Perkutut Putih
Perkutut Putih merupakan perlambang kekayaan dan keberuntungan atau hoki bagi yang memeliharanya. Setidaknya, hal ini, sudah dibuktikan Bagya yang menternakan perkutut dan membukukan omset puluhan juta rupiah per bulannya
e-preneur.co. Burung Perkutut (baca: perkutut, red.) telah dijadikan klangenan (peliharaan) primadona sejak dahulu kala. Perkutut juga menjadi simbol status sosial pemiliknya. Sebab, berdasarkan mitos, semakin banyak perkutut yang dipelihara, dipastikan orang tersebut sudah mapan secara finansial dan spiritual.
Apalagi, jika yang dipelihara Perkutut Putih, yang konon hanya bisa dimiliki dan dipelihara oleh para raja dan kyai. Karena, dengan segala kecantikan fisiknya, burung ini diyakini banyak orang mampu mendatangkan kekayaan dan keberuntungan atau hoki bagi yang memeliharanya. Kecantikan fisik yang dimaksud yakni bulu berwarna putih, mata berwarna merah dan bersinar jika terkena cahaya, paruh berwarna kelabu, serta kaki berwarna merah dengan garis-garis hitam.
“Namun, keturunan Perkutut Putih belum tentu menghasilkan anakan perkutut yang juga berwarna putih. Tapi, anakan itulah yang nantinya akan menghasilkan Perkutut Putih,” kata Subagya, pemilik Bagya Bird Farm.
Di luar lain, beternak perkutut itu mudah dan tidak membutuhkan banyak modal. “Sebab, pakan perkutut yang berupa biji-bijian itu bisa diperoleh dengan mudah di toko ternak. Seekor perkutut, dalam sehari, tidak sampai menghabiskan Rp1.000,- untuk makannya,” ungkap Bagya, sapaan akrabnya.
Selain itu, pemilik sekitar 800 pasang perkutut, baik Perkutut Putih, silver, maupun Perkutut Abu-abu ini melanjutkan, perawatan perkutut juga mudah. Karena, burung ini seperti merpati. Dalam arti, memiliki fisik kuat dan tidak manja laiknya burung-burung kicau.
Selama setahun, sepasang indukan perkutut mampu melakukan sembilan kali penetasan di mana satu penetasan berisi dua piyik
Meski mudah, tapi tidak boleh menggampangkan. Untuk itu, Bagya selalu mengingatkan agar para peternak perkutut harus disiplin atau tepat waktu dalam memberi makan dan menjaga kebersihan kandang agar terbebas dari hama/penyakit.
Ia juga menyarankan agar memberi campuran mpon-mpon (bahan jamu) ke dalam makanan perkutut seminggu sekali, agar burung tidak mudah sakit. Di samping itu, perkutut harus pula diberi vitamin, seperti vitamin B kompleks, vitalur, dan vitacik dalam takaran tertentu.
Supaya mudah dalam perawatan dan pengawasan, Bagya juga menganjurkan menggunakan kandang dengan sistem baterai yaitu satu sangkar untuk satu pasang. “Hal terpenting dalam mendapatkan gen Perkutut Putih yang berkualitas yakni harus teliti dan benar dalam pengawasan saat crossing. Nah, ternak sistem baterai ini memudahkan saya untuk melakukan pengawasan,” jelas pria, yang sejak tahun 2005, mulai serius mengembangbiakkan dan melakukan crossing (perkawinan silang) pada indukan perkutut.
Keunggulan berikutnya dari burung yang satu ini yaitu mudah sekali beradaptasi dengan kandang barunya dan tidak gampang stres. Produktivitas perkutut juga tinggi. Selama satu tahun, sepasang indukan perkutut mampu melakukan sembilan kali penetasan di mana satu penetasan berisi dua piyik (Jawa: anakan burung, red.).
Agar anakannya bisa cepat besar dan siap jual, Bagya membagikan tips, “Saya memindahkan anakan yang berumur lima hari ke sangkar Burung Puter yang tengah mengeram. Biasanya, indukan puter yang tengah mengeram menghasilkan cairan semacam ASI (Air Susu Ibu) di temboloknya. Nah, cairan inilah yang diberikan kepada anakan perkutut”.
Bagya yang membuka peternakannya di Dusun Sambirobyong, Desa Geneng, Ngawi, Jawa Timur, mampu menghasilkan sekitar 100 anakan Perkutut Putih per bulan di mana per ekornya dihargai sekitar Rp350 ribu. Selain itu, ia juga menghasilkan 200 anakan Perkutut Abu-abu per bulan, yang dibanderol dengan harga kurang lebih Rp50 ribu/ekor.
Prospeknya? Menurutnya, masih bagus. Apalagi, sosial dan budaya masyarakat Indonesia masih kental dengan unsur tradisional. Menurut catatan Persatuan Perkutut Indonesia, kebutuhan akan Burung Perkutut sebagai tren hobiis juga terus meningkat dari tahun ke tahun. “Bahkan, seseorang yang sudah terlanjur jatuh cinta, rela mengeluarkan uang puluhan ribu hingga jutaan rupiah untuk perkutut,” tutupnya.
Catatan
- Perkutut memiliki masa hidup dan produktivitas yang lama. Indukan pertama yang dimiliki Bagya sejak tahun 2005 masih hidup dan produktif.
- Di sekitar kandang, sebaiknya diberi pasir, batu-batuan, atau pecahan batu bata merah. Sehingga, burung dapat makan batu-batuan atau pasir tersebut sebagai asinan, sekaligus membantu pencernaannya.