Krisan
Sekali pun hanya berfungsi sebagai bunga potong dan pot flower, krisan merupakan bunga potong yang paling dibutuhkan di seluruh dunia. Secara bisnis, itu berarti kembang yang di Jawa lebih dikenal dengan nama seruni ini memiliki nilai jual yang menguntungkan dan peluang pasar yang masih terbuka lebar
[su_pullquote]Tiga bulan setelah ditanam, krisan sudah dapat dipanen[/su_pullquote]
e-preneur.co. Krisan merupakan bunga potong yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu, berarti pula kembang yang bernama Latin Chrysanthemum sp ini merupakan bunga potong yang paling dibutuhkan di seluruh dunia. Konon, perbandingannya dengan mawar yaitu 10:1.
Karena itulah, krisan diibaratkan sebagai nasi dalam dunia bisnis bunga potong. Sedangkan bunga-bunga lain—termasuk mawar yang dianggap masyarakat awam jauh lebih berkelas, beraroma harum, serta dapat disuling menjadi parfum dan kosmetika—hanyalah lauk pauknya.
Ketidakpercayaan kita terhadap hal tersebut akan menjadi sebuah kemakluman pada akhirnya, jika kita mengetahui bahwa krisan memiliki semua jenis warna, kecuali biru dan hitam. Bunga yang di Jawa lebih dikenal dengan nama seruni ini, juga memiliki lima bentuk kelopak yang berbeda (mawar hanya memiliki satu bentuk kelopak, red.) dan ratusan, bahkan lebih dari seribu, varietas (60 varietas di antaranya tumbuh di Indonesia, red.).
Selain itu, bunga yang dibudidayakan melalui penyetekan ini, harga per ikatnya (1 ikat = 10 tangkai, red.) relatif murah dan mempunyai masa hidup (setidaknya) dua minggu. “Krisan juga gampang tumbuh. Tiga bulan setelah ditanam, ia sudah dapat dipanen,” kata Tatang Hadinata, pemilik sekaligus Direktur PT Saung Mirwan, perusahaan agrobisnis yang terletak di Desa Sukamanah, Bogor.
Namun, jika dibiarkan berada dalam ruangan gelap selama lebih dari lima jam, krisan akan terpicu untuk memunculkan hormon-hormon generatifnya. Sehingga, ia akan mekar lebih cepat daripada seharusnya. Padahal, dalam dunia bisnis bunga potong, bunga yang bagus atau pantas diperjualbelikan adalah bunga yang mempunyai tangkai dengan kepanjangan minimum 70 cm atau 80 cm.
“Sebagai bunga hias yang ditaruh di dalam vas, tentulah tidak cantik jika tangkainya cuma sepanjang 40 cm, misalnya. Jadi, biarkan tangkainya tumbuh dulu sepanjang-panjangnya. Nanti, setelah mencapai kepanjangan seperti yang kita inginkan, baru matikan lampu,” lanjutnya.
Dalam membudidayakannya, di Jepang, setelah dipanen bunganya, pohon krisan dibiarkan berkembang lagi. Alasannya, mengirit biaya produksi. Meski, itu berarti pula kualitas menurun.
Sedangkan di Indonesia, usai dipanen, pohon krisan akan dicabut dan dibuang untuk menghindari kemungkinan terkena atau tertular penyakit dari pohon krisan yang lain. “Pengeluaran untuk mengobatinya lebih banyak dibandingkan biaya untuk membeli pohon baru atau mengolah tanah kembali,” jelasnya.
Sementara itu, khusus untuk pasar bunga potong, agar kualitas bunga terjaga dan dapat mekar penuh, satu pohon krisan yang seharusnya dihuni puluhan tangkai (minimum 12 tangkai, red.), harus direlakan hanya untuk satu tangkai. Tangkai-tangkai lain harus dicabut dan dibuang.
Di sisi lain, untuk mendapatkan krisan yang berkualitas juga dibutuhkan bibit stek, material plan, dan fasilitas yang bagus. Untuk itu, kembang yang diduga berasal dari Pegunungan Pyrenea (kawasan yang terletak di perbatasan Spanyol dan Prancis, red.) ini, harus ditanam di dalam green house untuk menghindarkannya dari air, khususnya air hujan, yang dapat menyebabkannya terkena karat (salah satu penyakit krisan yang menghambat pertumbuhannya, red.).
Secara bisnis, krisan yang di Indonesia dan Eropa hanya berfungsi sebagai bunga potong dan pot flower, di Jepang dan Cina juga berfungsi sebagai sarana sembahyang. Khususnya, krisan putih.
Untuk itulah, PT Saung Mirwan, pionir penjualan stek krisan yang sudah berakar dan menyebarkan pembudidayaannya di Desa Sukamanah, Cipanas, dan Lemah Neundeut ini, secara rutin memasok kebutuhan pasar krisan di Jepang. “Untuk pasokan ke Jepang, kami menggunakan bibit krisan yang dibudidayakan di Jepang, sesuai keinginan mereka. Sedangkan untuk pasokan lokal, kami memakai bibit krisan yang dikembangkan di Belanda, yang notabene bibit krisan terbaik di dunia,” ucapnya.
Varietas mana yang paling bernilai bisnis? “Bukan varietas yang menentukan krisan mana yang paling bernilai bisnis, melainkan warnanya yaitu merah dan kuning,” ungkap pemilik 30 varietas krisan ini.
Krisan yang konon masuk ke negara kita pada abad ke-17 ini, apa pun fungsinya, yang jelas memiliki nilai jual yang menguntungkan. Mengingat, peluang pasarnya masih terbuka lebar. Terutama, di mancanegara.
Catatan
- Bagi yang ingin menjadikannya bisnis tapi masih dalam skala rumah tangga, dibutuhkan lahan seluas minimal 1 ha.
- Selanjutnya, secara kasar, dibutuhkan 45 stek pohon untuk setiap 1 m².
- Sementara untuk green house-nya, cukup dibuat dari bambu seperti yang dilakukan para petani di Desa Sukamanah, Bogor.
- Kendati biaya produksinya tinggi, mengingat krisan sangat tergantung pada cahaya lampu listrik, tapi laba penjualannya besar dan ringan kerjanya.