Melon Sakata
Selama ini, kita hanya mengenal dan mengonsumsi melon berdaging buah putih. Padahal, ada lho melon berdaging buah merah atau Melon Sakata, yang digolongkan WHO sebagai buah tersehat di dunia. Selain itu, secara bisnis, melon ini juga menguntungkan
e-preneur.co. Sebelum tahun 1990-an, melon (Latin: cucumis melo, red.) masih asing bagi orang Indonesia. Tapi, kini, anggota keluarga labu-labuan (Latin: cucurbitaceae, red.) ini sudah sangat tenar. Buktinya, buah yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan water melon atau semangka ini, tidak pernah absen lagi sebagai suguhan buah pencuci mulut di berbagai pesta.
Menanjaknya popularitas melon bukan hanya karena buah ini memiliki rasa yang enak dan aroma yang harum, melainkan juga karena kandungan antioksidannya yang melimpah. Sehingga, tanpa ragu lagi World Health Organization menggolongkan cantaloupe sebagai salah satu buah tersehat di dunia.
Cantaloupe merupakan salah satu jenis melon, yang secara fisik mirip dengan melon hijau atau melon berdaging buah putih yang biasa kita konsumsi yaitu berbentuk bulat serta berkulit tebal, keras, dan berurat seperti jala/jaring/net. Tapi, melon yang lebih dikenal dengan nama musk melon atau rock melon ini, memiliki daging buah berwarna jingga (beberapa sumber lain mengatakan bahwa daging buahnya berwarna merah atau oranye, red.).
Salah satu varietas rock melon yang paling dikenal di Indonesia yaitu Melon Sakata. Meski, melon yang nenek moyangnya berasal dari Jepang ini, masih jarang dibudidayakan di Indonesia.
Sekadar informasi, Melon Sakata baru dibudidayakan medio 2006. Sedangkan melon yang selama ini kita konsumsi, sudah dibudidayakan sejak tahun 1980-an.
Padahal, Melon Jepang, begitu nama lainnya, mempunyai penampilan yang menarik. Sebab, jaring kulitnya lebih tebal dan rapat ketimbang varietas rock melon lainnya. Dan, karena hal inilah, ia juga dikenal dengan istilah Melon Eksotik atau Sakata Glamour.
Dibandingkan melon berdaging putih, harga jual Melon Sakata lebih tinggi dan stabil (hampir tidak pernah mengalami penurunan harga)
Di samping itu, Melon Sakata mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan melon berdaging putih. Buah yang mempunyai bobot rata-rata 2−2,5 kg (maksimal 3,2 kg, red.) ini, juga mempunyai harga jual yang lebih tinggi dan stabil (hampir tidak pernah mengalami penurunan harga) daripada melon daging putih.
Untuk budidayanya, buah ini bisa dibudidayakan di dataran rendah maupun sedang, seperti Sragen, Boyolali, Purwodadi, Demak, Sukoharjo, Klaten, Karang Anyar, serta beberapa daerah lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Pada umumnya, petani membudidayakan Melon Sakata dengan cara ajir/lanjaran/dirambatkan ke atas, dirambatkan mendatar seperti semangka, di dalam pot (tabulampot = tanaman buah dalam pot, red.), atau dengan polybag,” jelas Setyadi Pramono, petani melon dari Sragen yang juga Ketua Kelompok Tani Melon Unggul.
Tapi, Setyadi melanjutkan, ajir merupakan cara yang paling baik dan efisien, baik dari segi biaya maupun kualitas buah yang dihasilkan. Karena, sistem ajir menghemat lahan.
Dalam pemanenannya, Melon Sakata sama halnya dengan melon-melon lain yakni dapat dipanen 65 hari setelah benihnya ditanam. Dan, sebaiknya, tanaman melon ini dibuahkan sekali saja agar hasilnya maksimal atau terjaga kualitasnya. “Kalau petani melon ingin memanen melon lagi, sebaiknya mereka menggunakan bibit/benih melon yang baru,” kata General Manager CV Amarta, sebuah perusahaan konsultan pertanian, ini.
Sekadar informasi, dengan cara ini, dalam setahun bisa terjadi 4−5 kali tanam dan panen melon. Sementara untuk benihnya, bisa diperoleh di berbagai toko pertanian dan sentra daerah penghasil Melon Sakata.
Berbicara tentang prospeknya, menurut Setyadi, usaha budidaya Melon Sakata masih prospektif selama beberapa tahun ke depan. Karena, masih jarang petani melon di daerah lain yang menanam melon ini. Jadi, yuk, bertanam (baca: berbisnis, red.) Melon Sakata.