lain. Dan, ia keukeuh tidak mau menurunkan harga. Meski, pernah di-complain oleh beberapa agen.
“Saya mementingkan kualitas. Mahal sedikit tidak apa-apa. Yang penting, busa tebal, kasur awet, dan konsumen puas,” ucapnya.
Soal pemasaran, Warno lebih suka memasok kasurnya ke toko-toko grosir daripada ke toko-toko yang menjual eceran. Sebab, meski di toko-toko grosir untungnya kecil, tapi permintaannya terus-menerus. Sebaliknya dengan toko-toko eceran, yang walau untungnya besar, namun membuatnya sulit memutar uang.
Selanjutnya, dari toko-toko grosir tersebut, kasur busa lipat buatannya dijual ke beberapa daerah di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa Barat, dan Kalimantan.
Di luar itu, kadangkala, Warno mendapat pesanan. Seperti, pesanan kasur busa lipat ukuran sedang ke tempat penampungan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di kawasan Kalideres sebanyak 100 kasur.
Dalam sehari, Warno dan ketiga pekerjanya bisa membuat 50–100 kasur. Selanjutnya, ia menjual kasur-kasur itu dengan harga tergantung ukurannya yakni ukuran kecil, sedang, dan besar. Dari situ, dapat dibukukan omset hingga ratusan juta rupiah.
Kini, dari usaha yang sudah berjalan hampir 15 tahun itu, ia bisa membeli mobil boks dan rumah yang berdekatan dengan pabriknya. Karena itu, ia bertekad akan terus berbisnis kasur busa lipat ini sampai merasa tidak mampu lagi beraktivitas.