Upik Pedas Ham Ham
Para pelaku usaha camilan, dari waktu ke waktu, semakin inovatif. Di antaranya Lusiman dari Kebumen, yang memodifikasi keripik singkong pedas menjadi kerupuk berbahan dasar singkong dengan bumbu pedas manis. Selain enak, Upik Pedas Ham Ham ini higienis dan menggunakan bumbu-bumbu alami
[su_pullquote]Upik Pedas Ham Ham higienis, serta menggunakan Gula Jawa dan cabe asli. Bukan, cabe bubuk [/su_pullquote]
e-preneur.co. Keripik (singkong) pedas, Anda tentu sudah pernah memakannya? Bagaimana dengan Upik Pedas?
Upik merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kebumen, Jawa Tengah untuk menyebut kerupuk berbahan dasar singkong. Lalu, Lusiman memodifikasinya dengan bumbu pedas manis dan lahirlah Upik Pedas, sekitar dua tahun lalu.
“Saya membeli kerupuk ini di desa lain. Karena, waktunya tidak memungkinkan jika saya membuatnya sendiri. Lantas, saya goreng dan saya bumbui dengan Gula Jawa, cabe, garam, bawang, dan sebagainya. Hal ini, saya lakukan untuk mengembangkan dan memperkenalkan produk yang baru muncul,” ujarnya.
Sekali berproduksi, Lusiman dibantu istri dan keponakannya menggoreng 3 kg krupuk dan kemudian membumbuinya. Selanjutnya, mengemasnya dalam kantong plastik berukuran ¼ kg dan jadilah sekitar 13 atau 14 bungkus.
“Kalau beli langsung ke saya, maka harganya Rp5.500,-/bungkus. Tapi, kalau sudah sampai di rumah-rumah makan, harganya tergantung mereka,” kata Lusiman, yang memang memasarkan Upik Pedas dengan merek Ham Ham ini ke berbagai rumah makan. Tujuannya, agar gengsi produknya terangkat.
Dengan masa kadaluarsa 3 bulan, Lusiman memasarkan produknya dengan sistem titip jual. Tapi, sebelum tanggal kadaluarsa atau saat kondisi masih layak jual, Lusiman sudah menarik produknya dan menjualnya kepada yang berminat.
“Dibandingkan buatan pelaku usaha yang lain, Upik Pedas saya lebih diminati. Karena, higienis, serta menggunakan Gula Jawa dan cabe asli. Bukan, cabe bubuk, misalnya,” jelasnya.
Anda berminat membelinya? Lusiman mematok minimal order agar sebanding dengan besarnya ongkos kirim yaitu sebanyak 45 bungkus. Selain itu, Lusiman yang telah menjalankan usahanya sejak tahun 2006 ini, juga memproduksi seblak, lanting, manggleng, dan talas.
Prospeknya? “Agak susah ngomongnya. Karena, perhitungan saya bukan 1 + 1 = 2, melainkan di saat kami membutuhkan duit, maka duit itu ada. Yang jelas, usaha ini menguntungkan,” pungkasnya.