Home / Agro Bisnis / Hasil Budidayanya Sekemilau Kristal

Hasil Budidayanya Sekemilau Kristal

Jambu Biji Kristal

 

Tingginya permintaan terhadap Jambu Biji Kristal, membuat para petani tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Saatnya bagi Anda, untuk menangkap peluang berkilau dalam budidaya jambu nirbiji ini

 

Dalam mengusahakannya secara perkebunan: tidak rumit, perputaran modalnya cepat, dan dalam penjualannya tidak mempunyai pesaing yang cukup berarti

 

e-preneur.co. Menyantap jambu biji (Latin: Psidium Guajava, red.), khususnya di siang nan terik, merupakan kenikmatan tersendiri. Tapi, acapkali, kenikmatan itu terusik oleh keberadaan biji-biji si jambu, yang bertebaran di bagian daging buahnya.

Karena itu, ketika jambu biji varietas kristal yang nirbiji atau lebih tepatnya mempunyai biji sangat sedikit (kurang dari 3% bagian buah, red.) hadir, ia segera disambut konsumen dengan sangat baik. Berdasarkan informasi dari beberapa toko buah di kota-kota besar, permintaan rata-rata per hari mencapai 50 kg–100 kg.

Para petani pun menyukainya. Sebab, jambu yang merupakan mutasi dari residu Muangthai Pak ini, prosentase berbuahnya lebih tinggi ketimbang buah tanpa biji lainnya yaitu 15–30 buah per pohon. Sementara dalam usia tanam dua tahun, per pohon dapat menghasilkan 70 kg–80 kg.

Sekadar informasi, sebenarnya, setahun setelah ditanam, pohon Jambu Biji Kristal sudah dapat berbuah. Tapi, untuk mendapatkan hasil yang baik dan menjaga pertumbuhannya, dengan teknik tertentu, pembuahan ditunda sampai usia tanam dua tahun.

Selain itu, buah yang berbentuk bulat agak gepeng dan di bagian permukaan buah terdapat tonjolan yang tidak merata ini, berbuah sepanjang tahun secara terus-menerus. Dan, jika ditanam di musim panas (kemarau), ia akan memberikan kualitas terbaiknya.

Secara fisik, jambu yang bobot rata-ratanya 500 gr/buah, bahkan ada juga yang mencapai 900 gr/buah ini, memiliki kulit hijau mulus yang dilapisi lilin yang cukup tebal. Sehingga, ia sulit ditembus hama.

Tekstur daunnya yang lebih kaku, juga membuat jambu yang ditemukan untuk pertama kalinya pada tahun 1991 di Distrik Kao Shiung, Taiwan, ini lebih tahan terhadap gangguan kekeringan dan hama penyakit. Dan, di atas itu semua, buah yang memiliki kadar kemanisan 11° Brix–12° Brix dan kadar air cukup tinggi ini adaptif dengan lingkungan.

“Jambu Biji Kristal mudah beradaptasi. Tapi, dengan pertimbangan ekonomi, sebaiknya pilih lokasi tanam dengan sinar matahari dan pengairan yang cukup, aliran air lancar, tanah rata, serta kaya organik. Untuk daerah yang sering tergenang air, jangan lakukan penanaman di musim penghujan,” jelas Windi Aji, petani Jambu Biji Kristal di Dramaga, Bogor.

Sementara untuk pemanenan, sebaiknya dilakukan pagi hari agar warna buah dapat dilihat dengan jelas. “Layaknya kristal, buah yang dipetik harus diperlakukan dengan baik-baik dan hati-hati. Dalam arti, jangan sampai terbentur, terluka, tertindih, atau langsung terpapar sinar matahari,” lanjutnya.

Dalam pembudidayaannya, jambu yang diperkenalkan ke Indonesia oleh Misi Teknik Taiwan pada tahun 2001 ini, hanya dapat diperbanyak secara vegetatif (stek, okulasi, dan tempel). Mengingat, kondisinya yang boleh dikata tidak berbiji. “Di antara ketiganya, metode tempel yang paling baik. Sebab, selain lebih cepat berbuah, juga prosentase keberhasilannya lebih tinggi dan biayanya lebih murah,” ujarnya.

Sayang, lantaran kurang sosialisasi, terutama tentang keunggulan-keunggulannya, pengembangan pembudidayaan secara perkebunan belum banyak dilakukan. Kebun-kebun Jambu Biji Kristal yang ada, masih dalam skala kecil dan sporadis. Imbasnya, buah yang tidak mempunyai pesaing yang cukup berarti dari jambu impor lain belum mampu memenuhi permintaan. Sebuah peluang bisnis yang wajib ditangkap, bukan?

Check Also

Menyehatkan Konsumennya, Menguntungkan Petaninya

Beras Hitam Organik Meski buruk rupa, tapi kaya manfaat kesehatan. Tidak mengherankan, bila peminat Beras …