Democrata
Ingat Brasil, ingat sepakbola. Ingat Italia, ingat sepatu. Tapi, pernahkan terlintas dalam benak Anda jika negaranya (pesepakbola) Neymar ini juga memproduksi sepatu? Bukan cuma itu, sepatu-sepatu ini tidak kalah ciamiknya dengan sepatu-sepatu buatan Negara Pizza itu. Penasaran?
[su_pullquote] Sepatu-sepatu buatan Brasil, khususnya Democrata, merupakan ancaman bagi sepatu-sepatu buatan Italia. Karena, bisa dijadikan alternatif yang menjanjikan, di zaman yang serba susah seperti saat ini[/su_pullquote]
e-preneur.co. Bila berbicara tentang sepatu-sepatu mahal dengan merek terkenal, bisa dipastikan sebagian besar orang akan segera teringat sepatu-sepatu buatan Italia. Tapi, mereka akan berpikir sebaliknya, jika dihadapkan pada sepatu-sepatu buatan Brasil.
Berkaitan dengan itu, PT Rajawali Utama Abadi, distributor tunggal Democrata untuk Indonesia, mencoba memperkenalkan sepatu buatan Brasil ini ke publik, dengan mengikuti Franchise Exhibition. “Harapan kami, ada orang yang mau berinventasi untuk membuka (baca: memasarkan, red.) Democrata ke berbagai tempat,” ujar Alex Gunawan.
Sekitar 100 orang telah mengisi formulir kesediaan untuk menjadi agen Democrata, dalam eksebisi tersebut. Tapi, kemudian, mereka terbentur pada modal.
“Mereka hanya memiliki modal di bawah Rp100 juta. Sedangkan Democrata, membebankan professional atau management fee sebesar Rp150 juta. Karena, untuk membangun bisnis ini dibutuhkan modal minimal Rp1 milyar,” lanjut Direktur PT Rajawali Utama Abadi ini.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Alex berencana membuka corner booth (semacam stan, red.) di berbagai tempat makan di mal. Untuk stan-stan ini, nantinya tidak digunakan sistem franchise tapi jual beli putus, dengan diskon maksimum 60% untuk order produk maksimum tiga bulan sekali.
Sementara untuk orang-orang yang sudah mempunyai toko dan ingin ikut memasarkan Democrata melalui toko mereka, sebelumnya, perusahaan “pemegang lisensi” akan melakukan survai lokasi dan melihat apakah segmen pasarnya tepat atau tidak.
“Untungnya, walau dibatasai oleh musim atau tren, sepatu lelaki tidak mengalami banyak perubahan yang berarti. Sehingga, meski musim sudah berlalu, sepatu-sepatu yang belum laku tidak akan ketinggalan zaman,” kata Alex yang juga mempunyai beberapa toko, di antaranya di Pondok Indah Mall dan Plaza Indonesia.
Pada dasarnya, Alex menambahkan, franchise hanyalah sebuah sistem di mana ada franchise fee dan royalty fee. Tapi, PT Rajawali Utama Abadi tidak membebankan royalty fee dan para “franchisee” lebih cenderung sebagai agen.
“Lebih tepatnya lagi, kami mencari orang yang mau berinvestasi, dengan membuka toko yang memasarkan Democrata. Sementara perusahaan saya, yang memegang ”master franchise” atau sole distributor-nya,” jelasnya.
Untuk itu, “franchisee” akan mendapatkan desain toko, rekrutmen pegawai, dan training. Untuk produknya, “franchisor” akan memberikan katalog yang memuat gambar 1.000 jenis model Democrata yang diproduksi saat itu. Lalu, “franchisee” tinggal memilih dan meng-order kepada perusahaan yang berlokasi di kawasan Kebun Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, ini.
Sekadar informasi, untuk bisa meng-order Democrata, saat itu, Alex harus memberi uang muka 40% dengan minimum order 10−12 pasang per model. Jadi, untuk meng-order 1.000 pasang sepatu/model seharga jutaan rupiah itu, ia harus mengeluarkan modal awal ratusan juta rupiah.
Menurut Alex, sebenarnya, sepatu-sepatu buatan Brasil merupakan ancaman bagi sepatu-sepatu buatan Italia. Karena, alas kaki buatan Negara (tarian) Samba ini merupakan sebuah alternatif yang menjanjikan, di zaman yang serba susah ini. Contoh, harga Democrata berkisar Rp1 juta−Rp4 juta, sedangkan harga berbagai merek sepatu terkenal di Italia lebih dari Rp5 juta.
“Berkaitan dengan itu, saya mengambil merek sepatu yang masih asing di telinga ini. Saya ingin mengambil semua market. Sebab, saya tahu tidak semua orang dapat membeli sepatu seharga lebih dari Rp5 juta,” kisah Alex, tentang latar belakangnya memasarkan Democrata.
Lantas, ia melanjutkan, orang-orang itu beralih ke sepatu-sepatu seharga ratusan ribu rupiah yang dikatakan sebagai buatan Spanyol atau Rumania. Padahal, sebenarnya buatan Cina. Sementara sepatu merek terkenal buatan Cina saja, sekarang harganya sudah mencapai ratusan ribu rupiah.
“Dari sinilah, saya berusaha menggaet market mereka (Cina dan Singapura, red.). Selain itu, juga mengajarkan konsumen agar tidak terjebak pada pemikiran bahwa mereka sudah membeli sepatu buatan Spanyol atau Rumania, padahal (cuma) buatan Cina atau Singapura. Jadi, Democrata tidak bersaing dengan sepatu-sepatu Italia yang sudah terkenal itu, melainkan justru bersaing dengan sepatu buatan Cina dan Singapura,” paparnya.
Democrata yang ditujukan bagi kaum pria berumur 25 tahun−50-an tahun ini, tersedia dalam aneka model mulai dari klasik, kasual, boot, sneaker, fancy, hingga sepatu untuk hiking. Dipasarkan di Indonesia sekitar tahun 2004 melalui men’s boutique milik Alex, yang terdapat di dalam Hotel Grand Melia, Kuningan, Jakarta Selatan.
Setiap enam bulan sekali, Democrata mengeluarkan 1.000−1.600 desain baru yang selalu mengikuti tren. Selain itu, Democrata yang merupakan merek sepatu terbesar dan paling terkenal di Brasil ini, laiknya sepatu-sepatu buatan Italia, juga memiliki kelebihan dari segi kualitas, desain, dan kenyamanan.
Lebih dari itu, harganya sangat terjangkau. “Karena dari segi harga tidak terlalu mahal dan juga tidak terlalu murah, kami menempatkannnya pada kelas menengah,” ucapnya.
Tidak mengherankan, bila pada tahun kedua pemasarannya, penjualan Democrata sangat bagus. Demikian pula, dengan penjualannya di negara-negara lain seperti Eropa, Timur Tengah, Australia, dan New Zealand.
“Di Indonesia, Democrata memang belum begitu dikenal. Tapi, bagi orang-orang yang tahu soal kualitas bahan dan desain sepatu, pasti akan segera tahu kalau ini barang bagus. Apalagi, harganya terbilang murah. Bukankah kalau kita menjual barang bagus dengan harga murah, orang pasti akan tertarik?” katanya.
Namun, di sisi lain, Alex tidak menampik jika kelebihan Democrata juga menimbulkan kecurigaan konsumen. Terutama, pada mereka yang mementingkan gengsi.
“Untuk mengatasi kondisi ini, biasanya saya akan meminta mereka untuk mencobanya. Ternyata, menurut mereka, Democrata enak dipakai. Selain itu, di zaman serba susah seperti sekarang ini saya melihat bahwa orang mulai menurunkan standar. Mereka tidak lagi peduli dengan produk yang terlalu mahal, tapi juga tidak mau dengan yang terlalu murah. Dengan standar middle yang ada pada Democrata, mereka bisa menerimanya. Hanya, masalah waktu kok. Untuk sepatu sebagus ini, saya yakin suatu hari nanti akan booming,” pungkasnya.