e-preneur.co epreneurship online magazine
Related Articles
Merador Gayo Coffee
Ngopi sudah menjadi gaya hidup yang mendunia. Pada sisi yang lain, dalam batas-batas yang wajar, ngopi mempunyai manfaat kesehatan. Karena itu, bisnis berbasis kopi tidak mengenal kata “jenuh”. Apalagi, jika kopi yang digunakan kopi-kopi yang sudah dikenal di seluruh dunia, seperti Kopi Gayo
“Taste of Perfection”
e-preneur.co. Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh. Sebagian besar penduduk kabupaten yang beribukotakan Takengon ini, berasal dari Suku Gayo.
Sementara mayoritas penghidupan mereka ada pada kopi. Boleh dikata, 90% pendapatan asli daerah (PAD) berasal dari kopi.
Karena itu, tidak mengherankan, bila Takengon disebut sebagai Kota Kopi. Dan, kopi yang dihasilkan disebut Kopi Gayo.
Kopi Gayo sudah lama dikenal oleh masyarakat mancanegara. Meski, saat itu, masih dikenal sebagai Kopi Mandailing.
Dalam perkembangannya, Kopi Gayo mampu melepaskan diri dari “bayang-bayang” Kopi Mandailing. Karena, kopi ini berhasil memenangkan beberapa penghargaan internasional, termasuk heritage dan sudah mendapat IG (Indikasi Geografis), serta terkenal sebagai single origin dan organik.
“Dari situ, kami melihat bahwa dari sisi pasar, Kopi Gayo sudah acceptable, citarasanya sudah dikenal oleh konsumen, serta telah memiliki citra tersendiri. Sehingga, marketing-nya tidak susah. Dan, akhirnya, kami pun menjadikan Kopi Gayo sebagai pilihan bisnis,” kata Irmawati Sudrajat, Chief Executive Officer PT Merador Kopi Berjaya.
Di samping itu, perempuan yang biasa disapa Teh Irma ini melanjutkan, PT Merador Kopi Berjaya juga melihat prospek ke depan di mana ngopi (baca: minum kopi, red.), sejak beberapa waktu lalu, telah menjadi bagian dari gaya hidup yang bukan hanya di Indonesia, melainkan sudah mendunia. Untuk itu, perusahaan yang secara resmi atau berbadan hukum tahun 2018 ini, didukung oleh perkebunan keluarga seluas lebih dari 50 ha dan sebuah pabrik.
“Pada saat terjadi konflik, banyak kebun kopi yang tidak terurus. Karena, para petani takut berkebun. Padahal, seharusnya, setiap 6−7 tahun, pohon-pohon kopi itu harus diganti demi produktivitas,” kisah Teuku Badruddin Syah, Chairman Wangsa dan Kimco Group. Sekadar informasi, PT Wangsa merupakan induk dari PT Merador Kopi Berjaya.
Dalam perkembangannya, tanaman kopi yang sebagian di antaranya sudah berumur 50 tahun, berdiameter sepaha pria dewasa, dan ketinggian 3−4 meter dibiarkan saja. “Untuk dijadikan pohon indukan,” lanjut pria, yang akrab disapa Bang Teuku ini.
Namun, kini, dengan bantuan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, sebagian dari tanaman-tanaman tersebut telah diremajakan agar produktivitasnya naik. Tapi, tidak berarti “masalah” sudah selesai.
“Kendala di Kopi Gayo, khususnya, dan kopi-kopi lain di seluruh di Indonesia yakni peremajaannya kurang. Karena itulah, PT Merador Kopi Berjaya menghimbau pemerintah kalau bisa turun tangan membantu para petani khususnya di Gayo dan di seluruh Indonesia, bagaimana bisa mendapatkan bibit-bibit unggul dan dibantu peremajaannya seperti program peremajaan pohon karet. Sebab, hal itu, akan sangat membantu petani meningkatkan produktivitas. Sehingga, otomatis PAD dan lapangan kerja terbuka lebih luas,” ujarnya.
Peremajaan yang belum merata ini, juga disebabkan oleh masih tergantung kepada pemilik kebun dan dibutuhkannya teknik peremajaan yang mumpuni. “Jangan sampai peremajaan justru menghasilkan bibit yang lebih jelek daripada indukan,” tambahnya.
Di Jember terdapat pusat pembibitan kopi. “Kadang-kadang, para petani kita tidak mengerti bibit unggul itu yang bagaimana. Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dan Pemerintah Provinsi Aceh sudah cukup banyak berbuat, tapi PT Merador Kopi Berjaya menghimbau lebih lagi. Demikian pula, terhadap Pemerintah Pusat. Karena, sudah sangat jelas berhubungan dengan hajat hidup dan kesejahteraan rakyat” lanjutnya.
Dari hasil peremajaan itu, kini sudah banyak pohon-pohon kopi baru yang berumur sekitar enam tahun. Dan, tahun ini, untuk pertama kalinya PT Merador Kopi Berjaya memanen dan berproduksi.
“Selama ini, sebenarnya, kami sudah memanen dan berproduksi tapi bukan atas nama Merador. Selain itu, lebih banyak kami jual ke para pedagang di Medan dan lokal. Karena, waktu itu, belum mempunyai brand dan peralatan. Baru setelah PT Merador Kopi Berjaya hadir, dilakukan secara lebih profesional,” jelasnya.
Di sisi lain, PT Merador Kopi Berjaya berharap pada yang tinggal di Aceh agar PAD lebih tinggi dan masyarakat mendapat benefit lebih banyak. Mengingat, harga lebih tinggi dan transportasi pun tidak perlu jauh-jauh dilakukan untuk mencapai Medan. “Kami ingin uangnya berputar di Aceh saja, khususnya di Takengon,” lanjutnya.
Sekadar informasi, Merador berasal dari kata dalam Bahasa Gayo yang berarti nambah lagi. Merador dinaungi oleh PT Merador Kopi Berjaya. “Sebagai brand name, Merador sudah hadir sejak dua tahun lalu dan sudah dipatenkan,” jelas Teh Irma.
Bang Teuku menambahkan, “Tujuannya yaitu setelah orang-orang merasakan kopi kami yang tagline-nya “Taste of Perfection”—yang berarti perfection baik dalam citarasa, kesegaran, cara delivery, maupun cara roasting—maka mereka akan menambah atau membeli lagi”.
PT Merador Kopi Berjaya memasarkan Kopi Gayo di mana 90%-nya arabika. “Tapi, jangan salah, di Gayo juga ada robusta dan itu banyak orang yang tidak paham. Untuk itu, kami juga sedang mencoba memasarkan robusta untuk pasar low-end, seperti kedai kopi, Warung Tegal, dan Warung Padang di mana orang tidak peduli apa jenisnya, yang penting harganya murah (Rp4 ribu−Rp6 ribu per gelas, red.),” katanya.
Perusahaan yang membuka marketing office-nya di Bellagio Boutique Mall, kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, ini memasarkan Merador secara online melalui www.merador.com. Melalui situs tersebut, konsumen dapat membelinya dengan harga kompetitif, serta produk yang dijamin freshness dan quality-nya.
“Produk dikirim langsung dari pabrik kami di Takengon. Jadi, kami jamin 100% freshness-nya. Kalau ada yang complain tentang hal ini, kami akan menggantinya…free!” tegas Teh Irma.
Selain pemasaran secara online yang ditujukan untuk pasar ritel, PT Merador Kopi Berjaya juga menggunakan sistem reseller untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, serta Medan. Mereka mendapatkan harga diskon. Sehingga, harga penjualannya sama, tidak terjadi perang harga.
“Kami juga memiliki partner di Amerika Serikat (Los Angeles dan Baltimore) serta Korea Selatan (Seoul dan Busan). Kepada mereka, kami kirimkan beberapa container. Selanjutnya, mereka akan menjualnya secara ritel di negara masing-masing,” ungkap Bang Teuku.
Sekadar Informasi, tahun ini, PT Merador Kopi Berjaya akan mengirim sebanyak 2 container (1 container = 19, 2 ton, red.) ke Korea Selatan. Sementara untuk pasar lokal, dalam hal ini berbagai resto di Jakarta, perusahaan ini juga sudah memiliki kontrak minimal 500 kg.
“Seperti dikatakan di atas bahwa memasarkan Kopi Gayo itu gampang. Yang susah yakni menjaga kualitas dan kontinuitasnya. Hal itulah, yang selama ini menjadi kelemahan para pelaku usaha kopi di Aceh. Dalam arti, begitu menerima order, ternyata quantity-nya tidak dapat stabil, demikian pula dengan quality-nya. Karena, ternyata, mereka masih menyewa baik fasilitas, roastery, greener, dan sebagainya di mana hal-hal itu tidak dapat mereka awasi,” katanya.
Kelemahan inilah yang diperbaiki oleh PT Merador Kopi Berjaya, dengan membeli roastery sendiri dari Turki dengan merek Besca, salah satu merek roaster terbaik buatan Turki. Karena itu, ke depan, perusahaan ini berencana memperkuat dua hal yaitu pengawasan mutu dan jumlah.
“Apa pun produknya, kalau quality dan quantity tidak dapat di-maintenanced dengan stabil itu berarti hancur. Sementara untuk urusan pasar, kami sudah tidak pusing. Mengingat, berapa pun Merador yang kami lempar pasti laku,” pungkas Bang Teuku.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Mukhlis bin Ameen
Direktur PT Merador Kopi Berjaya
Jalan Soekarno−Hatta (Simpang Bunderan Kendi)
Kp. Kebet, Kecamatan Bebesen, Takengon, Aceh Tengah
Hp: 0812-1314-5005, 0852-6008-2009
