Home / Senggang / LifeStyle / Pre-Event

Pre-Event

Harmoni Bumi

 

Rasa peduli terhadap kelestarian alam, sekaligus memperingati Hari Bumi, mendorong Fashion Rhapsody memperkenalkan sebuah gagasan mode yang dipresentasikan melalui karya mereka, dalam pre-event bertajuk Harmoni Bumi

 

e-preneur.co. Ariy Arka, Ayu Dyah Andari, Chintami Atmanagara, dan Yulia Fandy merupakan para perancang busana, yang kerap mempertunjukkan karya rancang mereka di ajang-ajang besar, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia. Seperti, Indonesia Fashion Week, Ramadhan Runway, dan sebagainya.

Mereka juga founder Fashion Rhapsody, yang sepakat untuk terikat pada itikad menularkan kegairahan berkarya mode sambil mengindahkan hal baik terhadap bumi, sebagai bentuk tanggung jawab untuk mengembalikan atas apa yang telah diambil dari Ibu Pertiwi. Keempatnya ingin membuktikan bahwa di dalam dunia mode yang penuh gaya dan kemewahan, tetap dapat menyisipkan pesan luhur.

Tahun ini, Fashion Rhapsody memperkenalkan gagasan mode yang menyertakan kepedulian terhadap kelestarian alam sekitar, sebagai akibat pengrusakan yang dilakukan manusia atas bumi, seraya memperingati Hari Bumi. Untuk memperlihatkan keseriusan gagasan besar ini, mereka mempresentasikan karya mereka dalam sebuah pre-event “Harmoni Bumi” pada 30 April 2019 di Hallf Patiunus, Jakarta.

“Kami ingin mengajak rekan-rekan desainer dan pihak-pihak lain untuk ikut ambil bagian dalam perhelatan Harmoni Bumi, yang terinspirasi dari bumi. Intinya, apa yang telah kita nikmati dari bumi selayaknya kita kembalikan ke bumi secara bertahap, dengan tindakan yang sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Siapa pun boleh turut serta, selama memiliki visi dan misi yang sama dengan gagasan Fashion Rhapsody. Acara akan digelar pada Agustus 2019 mendatang,” jelas Ariy Arka, mewakili ketiga rekannya.

Dalam presentasi koleksi, Yulia Fandy mempersembahkan karya dari lini keduanya yang merupakan busana siap pakai dan menjadi penanda bahwa label bernama Yeef (dibaca: yé-éf), yang diambil dari inisial nama Yulia Fandy, secara resmi diperkenalkan di hadapan publik. Koleksinya dinamakan Gaia yang dalam bahasa Yunani bermakna Ibu Bumi (mother earth).

Fashion Rhapsody menyisipkan pesan luhur dalam dunia mode yang penuh gaya dan kemewahan

Yulia ingin mengembalikan citra bumi ketika masih bersahaja lewat karyanya. Kesederhanaan itu ditampilkan dengan garis rancangan yang polos. Jauh dari ingar-bingar bling-bling dan kesan dekoratif lainnya. Semata hanya mengandalkan kekuatan detail dan garis desain itu sendiri.

10 rancangan longgar berbahan katun dan linen dengan siluet-siluet masa kini mengalir dalam warna lembut seperti krem, hijau muda, cokelat, serta putih.

Sementara daya cipta Chintami Atmanagara tergugah ketika mengamati potongan bebatuan. Tak pernah ia duga demikian indah bentuk abstrak dan warna ketika sebongkah batu dipotong. Di dalam sebuah irisan terlihat semacam garis-garis tak beraturan, multiwarna; coklat muda, hijau pupus, merah muda, merah bata, biru legam, bahkan emas.

Deretan warna itu diangkat dan dijadikan sebagai warna utama 10 koleksi Chintami. Motif abstrak pada batu diaplikasikan sebagai motif bordir di atas tenun berbahan organdi, yang dipesan dari penenun Garut. Kepada pengrajin, Chintami pesankan warna khusus yang terinspirasi dari warna bebatuan.

Ayu Dyah Andari terpesona pada Desert Rose yang terbentuk dari air, pasir, dan angin pada kondisi gurun pasir yang super kering dan mengkristalkannya. Terbentuk lempeng-lempeng kristal yang menyusun melingkar membentuk semacam bunga mawar.

Warna pasir gurun yang khas diangkat sebagai warna utama koleksi yang ditampilkan berdampingan dengan palet warna lain, seperti gading, baby rose, krem, hijau lumut, cokelat muda, khaki, dan cokelat. Bordir dua dimensi yang berbentuk semacam sulur-sulur diasumsikan sebagai angin dan air yang menerpa, saat membentuk Desert Rose tersebut.

15 set koleksi dipersembahkan secara lengkap, mulai dari busana siap pakai yang bergaris sederhana berwarna gading hingga busana pengantin yang mewah berwarna baby rose. Di antaranya terdapat gaun-gaun mewah bermandi warna turunan nude yang senada.

Sedangkan inspirasi karya Ariy Arka beroleh dari rasa miris dan kepeduliannya terhadap keadaan hutan. Susunan warna hijau, cokelat, hitam, dan putih berbentuk sapuan warna yang dicetak di atas busana mulai dari atasan, celana, maupun outer itu merupakan terjemahan ketika hutan masih hijau hingga meranggas, lalu sirna sama sekali.

Bentuk yang sekasta dalam gaya abstrak juga ditampilkan dalam bordir sebagai identitas karya Abee (baca: a-bé), nama label Ariy Arka, yang mengedepankan 16 koleksinya.

Check Also

Ketika Para Perantau Kangen dengan Kampung Halamannya

Bubur Samin Bubur Samin bukanlah makanan tradisional Solo, tapi menjadi menu takjil yang ikonik di …