Flannel Cake
Tampilannya serupa kue asli. Tapi, percayalah rasa kue ini sama sekali tidak enak. Karena, ia terbuat dari kain flanel dan fungsinya sebagai wadah atau pajangan. Menarik, bukan?
[su_pullquote]Flannel cake, selain bisa untuk pajangan, juga wadah aksesori. Karena itu, sering digunakan sebagai suvenir pernikahan, gift, atau isian goodie bag[/su_pullquote]
e-preneur.co. Taburan buah aneka rasa dan lapisan krim berbagai warna yang melekat manis pada kue itu, sangat menggugah selera untuk dicicipi. Belum lagi, miniatur boneka cantik yang terbuat dari frosting (lapisan atas kue yang terbuat dari gula, red.), yang membuat semakin ingin melahapnya.
Namun, tunggu dulu, kue yang satu ini tidak bisa dimakan dan memang tidak untuk dimakan. Mengapa? Ternyata, kue ini hanyalah hasil sebuah kerajinan tangan dari kain flanel.
Disebut flannel cake, lantaran kue itu terbuat dari berbagai warna kain flanel. Di sisi lain, flannel cake ini sebenarnya berfungsi sebagai wadah. Karena itu, bentuknya selalu bulat seperti toples atau kotak seperti tempat tisu.
Kerajinan tangan ini, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dibuat. Tapi, tetap membutuhkan ketekunan agar hasil akhirnya terlihat rapi dan mirip dengan kue aslinya.
Adalah Gita Paramita, sang pembuat flannel cake. Ia memulai usahanya, karena memang menyenangi kerajinan tangan dari kain flanel.
Saat masih berstatus mahasiswi, Gita membuat berbagai macam bentuk boneka mini dari kain flanel. Dan, ternyata, itulah cikal bakal usaha yang dilakoninya sekarang.
“Mulainya sejak masih kuliah. Tapi, kala itu hanya membuat boneka-boneka kecil untuk gantungan kunci dan ponsel. Kemudian, berkembang ke pembuatan miniatur buah yang nantinya ditempel di kue,” tutur Gita, yang memberi nama usahanya Indoflanel.
Gita sengaja membuat flannel cake tidak sebesar kue aslinya. Hanya berukuran separuh dari kue asli agar terlihat lebih lucu.
“Biasanya, pembeli suka yang imut-imut. Jadi, saya membuat ukurannya lebih mungil. Ada juga yang berukuran besar, tapi tetap tidak sebesar kue asli,” katanya.
Sementara untuk bentuknya, seperti dikatakan di atas yakni bila bulat didapatkan dari toples atau wadah kue dan bila kotak berasal dari tempat tisu. Setelah dihias dengan berbagai macam warna kain flanel, wadah tersebut bertambah fungsinya yakni sebagai pajangan atau tempat meletakkan aksesoris.
Lantaran penampilannya menarik, banyak pelanggan Gita yang memesan dalam jumlah banyak untuk dijadikan suvenir pernikahan, gift, atau isian goodie bag. “Nah, kalau untuk suvenir atau isian goodie bag yang banyak dipesan justru yang berukuran kecil, seperti bentuk kue muffin. Sementara untuk yang berukuran besar, seperti kue pernikahan bertingkat,” jelas alumnus Universitas Pelita Harapan ini.
Dalam berproduksi, Gita yang dibantu beberapa tenaga penjahit, mampu membuat 100 ribu−150 ribu pieces/bulan dan dalam berbagai ukuran. Sebagai gambaran, untuk ukuran kecil serupa dengan kue muffin.
Sedangkan untuk ukuran sedang, baik berbentuk kotak maupun bulat, ia menyediakan dua model yakni model kue bertumpuk dan model biasa. Sementara untuk ukuran besar, memiliki varian model yang sama dengan ukuran sedang.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi rutin per bulan itu, Gita membutuhkan kurang lebih 260 wadah polos, baik kotak maupun bulat. Sementara sebagai pengisi flannel cake model muffin, ia membeli minimal 5 kg dakron.
Untuk hiasannya, ia memakai kain flanel dengan lima warna utama (merah muda, merah, cokelat, putih, dan hitam) yang masing-masing sepanjang 5 meter. Menurutnya, lima warna utama tersebut harus selalu ada. Sebab, pembeli cenderung menyukai warna-warna yang sesuai dengan warna kue asli.
Meski produknya cepat diserap pasar, tapi Gita belum berniat membuka toko sendiri. “Sampai saat ini, saya masih joint dengan toko Ayah saya. Jadi, display barang-barangnya bareng dengan jualan Ayah saya,” jelasnya tentang “tokonya” yang terletak di BSD Junction, Tangerang Selatan, itu.
Ia juga lebih nyaman berpromosi melalui internet, yang dinilainya justru mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Terbukti, ia mempunyai pelanggan di antaranya dari Samarinda, Surabaya, Medan, Lampung, dan Pontianak. Bahkan, karya ciptanya juga sudah membuat pelanggan dari Malaysia dan Singapura kepincut.
Sekadar informasi, usaha semacam ini bukanlah usaha baru dan sudah banyak pelaku usaha yang melakoninya. Karena itu, persaingan tidak mungkin dihindari. Tapi, hal itu tidak membuat Gita ciut nyali. Ia percaya bisnis kreatif seperti yang ia jalankan, pasti akan selalu ada pasarnya sendiri.
“Asal terus kreatif menuangkan ide-ide segar dalam desainnya, saya yakin pelanggan akan terus membeli,” pungkasnya, optimis. Dan, ia sudah membuktikannya melalui para pelangganya dari kalangan mahasiswa sampai Ibu Rumah Tangga setia membeli flannel cake buatannya.