Home / Agro Bisnis / Berbuah Sepanjang Tahun dengan Pemuliaan Tanaman

Berbuah Sepanjang Tahun dengan Pemuliaan Tanaman

Kawista

 

Kawista hampir mendekati kepunahan. Tapi, dengan pemuliaan tanaman yang dilakukan Wawan melalui Axar Qiara Nursery, kawista yang semula berbuah untuk pertama kalinya sekitar 7−10 tahun setelah ditanam, kini sudah dapat panen untuk pertama kalinya 1,5‒2 tahun setelah ditanam

 

e-preneur.co. Berbicara tentang kawista (Latin: limonia acidissima, red.), dipastikan masih banyak orang yang mengeryitkan dahi, tanda belum mengenal buah yang dihasilkan oleh pohon dengan nama yang sama ini. Ya, buah yang di kalangan Masyarakat Jawa disebut kawis ini, memang tidak sepopuler apel atau mangga.

Bahkan, di kalangan mereka yang merasa mengenal, biasanya karena pernah merasakannya dalam bentuk sirup. Seperti, yang dikembangkan di Rembang, Jawa Tengah. Sebab itu, kawista identik dengan Rembang.

Mengapa? Tentu, itu pertanyaan yang muncul. Padahal, buah yang berasal dari India ini memiliki beberapa keistimewaan. Seperti, dapat mengurangi panas dalam, meriang, dan menguatkan jantung, serta dapat diolah menjadi tonikum.

Dalam pembudidayaannya, juga tidak ribet dan tidak memakan biaya besar. Dalam arti, cukup disirami dua kali seminggu saat musim kemarau, serta diberi pupuk kandang dan pupuk NPK.

Sebagai tanaman, kawista juga termasuk bandel alias tidak mempan dari serangan hama, virus, dan penyakit tanaman lain. Bahkan, lalat buah pun tidak mau menyentuhnya. Lantaran, buah yang mengeluarkan aroma wangi yang menyengat itu mempunyai kulit buah yang sangat keras.

“Kecuali, Ulat Daun. Meski, sebenarnya, kehadiran ulat-ulat tersebut justru menambah subur, setelah daun-daun tanaman ini mereka lahap habis,” jelas Wawan Kustiawan Syarief, penangkar tanaman buah.

Namun, sayangnya, Wawan melanjutkan, tanaman yang banyak tumbuh secara alamiah di Pesisir Utara Pulau Jawa ini baru berbuah untuk pertama kalinya sekitar 7−10 tahun setelah ditanam. Mengingat, dalam perbanyakan, harus dimulai dari menebar biji atau tidak dapat dicangkok.

Ada peluang yang sangat besar di kawista

Kondisi inilah, yang membuat orang-orang yang menanamnya yang notabene bukan orang-orang yang sabar menanti, memutuskan untuk menebang atau mengambil kayunya yang memang terkenal kuat dan keras. Sedangkan biji buahnya, dimakan begitu saja. Imbasnya, tanaman yang telah dibudidayakan di negara kita sejak zaman sebelum kemerdekaan itu pun mendekati kepunahan.

“Lalu, saya melakukan inovasi atau lebih tepatnya pemuliaan dengan menyemai bijinya. Setelah tumbuh sebesar sebatang rokok, saya melakukan okulasi dengan kawista yang sudah berbuah,” ungkap Wawan, yang menamai usahanya Axar Qiara Nursery ini.

Namun, ternyata, masih lama juga tumbuh buahnya. Akhirnya, ia melakukan inovasi dengan teknik yang digunakan dalam budidaya Durian Bawor. “Tapi, berbeda dengan Durian Bawor yang ditopang oleh akar berbagai jenis durian, kawista hanya menggunakan satu jenis akar kawista,” tambahnya.

Hasilnya, ia melanjutkan, saat ini, tanaman yang terbagi menjadi Kawista Kerikil dan Kawista Batu itu, sudah berbuah untuk pertama kalinya maksimal dua tahun setelah ditanam di tanah. Sedangkan bila ditanam dalam pot sebagai tabulampot (tanaman buah dalam pot, red.), dalam waktu 1,5 tahun sudah dapat panen untuk pertama kalinya, dengan syarat medianya bagus dan nutrisinya cukup.

Dan, sama halnya dengan Durian Bawor, teknik kaki ini juga membuat akarnya lebih kuat, lebih tahan penyakit, tahan hembusan angin kencang, umurnya lebih panjang, dan produktivitasnya lebih tinggi.

Ya, kawista yang semula hanya berbuah setahun sekali, kini, sepanjang tahun berbuah. Dan, untuk membantunya agar terus berbuah, tambahkanlah nutrisi dan vitamin untuk tanaman.

Bila nanti daun-daunnya luruh, tidak perlu panik. Karena, hal itu menandakan ia ingin istirahat sejenak, sebelum kemudian mengeluarkan tunas dan bunga baru. Kerontokan pada daun-daun tanaman yang berkerabat dekat dengan Buah Maja ini, biasanya terjadi kala masih tersisa 20 buah di atas pohon.

Pohon Kawista yang dipanen untuk pertama kalinya hanya akan menghasilkan 20−25 buah/pohon. Dalam perkembangannya, jumlah buah akan bertambah 3−5 kali lipat.

Sementara Pohon Kawista itu sendiri, akan terus berbuah sampai berumur 15−20 tahun. “Yang kami miliki saat ini, sudah berumur lebih dari 15 tahun dan di sana masih tergantung sekitar 1.500 buah,” tutur Wawan, yang membangun usahanya di Desa Telagasari, Karawang, Jawa Barat.

Buah Kawista yang memiliki bentuk bulat dengan kulit buah burik, daging buah berwarna cokelat kehitaman, dan rasa yang asam-asam manis ini dapat disantap begitu saja, setelah tentu saja membantingnya dengan kuat untuk memecahkan kulitnya. Sementara bobot rata-rata buahnya 4 ons.

Buah yang bila sudah matang akan jatuh sendiri dari pohonnya ini, adakalanya juga dijumpai dalam bentuk sirup, dodol, atau minuman ringan. “Saya ingin menunjukkan bahwa Buah Kawista dapat diolah menjadi apa pun,” ujar Wawan, yang mulai memuliakan kawista tahun 1995.

Untuk itu, ia mengolahnya menjadi dodol dengan nama dagang Dokkar dan minuman sari buah dengan nama Cola van Java, yang tanpa bahan tambahan apa pun. Di samping itu, ia juga menjual bibit kawista berumur enam bulan (dengan satu kaki) seharga kurang lebih Rp50 ribu dan bibit berumur setahun (dengan dua kaki) dalam kondisi sudah berbuah dengan harga Rp3 jutaan.

Namun, dalam penjualan buahnya, sarjana administrasi negara dari Universitas Pasundan, Bandung, ini mengaku kewalahan menghadapi permintaan yang ada. Padahal, permintaan tersebut masih sebatas di Karawang.

Hal ini bisa dimaklumi, mengingat, para petani kawista masih menggunakan sistem tanam tradisional. Sehingga, jumlah pohon yang ditanam masih terbatas dan buahnya baru dapat dipanen setahun sekali. Padahal, kawista yang lezat adalah buah yang matang pohon.

“Untuk itu, saya menjalin hubungan dengan berbagai dinas terkait di Karawang untuk mensosialisasikan kawista. Di sisi lain, saya ingin mengajak para pengusaha untuk bergabung dengan saya, dengan menyediakan lahan kosong. Apalagi, sekarang sudah muncul permintaan dari Prancis dan Jepang. Mengingat, kawista juga bisa diolah menjadi enzyme fruit, wine, selai, dan lain-lain. Dengan kata lain, ada peluang yang sangat besar di kawista,” pungkasnya.

Catatan:
  • Untuk skala kecil, Pohon Kawista dapat ditanam di atas lahan seluas 250 m².
  • Bibit pohon yang digunakan bisa sebanyak 4−5 pohon.
  • Bila penanaman ini dilakukan di kampung, maka tidak ada biaya pembelian pupuk.
  • Obat-obatan hanya digunakan bila sangat perlu. Karena itu, tidak dimasukkan dalam biaya produksi.
  • Tidak perlu tenaga kerja.
  • Pada panen-panen berikutnya, bobot buah akan berkurang. Tapi, dapat diatasi dengan memangkas sebagian ranting dan daunnya.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …