Home / Agro Bisnis / Permintaannya Tidak Pernah Surut

Permintaannya Tidak Pernah Surut

Daun Jeruk Purut

 

Pasokan Daun Jeruk Purut, baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor, sangatlah kurang. Hal ini, membuat budidaya Jeruk Purut menjadi salah satu komoditas agro yang menjanjikan, untuk dikembangkan ke depannya

 

e-preneur.co. Jeruk Purut (Latin: Citrus Hystrix DC, red.) merupakan tumbuhan yang memiliki ciri fisik berupa duri di sepanjang rantingnya, sementara daunnya seperti dua helai yang tersusun secara vertikal dan agak berlapis malam. Salah satu tumbuhan perdu ini dapat dimanfatkan daun, buah, hingga batangnya, untuk diolah menjadi bumbu dapur hingga kosmetika.

Imbasnya, ada permintaan dalam jumlah besar dari pabrik-pabrik makanan instan, bumbu, hingga kosmetika yang sayangnya masih jauh dari terpenuhi. Dengan demikian, pembudidayaan Jeruk Purut menjanjikan prospek yang luar biasa.

Namun, Sujarwo, salah satu petani Jeruk Purut asal Gorang-gareng, Magetan, Jawa Timur, justru fokus pada hasil panen Daun Jeruk Purut. Menurutnya, Daun Jeruk Purut memiliki nilai ekonomi yang lebih baik dibandingkan buahnya.

“Harga 1 kg Daun Jeruk Purut mampu mencapai Rp15 ribu–Rp17 ribu. Sedangkan buahnya, hanya sekitar Rp10 ribu. Pemasarannya juga lebih mudah,” kata Mbah Jarwo, sapaan akrabnya.

Tapi, secara keseluruhan, membudidayakan Jeruk Purut banyak keuntungannya. Karena, Pohon Jeruk Purut mudah dalam pemeliharaan, cocok dengan iklim Indonesia, dan bertahan hidup hingga lebih dari 20 tahun. “Saat berumur lebih dari 20 tahun itu, Pohon Jeruk Purut masih bisa dipanen sekali dalam 3 bulan–4 bulan,” ujarnya.

Dibandingkan buahnya, Daun Jeruk Purut memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Pemasarannya pun lebih mudah

Untuk membudidayakan Jeruk Purut, bisa dengan menggunakan bibit yang diperoleh melalui perbanyakan vegetatif (penyambungan tunas pucuk, red.). Sedangkan lahan atau tegalan yang hendak ditanami, sebaiknya dibersihkan terlebih dulu dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Agar pemanenan dan pemupukannya mudah, tanah yang sudah bersih dibuat kelompok galengan (gundukan tanah) di mana satu kelompok berisi beberapa galengan. Menurut Mbah Jarwo, satu galengan idealnya berisi 80 batang pohon yang ditata sejajar, dengan jarak tanam masing-masing pohon kurang lebih 30 cm.

“Sebelum ditanami, tanahnya terlebih dulu di-lepi (direndam air). Saat air surut, beri pupuk kompos kering. Setelah itu, baru mulai ditanami Bibit Jeruk Purut yang sudah memiliki tinggi 40 cm. Pemberian pupuk kompos yang dicampur NPK akan membuat pohon cepat tumbuh besar, serta meningkatkan produktivitas cabang dan daun,” papar Mbah Jarwo, yang memiliki 3.000 Pohon Jeruk Purut dan berencana menambah jumlahnya.

Setelah bibit ditanam, siram secukupnya, lantas beri mulsa (jerami) di sekitar batang jeruk. Mulsa memiliki fungsi mengatur kelembaban Batang Jeruk Purut. Sehingga, batang-batang yang masih di bawah umur lima tahun tidak cepat membusuk.

Bagi petani yang ingin membudidayakan tanaman ini, Mbah Jarwo menyarankan agar langsung membeli Bibit Jeruk Purut hasil cangkokan yang siap tanam. Sebab, jika mengandalkan proses penanaman biji akan memakan waktu yang lama dan rentan mati.

Awal masa tanam, ia menambahkan, merupakan masa yang membutuhkan kesabaran ekstra. Sebab, pertumbuhan pohon cenderung agak lambat dan relatif rentan terhadap serangan jamur. Untuk itu, kita mesti sering mengecek kelembaban batang pohon.

Namun, setelah melewati masa 3 tahun–5 tahun, perawatan relatif jauh berkurang. Sebab, produktivitas daun mulai tinggi. Saat panen pertama, biasanya, Daun Jeruk Purut yang dihasilkan belum banyak. Karena, pada tahun pertama, pohon biasanya hanya memiliki 1 cabang–2 cabang saja.

“Jeruk Purut termasuk tumbuhan unik. Setiap kali cabangnya ditebang atau dipotong, cabang baru akan muncul dengan jumlah yang semakin banyak. Misalnya, jika satu cabang dipotong, Batang Jeruk Purut akan menghasilkan dua cabang baru yang masing-masing berisi helai-helai daun yang siap dipanen. Jika dua cabang dipotong, pohon akan menghasilkan 3 cabang–4 cabang baru lagi,” ujarnya.

Di kalangan masyarakat pedesaan di Indonesia, Pohon Jeruk Purut selalu dijadikan tanaman pekarangan dengan ditanam di belakang atau depan rumah. Hal ini, sesuai dengan karakteristik pohon itu sendiri yang tidak menyukai intensitas cahaya yang tinggi. Sebab, hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan cabang dan rantingnya. Untuk itu, sebaiknya diberi naungan khusus dan mengatur kerapatan tanaman.

“Untuk mengatur intensitas cahaya, biasanya saya menanam tumbuhan lain di sekitar pohon. Seperti, kacang-kacangan dan sayuran,” katanya.

Sementara kendala yang perlu diwaspadai yakni serangan jamur atau ulat. Salah satu ciri Jeruk Purut terindikasi terkena jamur yaitu daunnya berubah menjadi kuning, kemudian mengering.

“Untuk mengatasi hal ini, saya selalu memberi semprotan fungisida yang (jika dibutuhkan) dicampur insektisida. Dan, setiap habis panen, jangan lupa memberi pupuk NPK. Karena, pupuk ini mampu membuat daun lebih tebal dan banyak,” ujarnya.

Dari segi pemasaran, Mbah Jarwo tidak mengalami kendala yang berarti. Selain secara rutin pengepul datang dan membeli hasil panenannya, ia terkadang juga melayani konsumen secara langsung. “Biasanya, yang datang ke rumah adalah Ibu-ibu yang ingin membeli beberapa kilogram, untuk campuran membuat sambal kacang atau digunakan sebagai stok bumbu di dapur,” pungkasnya.

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …