Roemah Martha Tilaar
Ingin merasakan suasana Gombong pada tahun 1920an? Kunjungi saja Roemah Martha Tilaar yang megah, indah, penuh filosofi, sekaligus juga misterius
[su_pullquote]Roemah Martha Tilaar dibangun oleh Liem Siauw Lam dengan memasukkan unsur feng shui, agar rumah ini selalu membawa keberuntungan dan keselamatan[/su_pullquote]
e-preneur.co. Berbicara tentang tempat-tempat wisata di Gombong, maka yang terlintas dalam benak yaitu Waduk Sempor, Pantai Ayah, Goa Jatijajar, dan lain-lain. Padahal, sejak beberapa waktu lalu, banyak bermunculan beberapa tempat wisata baru. Salah satunya, Roemah Martha Tilaar (RMT) yang hadir pada Desember 2014.
RMT merupakan rumah keluarga di mana Martha Tilaar pernah tinggal sampai berumur 11 tahun. Sesudah itu, ia dan seluruh keluarganya pindah ke Jakarta.
Karena ditinggalkan begitu saja, meski ada yang menjaga, rumah yang terletak di Jalan Sempor Lama, Gombong, Jawa Tengah, ini pun terbengkalai dan tidak terawat. Hingga, penduduk setempat menyebutnya rumah hantu.
Setelah berada dalam kondisi seperti itu selama 40 tahun, rumah yang dibangun pada tahun 1920 itu direnovasi pada tahun 2012. Lalu, pada Desember 2014, rumah tersebut dibuka untuk umum sebagai sebuah museum.
Saat e-preneur.co. berkunjung, Alona Ong dari RMT yang menjadi pemandu menceritakan bahwa rumah ini terbagi menjadi empat bagian. Pertama, paviliun di mana di sini terdapat paviliun utama yang berada di rumah besar, Paviliun Bambang Handana yang berada di sayap kiri bangunan utama, dan Paviliun Wulan Tilaar yang berada di sayap kanan bangunan utama.
Sekadar informasi, Bambang Handana merupakan adik bungsu dari Martha Tilaar dan satu-satunya laki-laki dari tiga bersaudara. Sementara Wulan Tilaar adalah putri Martha Tilaar, sekaligus Ketua Yayasan Warisan Budaya Gombong. Paviliun atas namanya tersebut merupakan bangunan baru atau replika dari Paviliun Bambang Handana.
Di dinding paviliun utama ini, terpasang banyak foto yang telah dipigura yang menerangkan misi dan misi pembangunan RMT, peta militer yang menggambarkan Gombong pada tahun 1906, bangunan-bangunan zaman dulu seperti kantor pos, Benteng Van der Wijck, Stasiun Gombong, dan sebagainya. Ada juga foto-foto yang menggambarkan tempat-tempat wisata air. Salah satunya, Pantai Manganti yang mendapat julukan New Zealand-nya Indonesia.
Selain itu, juga ada foto-foto kuliner terkenal, seperti Lanting, Sate Ambal, Nasi Penggel, Soto Gombong, Yutuk (sering diplesetkan dengan istilah Coro atau Kecoak Pantai, karena bentuk dan ukuran mirip kecoak, red.), Tempe Mendoan, dan lain-lain. Selanjutnya, foto-foto tentang Sentra Kerajinan Pandan di Desa Grenggeng (lihat artikelnya di edisi lalu, red.), Sentra Batu Akik di Karangsambung, Sentra Genteng Sokka, dan Sentra Batik Kebumen.
Namun, yang paling menarik yakni artikel dan foto-foto keluarga Martha Tilaar. Dituliskan dalam artikel tersebut bahwa rumah ini dimiliki oleh Liem Siauw Lam, yang mendapat julukan Orang Cina Terkaya di Gombong dari Pemerintah Kolonial Belanda.
Mengingat, Kakek dari Martha Tilaar ini adalah pengusaha susu. “Tiga rumah dari RMT, dulu merupakan kandang sapi milik Babah Solam (begitu penduduk setempat memanggilnya, red.),” tutur Alona. Selain susu dan daging sapi, Babah Solam juga menjual kopra dan kelapa sawit
Babah Solam, di samping dikenal kaya raya, juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Terbukti, pada masa penjajahan Belanda, ia merelakan rumahnya sebagai Pusat Palang Merah.
Sementara berbicara tentang rumahnya yang sangat luas ini, Pak Liem, nama panggilannya yang lain, membangunnya dengan memadukan gaya kolonial Belanda dan unsur feng shui, dengan tujuan agar rumah yang dihuni oleh tiga generasi itu membawa keberuntungan dan keselamatan.
Contohnya, pintu kaca yang membatasi paviliun utama dengan ruangan kedua atau ruang keluarga digrafir gambar binatang-binatang yang mempunyai makna filosofis. Seperti, Burung Merak yang dalam Filsafat Cina mengacu pada keharmonisan rumah tangga dan Burung Bangau yang melambangkan eternity (keabadian).
Di ruang keluarga, juga terdapat meja sembahyangan yang dari awal rumah ini ditinggali sampai sekarang, posisinya tidak pernah berubah. Posisinya selalu berhadapan dengan pintu masuk. Kondisi ini, bisa ditemui di semua rumah Cina peranakan. Karena, fungsinya untuk mendatangkan rezeki dan menghalau aura negatif.
Ruangan ini, didekorasi ulang semirip mungkin dengan saat keluarga Pak Liem masih tinggal di rumah ini. Untuk itu, kita dapat menemui beberapa barang yang masih asli, di samping yang replika.
Layaknya ruang keluarga, di sini banyak dipajang foto-foto keluarga dari generasi pertama hingga generasi ketiga. “Yang keren dari rumah ini yaitu dokumentasi keluarga sangat baik. Buktinya, foto Kakek dari Pak Liem pun masih ada,” kata Alona.
Memasuki ruang ketiga yang merupakan ruang tidur keluarga anak pertama Pak Liem (Pakdhe dari Martha Tilaar, red.). Ruangan ini memiliki koridor tengah yang panjang, dengan kamar-kamar yang berada di sisi kanan dan kiri, yang menjadi cirikhas bangunan Kerajaan Belanda.
Kamar pertama yang berada di sisi kiri koridor ditempati oleh Pakdhe dari Martha Tilaar tersebut dengan istrinya. Di sini, dapat ditemui tempat tidurnya, lemari pakaian, meja dandan, dan sebagainya. Yang justru menarik perhatian yakni jendelanya yang unik, karena rangkap tiga sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Kamar ini terhubung dengan ruang kerja sang Pakdhe. Layaknya “kantor”, di sini terdapat tempat duduk untuk membaca, mesin ketik merek Royal (buatan tahun 1950an, red.), meja catur, dan wastafel (tempat untuk mencuci tangan). Ada juga semacam tempat untuk istirahat, yang dihiasi lukisan delapan dewa.
Pada sisi kanan koridor, terdapat dua kamar tidur yang masing-masing ditempati oleh putra-putri sang Pakdhe. Di sini, ada yang menarik perhatian yakni toilet duduk portable. Menurut Alona, benda ini biasa ada di rumah orang-orang Eropa dan Cina peranakan pada zaman dulu. Sekadar informasi, Martha Tilaar terlahir dari keluarga Cina peranakan. Karena itu, keluarga ini sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa halus (krama) dan berpakaian layaknya Orang Jawa.
Lalu, di mana kamar keluarga Martha Tilaar? Itu pertanyaan yang terlintas. Dan, ternyata kamar-kamar itu ada di sayap kiri bangunan utama, yang berdekatan dengan ruang keempat atau teras belakang. Sekadar informasi, teras belakang ini dulu digunakan sebagai ruang makan. Sementara untuk kamar-kamarnya, terdapat kamar Martha Tilaar dan adiknya, Ratna. Juga kamar kedua orang tuanya, di sini ada baju pengantin yang dipakai Ibu dari Martha Tilaar pada tahun 1935.
Di sayap kiri bangunan utama ini, juga terdapat kamar Pak Liem dan sang istri yang akrab dipanggil Eyang Pranoto atau Mak Oco. Di sini, banyak sekali barang-barang peninggalan Mak Oco, salah satunya yaitu aneka sisir tanduk yang dipakai untuk menyisir rambutnya yang sangat panjang.
Mak Oco sangat berdedikasi terhadap dunia jamu hingga dikenal sebagai ahli jamu. Meski, ia masih menjadikannya sebagai konsumsi pribadi. Kemudian, Mak Oco, yang meninggal pada usia 107 tahun ini, menularkan keahliannya pada sang cucu. Sebagian dari ramuan Mak Oco (dengan sedikit inovasi yang dilakukan Martha Tilaar), diaplikasikan dalam produk kecantikan Sari Ayu. Selain itu, Martha Tilaar juga menghiasi RMT dengan berbagai tanaman obat, berikut nama tanaman dan fungsinya.
Sedangkan sayap kanan bangunan utama, yang semula dijadikan kebun, dibangun bangunan baru yang kini digunakan untuk berbagai kegiatan Martha Tilaar Group. Seperti, seminar, pelatihan, dan sebagainya.
Saat ini, RMT selain sebagai museum, juga sebagai ajang berkumpulnya berbagai komunitas, diadakannya berbagai event, dan sebagainya, yang intinya dikembalikan lagi ke masyarakat. Melalui RMT, Martha Tilaar ingin menyampaikan bahwa “bukan masalah dari mana kamu berasal atau waktu kecil kamu itu seperti apa, tapi kalau kamu punya mimpi/usaha usahakanlah/wujudkanlah, nanti pasti akan berhasil”.