Serai Wangi
Sebuah rumah makan harus mempunyai sesuatu yang khas, mulai dari rasa, porsi, hingga harganya. Dan, itu semua dimiliki Serai Wangi. Bahkan, rumah makan ini juga mempunyai suasana yang nyaman dan bersih. Terutama, bagi anak-anak
e-preneur.co. Pada dasarnya, setiap manusia membutuhkan makan agar bisa bertahan hidup dan terus beraktivitas. Karena itu, bisnis makanan, dalam hal ini tempat makan, merupakan bisnis yang sangat menjanjikan.
Meski begitu, tidak berarti terjun ke dalam bisnis ini selalu berhasil. Sebab, berbicara tentang makanan berarti berbicara pula tentang masalah lidah atau selera. Dan, hal itu, diketahui betul oleh Gerry Barnas kala akan mendirikan Serai Wangi, sebuah family restaurant yang berlokasi di Jalan Raya Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan.
“Masyarakat BSD (Bumi Serpong Damai) memiliki kecenderungan sebagai tester. Karena, di sini banyak tempat makan. Mereka merasa harus melakukan tes dari satu tempat makan ke tempat makan yang lain, sebelum pada akhirnya menemukan tempat makan yang cocok dengan mereka baik itu rasa, porsi, harga, maupun tempatnya,” ungkap Gerry.
Hal itu pula, yang sedikit banyak melatarbelakangi Gerry dan istri membangun Serai Wangi, pada 4 Februari 2012. Kebetulan, mereka memiliki hobi icip-icip makanan, baik yang dihidangkan di restoran-restoran maupun warung-warung tenda. Hingga, akhirnya, terlintas pemikiran mengapa mereka tidak membuka sendiri sebuah restoran.
“Kebetulan, istri bisa masak. Lalu, dia lebih menekuni lagi kemampuannya dengan mempelajari berbagai resep, baik resep keluarga maupun resep-resep yang sudah ada tapi kemudian kami modifikasi,” kisah Gerry, yang membangun Serai Wangi dengan modal mencapai Rp3 milyar.
Serai Wangi berdiri di atas lahan seluas 8.000 m² di mana 1.000 m² di antaranya dibangun bangunan tiga lantai. Restoran yang berisi 100 kursi ini menyediakan menu makanan dan minuman Indonesia, seperti ayam bakar/goreng, ikan bakar/goreng, iga bakar, oseng-oseng iga, dan sebagai. Di samping itu, atas permintaan konsumen, di sini juga terdapat menu tambahan berupa menu western yaitu steak.
Keunggulan Serai Wangi ada pada makanannya, serta tempatnya yang bersih dan nyaman
Untuk makanan, rumah makan ini menjadikan ayam bakar pedas manis, iga bakar spesial, dan sop kerapu spesial sebagai menu andalannya. Sementara untuk minuman, rumah makan yang pengunjungnya bukan hanya datang dari BSD, melainkan juga dari Jakarta dan Bandung ini, mengunggulkan es kacang merah dengan ice cream di atasnya dan aneka jus dari buah asli (bukan sirup, red.).
Di luar itu, Serai Wangi juga mempunyai function hall yang bisa dipakai untuk acara gathering, seminar, training, dan lain-lain dengan kapasitas mencapai 120 orang dengan fasilitas AC (Air Conditioner), sound system, bangku, meja, dan sebagainya. Selain itu, juga lapangan, playground, kolam ikan yang diisi ikan patin, gurame, dan nila, serta lapangan basket. Di sini, juga disediakan mainan untuk anak-anak, baik di dalam restoran maupun di playground.
“Keunggulan Serai Wangi yang lain yaitu di sini terdapat balkon, yang sering disebut para pengunjung Balcony of Sunset. Karena, saat cuaca cerah, para pengunjung dapat melihat matahari terbenam dari balkon ini. Sehingga, pengunjung yang datang pada sore hari lebih senang duduk-duduk di balkon ini, sambil menunggu matahari terbenam. Apalagi, di sini, udaranya sejuk dan bernuansa alam,” jelas sarjana teknik mesin dari Universitas Trisakti ini.
Selain menyasar keluarga, Serai Wangi yang secara interior mengusung konsep minimalis ini juga menyasar para karyawan. Sebab, kebetulan lokasinya dekat dengan Taman Tekno.
“Kami ingin orang-orang kantoran itu bisa makan di tempat yang nyaman, bersih, dan harga terjangkau. Porsi kami pun cukup besar dan mengenyangkan, yang pas dengan para karyawan yang biasanya mencari makanan yang terbilang murah dan mengenyangkan,” ujar Gerry, yang juga menyandang gelar magister management sistem informatika dari Universitas Bina Nusantara.
Serai Wangi dibuka pada jam 10.30–21.00, setiap Selasa–Minggu. Dan, sama halnya dengan bisnis rumah makan, Serai Wangi juga memiliki peak hours yaitu pada saat makan siang (jam 12.00–13.00) dan makan malam (jam 19.00–21.00). Juga saat-saat sedang ramai yaitu saat ramadhan, pembantu yang pulang kampung saat lebaran belum kembali, dan pada akhir tahun yang berimbas pada kenaikan omset 40%–50%.
Di samping itu, juga ada masa-masa sepi yang terjadi pada “musim” orang-orang pulang kampung dan anak-anak masuk sekolah (tahun ajaran baru). Imbasnya, terjadi penurunan omset 20%–30%. Untuk mengatasinya, rumah makan yang mempunyai tempat parkir yang mampu menampung 50 mobil ini membuat promo atau semacam happy hour, yang berlangsung pada jam 15.00–17.00.
“Kami juga menjalin kerja sama dengan sebuah komunitas di BSD ini yaitu BSD Society (BSDS). Untuk mendapatkan diskon, para member tinggal menunjukkan kartu member BSDS,” katanya.
Serai Wangi juga menggunakan sistem jempu bola. “Hujan deras yang akhir-akhir ini rajin turun juga menjadi kendala enggannya para karyawan untuk bersantap di sini. Tapi, hal itu, biasanya mereka atasi dengan mengirim office boy atau memanfaatkan fasilitas delivery kami yang mempunyai daya jangkau masih di seputaran BSD,” tambahnya. Dan, ternyata, hal ini lumayan bisa mengatasi masa-masa sepi tersebut.
Ke depannya,? “Kami akan melengkapi marketing dan promosi kami dengan sistem online. Untuk itu, kami menjadikan orang-orang terdekat kami sebagai sasaran utamanya. Kalau nantinya mereka cocok dengan makanan atau suasana di sini, tentu mereka akan mempromosikannya ke jaringan mereka,” pungkas kelahiran Jakarta, 27 Oktober 1975 ini.