Filsa Budi Ambia
(Martabak Mini Mr. Bawor)
Kegagalan adalah teman dari kesuksesan. Sebab, di balik kegagalan pasti ada kesuksesan. Hal itulah, yang membangkitkan Filsa Budi Ambia saat beberapa kali gagal dalam usahanya. Hingga, akhirnya, Martabak Mini Mr. Bawor yang dibangunnya dari Balikpapan merambah hampir ke seluruh Nusantara, dengan membukukan puluhan gerai mitra
[su_pullquote]Kalau mau menjadi pengusaha harus total, fokus, dan telaten dalam menjalankan usaha[/su_pullquote]
e-preneur.co. Andaikan Donald Trump pasrah saat usahanya bangkrut triliunan rupiah pada awal tahun 1990-an, maka tamatlah riwayat raja properti Amerika Serikat itu. Dan, seperti Trump yang sabar, di belahan dunia mana pun banyak pengusaha sukses yang lahir karena tidak kenal putus asa saat jatuh bangkrut. Semakin keras kebangkrutan membantingnya, semakin tinggi ia melambung, setinggi kesuksesan usahanya kini.
Hal itu, juga mewarnai perjalanan usaha Filsa Budi Ambia. Setelah lulus dari sebuah Sekolah Menengah Atas di Purwokerto pada tahun 2005, ia menekuni usaha fotokopi. “Tapi, gagal,” kisah Filsa. Saat itu, modal sebanyak Rp15 juta melayang begitu saja.
Bosan menjadi pengusaha, setahun setelah itu, ia merantau ke Balikpapan untuk mencari pekerjaan. Filsa beruntung. Lamarannya diterima oleh sebuah perusahaan tambang di Ibukota Provinsi Kalimantan Timur itu.
Namun, setelah tiga tahun bergelut sebagai karyawan, ia jenuh. Sebab, selain suasana kerja yang tidak bebas, gajinya juga jauh dari cukup. Akhirnya, Filsa pun mengundurkan diri dari perusahaan itu.
Ia berminat kembali menjadi pengusaha. Pikirannya langsung tertuju pada usaha restoran. Ia meminjam dari orang tuanya sebanyak Rp20 juta, untuk modal usaha. Lalu, ia mendirikan sebuah restoran di Balikpapan. “Tapi, baru berjalan tiga bulan, usaha itu gagal,” tuturnya.
Penyebabnya, kurang tekun. Selain itu, ketika usaha restoran itu mengalami stagnasi, tanpa mencari solusi terlebih dulu, ia langsung membangkrutkannya. Modal Rp20 juta pun hangus.
Kendati demikian, Filsa kian dewasa dan matang. Ia tak putus asa dengan kebangkrutan itu. “Ketika gagal dalam usaha, saya mensugesti diri sendiri bahwa ini adalah proses menuju kesuksesan. Karena, tidak ada pengusaha sukses tanpa melewati masa berdarah-darah,” tegasnya. “Yang penting, tidak putus asa,” lanjutnya. Apalagi, ia didukung istri dan orangtuanya. Sehingga, ia semakin kuat.
Alhasil, dari kegagalan demi kegagalan itu, ia mengambil hikmah. “Kalau mau menjadi pengusaha, jangan setengah-setengah! Nanti, hasilnya juga setengah-setengah. Harus total, fokus, dan telaten dalam menjalankannya,” ujarnya.
Pengalaman itulah, yang membuatnya tidak kapok menjadi pengusaha. Ia tertantang untuk berinovasi, melahirkan usaha baru yang prospektif. Selanjutnya, dengan modal seadanya, ia melihat ada peluang lain dari usaha martabak.
“Martabak yang rasanya berkelas itu sangat mahal harganya. Jadi, masyarakat menengah ke bawah akan berpikir ulang untuk membelinya,” ucapnya. Untuk itulah, ia menciptakan usaha martabak yang rasanya berkelas, tapi harganya bisa dijangkau oleh kalangan bawah, pada tahun 2010.
Di samping itu, ia melanjutkan, jika martabak berkelas yang ada di pasaran hanya ada satu jenis. “Melalui Mr. Bawor, saya ciptakan konsep martabak mini dengan varian rasanya diperbanyak,” bebernya. Bukan hanya itu, harga per porsinya jauh lebih murah dan per kotak isi setidaknya 4 potong.
Imbasnya, pertama kali memperkenalkan usaha yang dinamai Martabak Mini Mr. Bawor itu, ia kebanjiran pembeli. Bahkan, ada pembeli yang bolak-balik membeli martabaknya dalam hari yang sama.
Hingga, akhirnya, ia mampu membukukan omset puluhan juta rupiah per bulannya. Bukan cuma itu, ia juga membuka kemitraan dan kini telah ada lebih dari 25 gerai mitra yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Enam Tip Ketika Gagal Menjalankan Usaha ala Filsa
- Kegagalan adalah teman yang menjanjikan kesuksesan. Di belakang kegagalan selalu dijanjikan kesuksesan.
- Nikmatin aja. Yang penting, jangan putus asa.
- Teruslah asah mental dan pengetahuan.
- Jalani saja usahanya, sambil ikhtiar dan perbanyak bersedekah.
- Dan, yang paling penting: pengusaha sukses sudah terbiasa dengan kegagalan.
- Dalam titik nadir, tidak boleh grogi, apalagi trauma. Sebab, akan mempengaruhi mental yang akhirnya bisa menghalangi untuk berinovasi.