Home / Senggang / Resto Area / Jajanan Legendaris Kota Solo yang Dikelola Turun-Temurun

Jajanan Legendaris Kota Solo yang Dikelola Turun-Temurun

Srabi Notosuman

 

Terasa kurang sempurna jika berkunjung ke Solo, tapi tidak mencicipi Srabi Notosuman. Apalagi, jajanan yang satu ini kini bukan hanya bisa untuk sarapan, melainkan juga dijadikan oleh-oleh setelah dikemas dengan menarik dan praktis

 

e-preneur.co. e-preneur.co. Menjelang lebaran lalu, Rusdian Lubis, kontributor eksklusif e-preneur.co, mudik dari Jakarta ke Surabaya. Selain mudik, Yan, sapaan akrabnya, juga melakukan wisata kuliner hampir di setiap tempat yang disinggahi.

e-preneur.co menuliskan kembali ulasannya secara acak. Jika di edisi lalu e-preneur.co menuliskan pengalaman Yan dengan Onde-onde Bo Liem, camilan legendaris dari Mojekerto, maka berikut ini nostaligia Yan dengan Srabi Notosuman atau Srabi Solo.

Srabi Solo merupakan makanan ringan yang berasal dari Solo. Camilan ini terbuat dari Tepung Beras yang dicampur dengan santan, diaduk hingga rata dan membentuk adonan, kemudian dimasak dalam cetakan berwujud wajan kecil khusus untuk membuat srabi dengan perapian menggunakan anglo (Jawa: tungku dari tanah liat, red.). Tapi, anglo kini sudah diganti kompor gas, agar pembuatannya lebih cepat dan bisa lebih banyak.

Srabi Solo memiliki citarasa gurih. Namun, dalam perkembangannya, jajanan ini juga mempunyai rasa manis dengan memberinya topping berupa taburan meses, potongan pisang atau nangka.

Srabi Solo muncul untuk pertama kalinya (sekitar tahun 1920an, red.) dari kawasan Notokusuman (Sekarang: Jalan Mohammad Yamin, red.) atau yang lebih sering disingkat Notosuman. Hingga, akhirnya, Srabi Solo lebih dikenal dengan sebutan Srabi Notosuman.

“Kawasan Notosuman tidak jauh dari rumah mendiang Eyang Putri saya. Beliau sering membawa saya ke sana untuk membeli srabi untuk sarapan. Tapi, saya lebih suka melihat cara pembuatannya,” kisah Yan.

Waktu itu, ia melanjutkan, warung srabi itu masih sangat sederhana. Perintisnya sepasang suami istri Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan. “Sebelumnya, mereka pembuat Kue Apem,” tambahnya.

Dalam perjalanannya, keberadaan Srabi Notosuman diteruskan oleh cucu Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan yakni Ny. Handayani dan Ny. Lidia. Kakak beradik ini membangun outlet mereka dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Kendati keduanya mengklaim memiliki catatan resep asli dari Kakek-Nenek mereka, tapi ada perbedaan dari srabi yang mereka buat.

Ny. Handayani atau sang Adik yang lebih dulu meneruskan usaha Kakek-Neneknya, semula masih membuka outletnya yang notabene di rumah yang pernah ditinggali Kakek-Neneknya dengan sederhana dan tertutup. Mereka yang akan membeli harus antre dari pagi sekali. Adakalanya, harus memesan sehari sebelumnya agar tidak perlu antre atau bahkan kehabisan.

Suka rasa yang asli pilih Srabi Notosuman Ny. Handayani. Tapi, suka yang sudah dimodifikasi pilih Srabi Notosuman Ny. Lidia

Ny. Handayani membuka diri dengan membuka outlet yang dicat dengan warna oranye, ketika Ny. Lidia hadir dengan langsung membuka outlet terbilang besar dan terbuka. Selain itu, jika semula srabi buatannya yang disajikan terbuka,  dialasi daun pisang, dan ditata bertumpuk, lalu dimasukkan dalam kardus biasa, maka kini srabi itu dimasukkan dalam kardus berwarna oranye. Imbasnya, sangat kondang dengan sebutan Srabi Bungkus Oranye.

Sedangkan Srabi Notosuman Ny. Lidia atau sang Kakak dibungkus dengan kardus berwarna hijau, sesuai dengan warna cat outletnya. Untuk pengemasannya, Srabi Notosuman Ny. Lidia digulung dalam daun pisang satu per satu, selanjutnya dimasukkan dalam kardus. Untuk mereka yang menyukai modifikasi, cenderung lebih menyukai Srabi Notosuman Ny. Lidia.

Outlet Ny. Handayani dibuka mulai jam 05.00, sementara outlet Ny. Lidia dibuka sekitar jam 07.00. Jadi, bila kehabisan di outletnya Ny. Handayani, tidak perlu kuatir lagi. Masih ada outletnya Ny. Lidia.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …